Chereads / Istri Kedua Tuan Ayhner / Chapter 25 - Rencana Shelia untuk Valeri

Chapter 25 - Rencana Shelia untuk Valeri

Pagi ini Valerie sedang menyiapkan sarapan untuk Shelia dan juga Ayhner. Valerie berniat membantu Bibi Elly untuk menyiapkan sarapan untuk kedua majikannya. Hari ini Valerie memutuskan untuk bersikap lebih sopan kepada Ayhner maupun Shelia.

Valerie harus kembali ke tujuan awal, yaitu mencari barang bukti agar bisa membebaskan ayahnya. Jadi, apapun keadaannya, Valerie harus bekerja sebaik mungkin. Valeri tidak boleh sampai dicurigai oleh Ayhner. Karena sampai saat ini Valerie merasa bahwa apa yang dilakukan ayahnya itu tidak terlepas dari bantuan orang-orang yang ada di dalam rumah ini. Valeri yakin bahwa di dalam rumah Ayhner ini, ada penghianat yang jauh lebih mengerikan.

"Selamat pagi, Valeri. Bagaimana kabarmu? tanya Shelia sedikit berbasa-basi. Sebenarnya Shelia sangat malas sekali menyapa Valeri terlebih dahulu. Apalagi jika mengingat semalam Ayhner dengan sengaja mencium Valeri tepat di depan matanya. Rasanya Shelia ingin memjambak rambut Valeri saat ini juga. Sudah sejak semalam Shelia menahan amarahnya.

Valeri sedikit terkejut dan merasa kikuk dengan sapaan Shelia. "Selamat pagi, Nyonya. Kabarku baik, bagaimana dengan anda?" sapa Valeri mencoba untuk bersikap ramah. Ada seulas senyum yang terpaksa ia sunggingkan untuk Shelia.

"Seharusnya aku baik-baik saja, kecuali jika ada yang mengusik urusan pribadiku," ucap Shelia yang terkesan dingin. Valeri memilih untuk membuang muka daripada dirinya terprovokasi.

Tak berapa lama, Ayhner ikut bergabung di meja makan. Matanya sedikit menangkap sosok Valeri yang sudah rapi menggunakan setelan kerja seperti Bibi Elly. Baju kerja yang didominasi dengan warna hitam dan putih itu sesungguhnya sangat mengganggu Ayhner. Valerie rasanya tidak pantas mengenakan baju tersebut. Tapi, apa boleh buat, semua itu sudah sesuai dengan persetujuan dari Shelia tentu saja.

Shelia yang menginginkan Valerie benar-benar terlihat seperti seorang pengasuh di rumah itu. Hingga Shelia tidak akan segan membuat penampilan Valeri kian memburuk.

"Selamat pagi, Sayang. Bagaimana pagimu?" siapa Shelia tak kalah basa-basi kepada Ayhner suaminya. Ayhner hanya mengangguk samar sebagai jawaban atas pertanyaan Shelia. Mau bagaimana lagi, semalam mereka berdua bahkan tidak bertegur sapa sama sekali.

"Bagaimana menurutmu dengan baju yang aku pilihkan untuk Valeri? Bukankah baju itu sangat cocok untuknya?" ucap Shelia tersenyum puas.

"Sesuai dengan kedudukannya di rumah ini. Yaitu sebagai pengasuh dari istri Tuan Ayhner Hamilton." Seringai jahat terbit dari bibir Shelia.

Ayhner pada akhirnya mau tak mau menatap kearah Valerie yang sedikit tidak nyaman dengan bajunya.

Bagaimana tidak, potongan baju tersebut terlihat sangat menempel di tubuhnya. Dengan panjang di atas lutut yang membuat paha putih Valeri terekspose sempurna. Sejujurnya, Valeri lebih melihat baju ini seperti baju pekerja di klub malam. Hanya saja jika melihat dari model dan warnanya, sekilas saja dia terlihat seperti Nanny,yang menggoda majikannya tentu saja.

"Kenapa kamu memberikan baju seperti itu pada Valeri?" tanya Ayhner datar ke arah Shelia.

