Chereads / Istri Kedua Tuan Ayhner / Chapter 31 - Hasrat Yang Membara

Chapter 31 - Hasrat Yang Membara

Tengah malam. Ayhner dengan tergesa-gesa menuju ke kamar Valeri yang letaknya di bagian belakang rumahnya. Ayhner benar-benar marah kepada Valeri karena Valerie mengatakan hal memalukan itu kepada Shelia yang membuat keduanya harus bertengkar malam ini.

Dengan sekuat tenaga Ayhner menendang pintu kamar Valeri yang ternyata belum dikunci. Valeri yang tengah mengeringkan rambutnya terkejut bukan main saat mendengar bunyi berdebum di pintu kamarnya.

Valeri semakin terkejut lagi begitu melihat siapa sosok yang berada di ambang pintu kamarnya. Ya, dia adalah Ayhner. Pria yang selama ini membuat hidupnya jungkir balik, sekaligus pria yang kini katanya menjadi majikannya tersebut.

"Ada apa?" tanya Valeri dingin masih dengan mengeringkan rambutnya.

Dengan geram Ayhner merangsek masuk dan menjamak rambut Valeri hingga membuat Valeri terkejut sekaligus kesakitan.

Kini, keduanya saling berhadapan dengan Ayhner yang masih mencengkeram erat rambut Valeri. Keduanya melayangkan tatapan permusuhan dan kilatan amarah yang menyala-nyala.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Valeri tanpa takut sedikit pun.

Ya, Ayhner menyukai wanita seperti Valeri yang pemberani dan suka memberontak. Tapi, Ayhner tidak suka pada wanita yang kurang ajar. Yang dengan bebas berbicara sesuka hatinya tanpa mempedulikan nama baiknya.

"Apa yang kau katakan pada Shelia?" tanya Ayhner datar.

Mereka begitu dekat. Bahkan Ayhner bisa menghidu aroma vanila yang menenangkan dari rambut Valeri. Dan Valeri pun dapat menghidu dengan jelas aroma tubuh dari Ayhner, pria yang sepuluh tahun lebih tua darinya itu.

Ayhner menatap manik mata Valeri bergantian. Mencari sesuatu yang dulunya teduh menyenangkan. Tapi, kenyataannya manik mata Valeri ini begitu penuh oleh kemarahan dan kebencian terhadapnya.

"Aku tidak mengatakan apa pun?" jawab Valeri tenang. Ayhner kembali menarik rambut Valeri hingga wajah Valeri benar-benar mendongak sempurna tepat di depan wajah Ayhner.

"Jangan menguji kesabaranku, Valeri!"

"Aku hanya membicarakan kebenaran," jawab Valeri tenang meskipun cengkeraman dirambutnya terasa sedikit menyakitkan tapi Valeri memilih untuk tetap tenang. Tidak akan terprovokasi sedikitpun oleh kelakuan Ayhner.

"Apa kau merasa begitu istimewa sampai-sampai kau menceritakan hal tersebut kepada Shelia?" ucap Ayhner geram.

"Tentu aku merasa istimewa, Tuan Ayhner. Pria yang begitu dingin, angkuh, dan sombong yang katanya tidak tersentuh dan tidak menyentuh wanita manapun,pada kenyataannya sangat haus akan belaian seorang wanita. Dan dengan sadar orang tersebut pernah mencium seorang Valeri," ucap Valeri menyeringai.

"Kau sudah menjelma menjadi wanita jalang rupanya? Kenapa ucapanmu begitu berani seperti itu? Apa kau tidak malu mengatakan hal tersebut kepada Shelia?" ucap Ayhner benar-benar kesal.

"Aku tidak malu, tapi aku justru merasa bangga karena suami yang dia banggakan nyatanya sangat tergila-gila padaku," ucap Valeri percaya diri.

"Tergila-gila katamu? Aku rasa Kau yang sudah gila!" ucap Ayhner menyentak kepala Valerie hingga mereka akhirnya berjarak.

"Apa sebenarnya maumu, Valeri?" tanya Ayhner tak habis pikir.

Wanita di depannya ini terkadang menjelma menjadi wanita yang lembut tapi terkadang menjelma menjadi wanita yang lebih berani dari biasanya.

"Yang aku mau hanyalah kebebasan ayahku! Aku sudah lelah kalian permainkan,kalian injak-injak seperti ini. Jangan pernah sekali lagi menginjakku atau mengaturku."

"Aku tidak akan pernah suka kepada mulut istrimu yang selalu melewati batas. Dia selalu mengatakan bahwa aku ini wanita jalang!"

"Mulai detik ini, akan aku buktikan seberapa Jalang diriku. Maka akan aku goda suaminya yaitu kau!" ucap Valeri berani.

"Aku akui aku pernah menciummu, anggap saja karena saat itu aku sedang gila. Tapi jangan harap kau bisa menggodaku atau bahkan berniat menyentuhku. Sejauh ini, tidak akan ada wanita yang bisa menyentuhku. Apa kau paham!"

