Chereads / Istri Kedua Tuan Ayhner / Chapter 12 - Kembali Bersitegang

Chapter 12 - Kembali Bersitegang

"Selama ayahmu dipenjara, dimana kau tinggal?" tanya Ayhner sambil tetap fokus pada jalan di depannya. Sesuai janjinya, Ayhner mengantar Valeri ke penjara setelah wanita itu menghabiskan seperempat porsi sarapan yang di pesankan Ayhner.

Ayhner meminta Valeri untuk menghabiskan makanannya. Tapi, Valeri menolak. Akhirnya Ayhner menyerah untuk kembali memaksa Valeri.

Setelah diperhatikan dengan seksama, Ayhner baru menyadari jika Valeri tampak kurus. Rambutnya yang berkilau kini tak lagi sama. Bahkan tatapan matanya yang berbinar, kini terlihat redup dan sayu.

"Tak tentu. Aku hanya berpindah tempat dari satu temanku ke teman yang lainnya. Dan seperti biasa, orangtua mereka selalu membicarakan hal buruk tentangku. Hanya Emily yang benar-benar bisa menampungku," ucap Valeri datar tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan lurus yang ada di depannya.

"Bagaimana dengan Thomas? Bukankah dia juga sahabat terbaikmu?" Ayhner sedikit melirik pada Valeri. "Kau tak menginap di sana?" Seketika Valeri melayangkan tatapan tajamnya.

"Astaga, aku hanya bertanya. Apa ada yang salah?" tanya Ayhner sedikit bingung. Rasanya pertanyaan yang ia lontarkan itu biasa saja. Tapi kenapa tanggapan Valeri berlebihan.

"Dia seorang pria. Menurutmu, apa aku harus menginap di rumahnya? Apa yang akan dipikirkan keluarganya nanti? Jika ada seorang wanita yang menginap di rumahnya berhari-hari? Dasar pria aneh!" gerutu Valeri panjang lalu memilih untuk mengamati deretan gedung tinggi. Melihat itu, tak terasa Ayhner tersenyum tipis. Seperti inilah Valeri yang ia kenal. Cerewet, galak, dan ketus.

"Jadi, kau tidak mungkin bersembunyi disana? Begitu?" Valeri kembali berdecak kesal.

"Aku tak punya hubungan dekat dengannya. Kami hanya teman. Akan sangat aneh jika aku berada di rumah seorang pria yang tidak memiliki hubungan tertentu. Setidaknya, itu yang diajarkan ayahku. Sebagai wanita dewasa, aku harus bisa menjaga diri. Anda mengerti, Tuan Ayhner?!"

"Jadi, setidaknya kau harus punya status dulu untuk bisa tinggal dengan seorang pria?"

"Tentu saja. Menurutmu?" Valeri benar-benar dibuat kesal dengan banyak pertanyaan yang Ayhner lontarkan.

"Berarti, kau harus menikah denganku dulu untuk bisa bersembunyi di apartemenku yang mewah. Memakai segala fasilitasnya dan kalau perlu memilikinya juga," ucap Ayhner tenang. Membuat Valeri membelalakkan mata.

"Aku tak menyukai pria beristri. Itu kalau anda lupa. Dasar pria aneh!" Valeri benar-benar sangat diuji kesabarannya hari ini. Ayhner benar-benar berubah menjadi pria yang aneh dan berbeda.

" Oh iya, aku melupakan sesuatu. Nick dan Alice sudah mendapat balasannya hari ini. Jadi kau tidak usah khawatir lagi." Valeri terkejut dengan pernyataan Ayhner yang tiba-tiba. Valeri ingin mereka mendapat balasannya. Tapi, dia tidak mau Ayhner sampai membalas Alice dengan parah ataupun berlebihan. Seharusnya, peringatan saja sudah cukup.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Valeri sedikit takut.

"Tidak ada, hanya membuat ayahnya kehilangan pekerjaannya. Itu cukup untuk menyumpal kesombongannya." Jawaban Ayhner membuka Valeri menganga. Pria di depannya ini benar-benar tidak main-main.

"Hari ini kau benar-benar aneh, Tuan Ayhner."

Sedangkan Ayhner merasakan sesuatu yang berbunga-bunga di hatinya.

"Jadi, bagaimana jika kau mendapat suami orang aneh sepertiku?" goda Ayhner lagi.

"Sudah ku katakan,aku tidak tertarik dengan pria beristri dan pria yang suka bertindak seenaknya seperti Anda."

Ayhner semakin tersenyum mendengar gerutuan Valeri. Sebenarnya Ayhner hanya berniat menggoda Valeri. Sesungguhnya, membuat marah gadis yang sepuluh tahun lebih darinya itu sungguh menyenangkan.

Tapi, terkadang perasaan senang itu berubah menjadi benci jika mengingat perbuatan ayahnya, Sebastian. Dan itu bisa membuat suasana hati Ayhner berubah gelap dan dingin saat itu juga.