"Aku rasa itu sangat tidak pantas untuknya," ucap Ayhner lagi.

"Bagaimana kau bisa mengatakan itu tidak pantas? Aku rasa itu sangat cocok untuknya. Itu sesuai dengan karakternya. Dia adalah gadis yang suka tantangan, arogan, dan keras kepala. Juga penggoda. Bukankah begitu?" Valeri memgepalkan tangannya kuat. Bukankah sia-sia bersikap baik pada majikannya ini? Majikan seperti Shelia sangat tidak pantas untuk diperlakukan dengan baik.

"Shelia! Aku mohon jangan memulai!" ucap inner mulai merasa tak nyaman dengan ucapan Shelia.

"Kenapa? Apa kau merasa tidak senang saat aku mengatakan kebenaran tentang kekasih gelapmu itu?" ucap Selia dingin.

Valeri hendak memilih berlalu dari meja makan, menghindari pertengkaran suami istri itu. Namun, saat Valeri hendak berbalik, Shelia kemudian mencegahnya.

"Mau ke mana kau? Dasar perempuan penggoda! Berdirilah di situ. Kau harus mendengarkan apa yang akan aku ucapkan. Agar kau tahu di mana tempatmu dan di mana batasanmu!"sentak Shelia.

"Shelia...! Aku mohon hentikan!" ucap Ayhner.

Valeri yang mendapatkan ultimatum tersebut, akhirnya memilih berbalik dan kembali menatap pasangan suami istri yang sedang berdebat itu dengan Jengah.

"Lihatlah, Ayhner. Bukankah dia sangat cantik dan sangat muda. Bukankah perempuan seperti itu yang kau inginkan? Kau sudah mulai bosan denganku yang lumpuh bukan?!"

Dengan geram Ayhner menggebrak meja. Membuat terkejut Shelia, Valerie, dan juga Bibi Elly yang sedang mempersiapkan makanan di dapur.

Bahkan, Bibi Elly pun tergesa-gesa menuju meja makan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Sebenarnya apa masalahmu? Kenapa kau selalu memicu pertengkaran di antara kita?" tanya Ayhner dengan tatapan nanar pada Shelia.

"Kau bertanya apa masalahku? Masalahku saat ini adalah kalian berdua!" ucap Shelia dengan nada tinggi.

"Kau tidak pernah sadar apa yang kau lakukan. Sekarang aku bertanya padamu. Apa yang kau lakukan dengan Valeri di tepi kolam semalam?" sontak wajah Ayhner berubah pucat.

"Kau tidak pernah bisa menjawab bukan? Kau sudah berkhianat dan itu kenyataannya, Ayhner. Kau sudah berbohong padaku, dan kamu lakukan semuanya di rumah ini! Di rumah kita!" Nafas Shelia menjadi tidak teratur karena menahan amarah.

"Apa kau tidak pernah memikirkan perasaanku? Apa kau benar-benar menyukai perempuan sialan ini? Kenapa kau tidak menikahi dia saja?"

Mendengar pernyataan Shelia, sontak Valerie terkejut bukan main.

Bukankah itu yang pernah Ayhner utarakan padanya beberapa waktu lalu saat Valerie mencoba meminta kebebasan ayahnya?

Ayhner terang-terangan mengatakan bahwa ia ingin menjadikan Valerie istrinya. Entah itu gurauan ataukah serius, tapi nyatanya setelah mengatakan hal itu, perlakuan Ayhner padanya sangatlah aneh.

"Apa kau mau aku menikahi Valerie? Jika iya, maka mau atau tidak mau, suka tidak suka aku akan menikahi Valerie! Apa kau mau aku seperti itu?" sentak Ayhner tak kalah tinggi.

"Seharusnya kau tidak usah bertanya. Memangnya apa aku sepenting itu? Apa pendapatku masih bisa kau dengar?" ucap Shelia balik menyerang.

"Aku yakin kalian berdua punya rahasia besar di belakangku? hanya saja aku belum tau," tuduh Shelia.

"Apa maksudmu?"