"Lagi pula, perempuan rendah sepertimu, tidak akan pernah bisa menggodaku, Valeri Quinn Halburt!" ucap Ayhner dengan tatapan yang menyala. Entahlah, apa yang membuatnya begitu marah.

Valeri yang benar-benar menjijikan ataukah Ayhner kecewa, gadis kecil lugunya kini berubah liar.

"Oh benarkah? Kau bilang aku perempuan rendah? Bagaimana jika seperti ini?" Valeri mundur dua langkah, dan dengan berani menyibak bagian bawah kimono satinnya, sehingga memperlihatkan paha putih mulusnya di depan Ayhner.

Valeri melakukan gerakan seduktif di depan Ayhner seperti yang diajarkan Thomas juga Emily. Astaga, kedua sahabatnya itu benar-benar membuat Valeri gila dengan ide mereka yang aneh.

"Jangan keterlaluan di depanku Valeri! Perbaiki pakaianmu!" ucap Ayhner geram.

"Oh, tentu, baiklah. Akan aku perbaiki." ucap Valeri.

Namun, Valeri tidak menutup pahanya dengan kimononya. Tapi, Valeri justru membuka bagian atas kimononya. Hingga Ayhner bisa melihat tulang selangka Valeri, sekaligus belahan dadanya.

Ya, hanya sebatas itu. Valeri tidak akan seberani itu. Jantungnya saya kini seakan ingin melompat dari tempatnya. Sebab Valeri pun sebenarnya ketakutan setengah mati. Mungkin besok pagi, Valeri akan memarahi kedua sahabat gilanya itu.

"Apa yang kau lakukan, Valerie?" ucap Ayhner dengan geraman tertahan.

Ayhner merasakan sekujur tubuhnya sudah panas sekarang, hanya dengan melihat Valeri setengah telanjang di hadapannya.

Ditambah lagi, rambut Valeri yang dalam keadaan terurai basah itu, membuat otak Ayhner seketika tidak bisa berfungsi sama sekali.

"Seperti yang istrimu katakan, perempuan jalang biasanya akan seperti ini, bukan? Jadi, aku akan mulai menggodamu sekarang." Valeri berjalan mendekat ke hadapan Ayhner yang tengah membeku tidak tahu harus berbuat apa.

Meskipun Ayhner mengatakan tak ada perempuan satupun yang mampu menggodanya, namun, nyatanya tubuhnya selalu bereaksi lain jika berhadapan dengan Valeri.

Bahkan, jika bersama Shelia pun, dia tidak akan seperti ini. Valeri kini perlahan mengangkat tangannya. Dengan pelan Valeri mencoba membelai wajah Ayhner.

Tangannya turun membelai jambang tipis Ayhner hingga turun sampai ke leher pria itu. Tangan Valeri sendiri sedikit bergetar saat merasakan panasnya tubuh Ayhner.

Tanpa sadar, Ayhner justru terpejam menikmati sentuhan Valeri yang membuatnya seakan lumpuh.

Valeri membeku begitu melihat Ayhner yang memejamkan matanya. Valeri menjadi takut dan dengan cepat menarik tangannya sendiri.

Awalnya Valeri hanya bermain-main, tapi justru dirinya yang larut dalam permainannya sendiri.

"Kenapa kau berhenti?" tanya enak datar setelah menyadari tubuhnya hampa tanpa sentuhan Valeri.

"Sebaiknya kau keluar dari sini! Secepatnya!" ucap Valeri sedikit gugup kemudian membalikkan badannya membelakangi Ayhner.

"Kau sudah memulai permainanmu. Lalu, kenapa kau tidak mengakhirinya. Bagaimana bisa kau membiarkanku penasaran seperti ini, Valeri?" ucap Ayhner dengan suara berat. Pria itu sekuat tenaga menahan hasratnya yang sudah sampai di ubun-ubun.

"Bagus. Aku lupa jika aku tidak menyukai pria beristri," jawab Valeri dingin. Valeri merapikan kimononya. Kedua tangannya saling meremas menandakan jika Valeri benar-benar gugup.

Valeri merasakan pergerakan Ayhner yang perlahan mendekatinya, membuat Valeri membeku di tempatnya.

"Bagaimana jika seperti ini?" Sekarang giliran Ayhner yang menggoda Valeri.

Ayhner menggesekkan bulu halus di wajahnya ke wajah Valeri yang membuat Valeri seketika terbakar.

"Aku tak suka pria beristri, jadi pergilah dari sini!" ucap Valeri tertahan. Valeri kini ikut terbakar oleh permainan Ayhner.

"Tapi tubuhmu berkata lain Valeri. Dia sangat menginginkanku. Apa kau bisa merasakannya?" Valeri benar-benar ingin pingsan saat telapak tangan besar Ayhner menyapu pahanya.

"Kau pikir kau bisa menggodaku, Valeri. Lain kali belajarlah lebih giat agar kau tidak gagal saat menggodaku."

"Hentikan...!" rintih Valeri.

"Bagaimana jika kita mulai saja?"