"Aku juga tidak menyukai keluarga pengkhianat. Jadi, jangan berpikir terlalu jauh!" Dingin. Begitulah nada suara Ayhner selanjutnya. Membuat Valeri menoleh geram seketika.

Kenapa suasana hati Ayhner selalu berubah dalam hitungan detik?

Tapi bukan itu yang membuat Valeri mengalihkan pandangannya. Pandangan Valeri teralihkan karena ucapan Ayhner yang menyebut dirinya adalah bagian dari keluarga pengkhianat.

"Aku dan ayahku bukan keluarga pengkhianat!" Ayhner tersenyum miring.

"Kau yakin dengan ucapanmu, hah?!"

"Sudah berapa kali ayahku mengatakan jika dia tidak bersalah?" Kini Valeri benar-benar kesal dan menyesal harus satu mobil dengan pria seperti Ayhner.

"Pencuri tidak akan pernah mengakui perbuatannya. Jika itu terjadi, maka penjara penuh." Valeri menatap nanar pria yang ada disampingnya.

"Seburuk apa pun, dia adalah ayahku. Jadi jangan lagi menyebutnya pengkhianat dan pencuri. Apa pun itu, aku dia tetap ayahku. Dan aku akan membelanya meskipun nyawa taruhannya!"

"Kalau begitu lakukanlah! Siapa tahu jika kau kehilangan nyawa, ayahmu akan menyesali perbuatannya," ucap Ayhner santai. Valeri seketika mencelos. Perlahan Valeri memperbaiki duduknya dan kembali menatap jalanan lurus ke depan.

Ucapan Ayhner begitu santai. Tapi Ayhner tidak tahu jika itu sangat melukai Valeri. Gadis itu benar-benar merasa bahwa ia tidak pernah diinginkan dimanapun.

Dulu ibunya tega meninggalkannya demi untuk hidup dengan pria yang lebih muda dan lebih kaya. Menjual rumah dan mobil tanpa sepengetahuan ayahnya kemudian kabur. Beruntung keluarga Ayhner memberinya pekerjaan. Tapi justru ayah Valeri mengurangi keluarga tersebut. Meskipun berkali-kali Sebastian mengatakan dia tidak bersalah, mereka tetap kalah dengan bukti.

Kini saat ayahnya tersandung masalah, sahabat yang dulunya dekat menjadi jauh. Hanya Thomas dan Emily yang tersisa. Kini, Ayhner pun mengatakan jika dirinya tiada, itu akan lebih baik untuk ayahnya.

Seketika Valeri memejamkan matanya yang terasa basah. Gadis itu menghela nafas sesak sembari menyusut airmata dengan punggung tangannya yang terlihat mengurus. Sampai tulangnya pun terlihat menonjol.

Ayhner sedikit melirik tapi terlihat masa bodoh. Terserah apa yang akan Valeri lakukan, itu bukanlah urusannya.

"Kapan ayahku akan dibebaskan?" tanya Valeri datar.

"Tidak akan pernah," jawab Ayhner tak kalah dingin.

"Oh, ok. Baiklah." Valeri lebih memilih diam. Baginya percuma berbicara atau bernegosiasi dengan orang keras kepala seperti Ayhner. Semua akan sia-sia saja.

Keadaan kembali hening. Ayhner sedikit membenci hal itu. Padahal, tadi Ayhner sangat menikmati gerutuan Valeri. Tapi sekarang justru semua kembali dingin.

"Apa kau mengenal Axton Delano?" Ayhner sedikit terkejut dengan pertanyaan Valeri tak tiba-tiba dan tanpa ia duga. Sampai-sampai Ayhner sedikit melipat dahinya untuk memastikan tentang pertanyaan Valeri tersebut.

"Siapa yang kau sebut?" tanya Ayhner mencoba memastikan dirinya tak salah dengar.

"Ah, lupakan. Itu tak penting," jawab Valeri yang membuat Ayhner kesal setengah mati. Shelia bahkan tidak semenjengkelkan ini.

Sementara Valeri, otaknya terus berputar mencari cara agar bisa keluar dari hutang yang semakin mengganggu hidupnya. Hutangnya tak sedikit dan biaya hidup Valeri juga perlu dipikirkan.

Valeri ingat jika Axton pernah memberinya kartu nama. Dan pria itu juga mengatakan bisa menemuinya kapanpun dimana pun Valeri mau.

Sekilas senyum tipis tercetak diwajahnya yang sedikit pucat. Dan kejadian itu tak luput dari penglihatan Ayhner.

"Kau pasti merencanakan hal jahat?" tanya Ayhner.

"Pikiran Anda terlalu berlebihan."

"Aku tidak berlebihan. Setidaknya, kau pasti sama seperti Sebastian. Suka merencanakan hal jahat." Valeri memgepalkan tangannya. Rasanya, pergi dari lelaki itu adalah jalan terbaik.

"Baiklah, aku memang sedang merencanakan hal jahat. Aku sedang memikirkan cara bagaimana aku bisa mati tanpa rasa sakit. Agar aku bisa terbebas dari hutang dan dari pria menyebalkan sepertimu!"

IG : meipratiwi912