Chereads / Istri Kedua Tuan Ayhner / Chapter 17 - Semakin Berani

Chapter 17 - Semakin Berani

"Bagaimana kabarmu? Sudah puas menghilang selama satu malam?" sapa Ayhner dengan seringai liciknya.

Valeri benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Dia pikir di sini adalah tempat yang paling aman. Tapi nyatanya, Ayhner tetap saja bisa menemukannya. Dan parahnya, Ayhner bisa menemukannya tak kurang dari dua puluh empat jam. Valeri menggeleng tak percaya. Prestasi yang buruk. Bahkan dulu Valeri bisa menghilang dari Pedro selama berminggu-minggu. Tapi Ayhner dengan mudah menemukannya kurang dari satu kali dua puluh empat jam. Luar biasa gila menurut Valeri.

Disini Valeri aleri benar-benar sudah tidak tahu lagi di mana tempat harusnya dia bersembunyi. Bahkan, di tempat yang jauh dan dengan pengawalan yang ketat pun, Ayhner masih bisa menembusnya. Lalu dimana Valeri harus menghilang?

"Apa yang kau inginkan?" tanya Valerie bersedekap menantang. Membuat bagian tubuh bagian depan Valeri mengganggu cara kerja otak Ayhner.

"Kau! Kau yang aku inginkan!" jawab Ayhner dingin namun tegas. Ingin rasanya Ayhner menerjang tubuh Valeri saat ini juga. Potongan gaun tidur berbahan satin dengan panjang di atas lutut itu benar-benar membuat Ayhner gila. Bahkan Ayhner sendiri tidak tahu sejak kapan dirinya tergila-gila dengan Valeri.

"Kenapa menginginkanku? Untuk menekan ku karena hutang papaku padamu? Atau karena kau kesepian dan butuh pelampiasan karena istrimu lumpuh dan kau tidak bisa berbuat apa-apa!" Pernyataan berani Valeri sontak membuat Ayhner geram.

Dengan cepat Ayhner mencengkram rahang Valeri aleri keras hingga membuat Valeri kesakitan. Tapi, alih-alih kesakitan, Valeri justru menaikkan dagunya menantang Ayhner. Kedua manik mereka saling menatap benci. Jarak keduanya hanya beberapa senti saja. Tapi, itu tak sedikit pun membuat Valeri ketakutan. Wanita yang awalnya lembut itu, kini sudah terbiasa dengan intimidasi dan rasa sakit. Kalau pun nyawanya harus hilang karena kemarahan Ayhner, Valeri sudah pasrah.

"Hati-hati kalau bicara? Sekali lagi kau menyinggung Shelia, Sebastian yang akan menerima pembalasannya!" ucap Ayhner tajam. Valeri justru mendekat satu langkah pada Ayhner dan membuat Ayhner mengerjab bingung. Keadaan ini tidak aman untuk Ayhner. Akhirnya Ayhner melepas kasar cengkeramannya pada dagu Valeri,lalu memilih mundur tiga langkah.

"Kenapa? Kau tersinggung?" tanya Valeri datar dan dingin. Ayhner hanya melirik Valeri sekilas lalu kembali menetralkan amarahnya yang hampir meledak. Bagaimana pun, Shelia adalah istrinya dan itu pilihannya. Tak ada satu orang pun yang boleh mengusiknya.

"Yang aku katakan tentang Nyonya Shelia itu adalah kebenaran. Sedangkan yang kau tuduhkan pada ayahku belum sepenuhnya benar. Apa kau tak bertanya bagaimana perasaanku? Apa kau tak ingin bertanya, apakah aku marah atau tidak?" tanya Valeri bergetar. Ayhner hanya bisa menatap Valeri dalam diam. Membiarkan wanita itu meluapkan segala bebannya. Dengan harapan jika beban perasaan Valeri berkurang, Valeri bisa sedikit lega dan mudah untuk di ajak bicara.

"Tapi, sejujurnya, aku tidak marah padamu Tuan Ayhner. Aku hanya membencimu, sangat membencimu!" ucap Valeri penuh penekanan di akhir kalimatnya. Ayhner menghela nafas lelah.

"Aku lelah berdebat denganmu soal topik yang sama. Ayahmu sudah jelas mencuri. Dan polisi juga menemukan buktinya." Ucap Ayhner tenang. Amarahnya sudah sedikit berkurang. Ayhner marah bukan hanya karena Valeri menyinggung Shelia. Tapi lebih pada Ayhner tidak suka di bentak. Ayhner tidak suka ada orang yang berteriak padanya.

