Chereads / Istri Kedua Tuan Ayhner / Chapter 23 - Menekan Tanpa Menyakiti

Chapter 23 - Menekan Tanpa Menyakiti

Valeri duduk di tepi kolam dengan tatapan kosong. Ucapan Shelia benar-benar membuat hatinya kesal. Terlebih lagi, ucapan Ayhner yang juga seolah menyudutkannya entah kenapa sedikit mempengaruhinya.

"Memangnya siapa dia? Berani-beraninya menilai, juga papaku. Padahal jelas-jelas papa belum terbukti bersalah dalam kasus ini. Yang jelas, aku dan papa bukanlah penghianat!" gumam Valerie sendirian. Giginya bahkan bergemerutuk menahan amarahnya.

"Jika bukan karena papa, aku tidak akan sudi kembali ke rumah ini dan menjadi pengasuh wanita gila itu. Dasar menyebalkan!" lanjut Valeri yang masih belum bisa meredam api amarah di dadanya.

Cukup lama Valeri berada di taman di sisi rumah tersebut. Valeri masih setia duduk di tepi kolam dengan kedua kakinya yang masuk ke dalam air sambil berayun dengan irama pelan.

Valeri membiarkan ujung roknya basah begitu saja. Baginya, saat ini dia hanya ingin pulang ketempat Emily. Tapi, entah kenapa Emily tidak menerimanya sekarang. Justru Emily mengatakan bahwa tempat yang aman adalah berada di rumah Tuan Ayhner.

Sebab menurut Emily, Pedro masih mencoba mencari keberadaan dirinya. Pedro juga masih tetap berkeliaran di klub malam tempat Valeri sebelumnya bekerja.

Angin malam ternyata perlahan membuat Valeri kedinginan. Namun, dingin angin malam tidak serta merta membuat Valerie meninggalkan tempat itu. Justru, Valerie menikmati kesepian dan kesendirian itu. Valerie jadi berpikir jika mungkin kali ini saatnya dia harus benar-benar menata hidup. Meskipun berada di sekitar Ayhner sangat memuakkan baginya, tapi tidak bisa dipungkiri jika dengan berada di sekitar Ayhner, Valerie bisa mendapatkan fasilitas yang selama ini hilang.

Ditambah lagi, Ayhner sudah berjanji untuk melindungi dirinya dari kejaran penagih hutang. Serta Ayhner juga menjanjikan kehidupan serta fasilitas yang layak untuknya asal Valeri bersedia tinggal di rumah mewah milik Ayhner tersebut.

Derap langkah yang halus terdengar mendekati Valeri. Valerie tidak perlu menengok ke belakang untuk mengetahui siapa yang tengah berada di sekitarnya. Sudah pasti yang berada di dekatnya adalah Ayhner. Jadi, Valeri tak perlu susah payah menyapa pria menyebalkan menurut Valeri tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini? tanya Ayhner sedikit berbasa-basi. Ayhner berdiri tepat di sebelah Valeri yang masih setia duduk di tepi kolam. Dengan kedua kakinya yang terendam di air dingin tersebut.

"Bukan urusanmu!" jawab Valerie dingin. Dan sontak saja bibir Ayhner terlipat menahan senyum begitu mendengar jawaban Valeri yang sedang merajuk layaknya anak kecil.

"Ini akan menjadi urusanku, karena kau sedang berada di rumahku. Jika kau berada di pinggir jalan maka akan lain cerita," ucap Ayhner tidak mau kalah.

"Maka, kembalikanlah aku ke jalanan seperti sebelumnya karena aku yakin tempat ini tidak akan pernah layak untukku!" ucap Valerie dengan tatapan tajam mengarah pada Ayhner yang juga tengah menatapnya tajam.

"Jika begitu, bersiaplah, maka akan kulemparkan kau ke jalanan malam ini juga. Kau tahu jika Pedro sedang mengejarmu. Maka mudah saja bagiku untuk langsung melemparmu ketempat Pedro." Ayhner menjeda kalimatnya, namun matanya tak lepas dari manik Valeri.

"Dan kau tahu apa konsekuensinya bukan? Kau pasti akan dijual dan kau akan jadikan mesin penghasil uang untuknya dan sekaligus mesin pemuas untuknya. Jika kau memang mau maka bersiaplah dan kau akan menyesali seumur hidupmu," ucap Ayhner tetap tenang, namun kembali membuat Valeri geram.

Valeri lantas berdiri dari tempatnya membiarkan betisnya kedinginan setelah tadi berendam di air kolam. "Sebenarnya apa maumu? Kau membawaku ke sini untuk menyiksaku?" tatapan Valeri terlihat lelah pada Ayhner.