"Valeri semalam mengatakan bahwa dia mempunyai rahasia besar tentang hidupku. Aku yakin semua rahasiaku ada padamu, Ayhner. Dan mustahil orang lain mengetahuinya kecuali jika kau yang mengatakannya."

"Rahasia apa maksudmu?" Ayhner sudah merasakan wajahnya terasa pias. Rahasia tentang kehamilan itu tidak boleh sampai ke telinga Shelia. Sebab Ayhner akan menyelidiki hal lain terkait itu.

"Entahlah, kau tanyakan saja pada kekasih gelapmu itu!"

"Berhenti menyebutnya kekasih gelap!"

"Lalu aku harus menyebutnya seperti apa?" teriak Shelia histeris.

"Sudahlah Nyonya, Tuan. Tidak baik pagi-pagi kalian berdebat," ucap Elly mencoba meler ai.

"Aku tidak bisa diam, Bibi. Kau dengar sendiri bukan, bahwa Valerie mengatakan sesuatu untuk mengancamku!" Shelia mulai menangis tersedu demi melancarkan dramanya.

"Nyonya, aku tidak pernah berusaha mengancammu. Aku tidak mengatakan apa pun," ucap Valeri tenang. Karena kenyataannya, Valeri memang tidak mengancam Shelia. Valeri hanya menanyakan sesuatu pada Bibi Elly.

"Dasar pembohong! Kau bilang kau mengetahui rahasia terbesarku. Dari mana kau tahu semua rahasiaku jika bukan dari Ayhner!" Shelia semakin terlihat menyedihkan. Dibantu dengan Bibi Elly yang berlebihan menenangkannya.

Ayhner menatap tajam kearah Valerie yang membuat Valerie sedikit ketakutan. Valerie punya rahasia besar dengan Ayhner, yaitu tentang kebohongan Shelia. Dan mereka berdua berjanji untuk tidak mengatakan hal ini sampai waktunya tiba. Dan Valeri juga sudah sepakat. Hanya saja, saat semalam Valeri berbicara dengan Bibi Elly, Valeri hampir kelepasan bicara.

"Apa yang kau katakan pada Shelia? bisa kau jelaskan padaku sekarang!" ucap Ayhner dingin.

"Aku tidak mengatakan apapun, Tuan," jawab Valeri sedikit gugup.

"Siapa sebenarnya yang kau bohongi Valerie, aku atau ke suamiku?" tanya Shelia dengan tatapan sinis.

"Di depanku kau mengancamku akan membuka semua kebohonganmu. Tapi di depan suamiku, kau mengatakan hal lain Apa kau benar-benar sudah menjelma menjadi seorang pembohong ulung seperti ayahmu?"

"Berhenti membawa-bawa ayahku. Dalam hal ini, Anda boleh menyebutku apa saja. Tapi tidak dengan ayahku!" ucap Valeri sedikit menajam.

"Lihatlah, Ayhner. Bagaimana bisa kau membawa wanita seperti itu ke sini. Dan kau menyuruhnya untuk menjadi pengasuhku. Apakah ini hanyalah alasan agar kau bisa berdua dengan Valerie, atau kau memang benar-benar mengkhawatirkanku?" Shelia kembali memelas dengan ucapan yang dibuat-buat seolah paling tersakiti.

"Aku tidak ingin membahas semua ini. Bagiku, ucapanmu itu sangatlah tidak beralasan. Tapi, aku masih punya satu urusan lagi yang harus aku selesaikan dengan Valerie!" ucap Ayhner dengan tatapan yang masih sama tajamnya pada Valeri. Ayhner mendekat ke arah Valeri dengan amarah yang terlihat dari sorot matanya. Valeri reflek mundur dari tempatnya berdiri.

"Setelah ini kau akan tahu di mana posisimu sebenarnya, Nona Valeri Queen Halburt," ucap Ayhner tajam dengan sebelah tangannya yang mencengkeram erat pergelangan Valeri.

Senyuman licik tersungging dari bibir Elly juga Shelia. Akhirnya, mereka berdua berhasil membuat kesalahpahaman antara Ayhner dan Valerie.

"Ikut denganku, dan silahkan kau bayar tuntas kesalahan dari kelancangan lidahmu, Nona Valeri!"