Sejak kecil hidupnya penuh dengan sanjungan. Dan hanya Valeri yang mematahkan anggapan itu. Hanya Valeri yang bisa dengan berani melawan dan berteriak padanya.

"Dengar, Valeri. Kau tahu bukan, sebenarnya aku tidak akan miskin hanya dengan aku kehilangan sesuatu yang di curi Sebastian. Aku hanya tidak suka dibohongi dan dikhianati. Itu saja." Ayhner berjalan mendekati Valeri. Lalu berhenti tepat di depan wanita bermata indah itu.

"Aku, benci pengkhianat!" ucap Ayhner tajam tepat di depan wajah Valeri.

"Dan kau sepertinya sedang belajar menjadi pengkhianat. Kau lari dariku. Padahal sudah jelas, kau adalah tawananku sebagai jaminan bebasnya Sebastian!" lanjut Ayhner tetap datar.

Mata Valeri berkaca-kaca mendengar perkataan Ayhner yang selalu menyebut ayahnya pengkhianat. "Aku membencimu, Ayhner Hamilton. Sangat membencimu!" satu tetes airmata Valeri jatuh.

"Sesukamu. Lakukan sesukamu," ucap Ayhner tenang.

"Ganti bajumu, dan ikut denganku," lanjut Ayhner penuh perintah.

"Tidak akan pernah. Aku nyaman di sini," tolak Valeri kasar.

"Oh, rupanya kau lebih suka menjadi simpanan Axton?" tanya Ayhner meremehkan.

"Tentu, setidaknya dia lebih terlihat seperti manusia dibandingkan dirimu."

"Kau masih banyak berhutang padaku. Hutang ayahmu dan hutang pelunasan pada Pedro. Apa kau lupa? Dan jumlahnya tidak sedikit, Nona Valeri." Ayhner tahu Valeri tidak akan mungkin punya uang sebanyak itu. Jadi, dia melakukan banyak cara agar Valeri tetap tinggal di rumahnya.

"Jadi, meskipun kau bekerja atau bahkan menjual diri, kau belum tentu bisa melunasi semua itu!" lanjut Ayhner sombong. Rasanya telinga Valeri sudah memerah karena kesal. Valeri masih bertanya-tanya hingga saat ini. Untuk apa papanya berhutang uang ratusan dolar? Sama sekali bukan ayahnya.

"Tuan Axton bersedia membantuku melunasi hutangku." Pernyataan Valeri membuat Ayhner sedikit terkejut. Mungkin saja Axton menginginkan Valeri. Sama seperti dirinya yang juga menginginkan Valeri. Ayhner sungguh tidak menyukai ini. Kenapa hidupnya hanya berputar bersama Axton sejak dulu.

"Kau akan membayarnya dengan tubuhmu?" tanya Ayhner.

"Tentu saja, kau hanya punya itu," lanjut Ayhner terkekeh semakin meremehkan.

"Jika itu perlu, kenapa tidak! Apa saja akan aku lakukan demi kebebasan papaku!" ucap Valeri yang sedetik kemudian ia sesali. Seketika wajah Ayhner mengeras mendengar penuturan Valeri. Secepat itu pula Ayhner mencengkeram lengan atas Valeri.

"Kau terang-terangan menolakku, dan kau sekarang terang-terangan menawarkan dirimu pada Axton? Jika kau mau uang, aku lebih bisa memanjakanmu. Aku lebih kaya dari Axton."

"Tapi aku suka pria single, itu jika kau lupa. Anda sudah beristri, Tuan Ayhner. Dan aku sungguh tidak tertarik sama sekali." Valeri tersenyum miring merasa sudah menpermainkan Ayhner. Ayhner lebih memilih membuang muka. Kenyataannya memang begitu. Ayhner sudah beristri. Dan sekarang Ayhner justru sudah banyak berkhianat pada Shelia.

"Ganti bajumu dan ikut aku!"

"Tidak mau. Jawabannya masih tetap sama," jawab Valeri kesal.

"Baiklah jika begitu. Kita keluar dari rumah ini dengan bajumu yang seksi itu. Dan mari kita lihat bagaimana tanggapan dari para penjaga Axton di depan. Pasti mereka menyukai tontonan gratis ini." Belum sempat Valeri menjawab, Ayhner sudah menariknya paksa dari kamar itu dan membawa Valeri pergi.

Sekuat apa pun Valeri berontak, hanya menyisakan sakit ditangannya dan tentu saja semua sia-sia. Dan sialnya Ayhner benar-benar membawa Valeri keluar dari rumah itu masih mengenakan pakaian tidurnya yang seksi.

"Mau kau bawa kemana dia?"