"Aku sudah menurut padamu untuk ikut kesini. Tapi tetap saja tidak ada kenyamanan yang kudapatkan. tapi jika aku berada di luar pun kau juga akan menyiksaku. Aku sangat lelah dengan semua ini aku hanya ingin hidup tenang. Biarkan aku pergi dari sini bersama papa aku berjanji tidak akan mengganggu kehidupan kalian. Aku mohon bebaskan papaku," ucap Valerie bergetar.

Ayhner berjalan mengikis jarak. jaraknya dengan Valerie hanya beberapa senti saja sehingga Ayhner bisa mencium aroma vanilla yang berasal dari rambut Valerie.

"Kau tahu aku hanya menginginkan kepatuhanmu. Tetaplah disini dan patuhlah pada semua ucapanku juga Celia." Ayhner mencoba membelai rambut Valeri, namun Valeri menepisnya.

"Aku tidak sudi!"

"Kau tidak punya pilihan lain Valeri Queen Halburt." Ayhner kembali mengayunkan tangannya kemudian mengusap sisi kepala Valerie. Kemudian perlahan tangannya turun menyusuri lengan putih Valeri yang seketika membuat Valeri meremang. Sementara itu, manik Ayhner pun tak lepas dari mata Valeri yang bergetar juga.

"Kau tahu bukan, jika aku tidak bisa di tentang. Dan kau tidak punya pilihan. Jika kau menolakku, maka Sebastian akan semakin menderita di penjara. Itu adalah balasan dari semua yang telah kalian berdua lakukan kepadaku. Jadi diam dan patuhlah. Kau mengerti!"

Valeri terdiam. Sekuat apapun dia melawan, Ayhner bukanlah lawannya. Valeri harus tetap patuh demi keselamatan papanya.

"Baiklah jika itu maumu Tuan Ayhner. Aku akan patuh. Tapi, aku hanya inginkan satu hal," ucap Valeri setelah menimbang beberapa saat sambil sedikit mundur memberi jarak.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Ayhner masih dengan tatapan yang penuh minat pada Valeri.

"Aku akan berada di sini, tapi dengan catatan aku bisa mengunjungi papaku kapanpun aku mau."

"Tentu saja, sesuai pengawasanku dan aku juga akan ikut denganmu saat kau menjenguk Sebastian untuk memastikan jika kau tidak akan kabur untuk kedua kalinya."

"Menyebalkan!" gerutu Valeri yang membuat Ayhner terkekeh. Valeri sedikit terkejut. Kenapa senyum Ayhner terlihat tulus, hangat dan manis. Membuat hati Valeri sedikit bergetar.

"Seharusnya itu tidak perlu. Aku bisa sendiri," ucap Valeri setelah bisa menguasai dirinya.

"Kau tahu aku tidak bisa di tentang. Jadi, jangan lupakan itu."

"Terserah kau saja," ucap Valeri jengah.

"Dan aku punya satu permintaan lagi untukmu, Tuan Ayhner. Katakan kepada istrimu untuk tidak menggangguku. Karena aku tidak akan pernah membiarkan dia menghinaku juga papaku."

"Kau tahu bukan bahwa aku menyimpan beberapa kartu As milik istrimu. Jangan sampai aku melakukan hal buruk padanya," ucap Valeri tidak main-main.

"Aku akan mengatur semuanya. Kau jangan khawatir. Tugasmu hanyalah menjadi pengasuh Shelia. Tapi kau tidak akan pernah diperkenankan untuk menyakitinya sehelai rambutpun karena aku tidak akan pernah mengampuni hal itu." Valerie tersenyum.

"Kau masih sangat menyukai istrimu, bahkan disaat kau tahu dia telah membohongimu sedalam ini? Sungguh menyedihkan," ucap Valeri terkekeh puas, membuat Ayhner mengeratkan rahangnya.

"Kau tidak perlu repot-repot memikirkan urusanku. Pikirkan saja kehidupanmu ke depan. Apakah kau akan tetap aman ataukah kau akan sama-sama membusuk di penjara dengan ayahmu!"

"Jangan pernah mengancamku, Tuan Ayhner. Kau benar-benar pengecut yang hanya bisa mengancamku dan menekanku. Kau sangat menyedihkan. Kau punya segalanya tapi kau tidak punya cinta dari seorang istri yang tulus."

"Kurang ajar!" Ayhner lantas mencengkeram erat pinggang Valeri. Menekan tanpa menyakiti. Kini jarak wajah mereka benar-benar dekat hingga membuat Valeri benar-benar ketakutan jika Ayhner akan kembali melakukan hal yang terbilang nekat.

"Apa...apa yang akan kau lakukan?" ucap Valeri bergetar.

"Tunggu saja, dan kau akan menyesal telah banyak bicara."