"Kemana Valeri?" tanya Ayhner geram.
"Saya tidak tahu, Tuan," ucap Sebastian dengan gemetar. Kedua tangannya mengatup dan bibir bergetar. Ini adalah kali kedua Sebastian melihat kemarahan Ayhner yang mengerikan. Bahkan, kini kedua tangan Ayhner sudah berada di leher Sebastian.
"Aku sudah cukup bersabar dengan kalian. Tapi ternyata kalian justru semakin kurang ajar. Aku ulangi lagi, dimana Valeri sekarang? Kemana dia akan pergi?" tanya Ayhner dengan gigi gemerutuk.
"Aku sungguh tidak tahu, Tuan. Dia hanya bilang ingin pergi. Dan Valeri membawa mobil anda. Hanya itu yang kutahu, Tuan," ucap Sebastian susah payah. Tenggorokannya terasa patah akibat cekikan Ayhner yang kuat.
"Apa? Dia membawa mobilku?" Ayhner seketika mencari kunci mobilnya dan memang benar. Barang itu tidak ada. Disana hanya tertinggal rokok dan koreknya saja.
Dasar Ayhner ceroboh. Banyak sumpah serapah tertahan di bibirnya.
Ayhner menghempaskan tubuh Sebastian ke dinding. Sebastian terbatuk dan mencoba mengambil nafas sebanyak mungkin sambil memegangi lehernya.
"Kau dan anakmu, memang tidak tahu terima kasih. Aku akan menemukannya dan akan aku buat ia menyesal seumur hidup."
Ayhner kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Leo, cari Valeri sekarang! Dia membawa mobil Shelia. Temukan dia bagaimana pun caranya. Dan jangan lupa, antarkan mobil untukku." Setelah mengatakan itu, Ayhner pergi begitu saja.
Sementara itu Valeri yang masih dalam pelarian, semakin mempercepat laju mobilnya. Beruntung sang ayah mengajarinya mengemudikan mobil. Jadi setidaknya ini berguna dalam pelarian ini. Tapi, keadaan Valeri yang tak hafal jalan, membuatnya sedikit lambat untuk sampai di rumah Axton. Hingga malam, Valeri baru tiba di rumah mewah nan megah tersebut.
Cukup lama Valeri terdiam di dalam mobil. Mengamati bangunan megah yang cukup membuat Valeri kagum. Dapat disimpulkan bahwa Axton memiliki kekayaan yang seimbang dengan Ayhner. Dilihat dari bagaimana kedua pria tersebut menyukai kemegahan dan kemewahan yang sangat mencolok.
Dari dalam mobil, Valeri melihat Axton keluar dengan tergesa-gesa. Seolah tahu kedatangannya. Padahal Valeri tidak memberi kabar sama sekali. Senyum Axton lebar dan berbinar. Seolah Valeri adalah orang yang sangat dinantinya.
"Kenapa Tuan Axton seolah senang aku datang? Bahkan aku tidak menghubunginya sama sekali," gumam Valeri aneh. Begitu Axton akan sampai beberapa langkah lagi, Valeri dengan cepat membuka pintu mobilnya. Seketika, wajah berbinar Axton tiba-tiba berubah. Ada kegugupan dan pucat yang terlihat dari wajah pria tampan itu.
"Ada yang salah? Apa kau menunggu seseorang?" tanya Valeri bingung melihat perubahan Axton yang benar-benar tiba-tiba. Dengan susah payah Axton menutupi keterkejutannya.
"Oh, bukan. Aku hanya tidak menyangka kau benar-benar datang kesini," ucap Axton sedikit gugup.
"Mobilmu sangat bagus," ucap Axton sambil melirik mobil dibelakang tubuh Valeri. Mobil warna merah menyala yang sangat kontras dengan kulit Valeri yang putih bersih.
Valeri menoleh kebelakang kemudian tersenyum paksa. "Tentu saja. Seleraku bagus, bukan?"
"Tentu saja. Kalau begitu, mari bicara di dalam. Aku rasa ada yang perlu kau sampaikan dan pasti mendesak. Mengingat kau datang semalam ini."
Valeri menghela nafas dalam. "Kau benar, aku butuh bantuan anda, Tuan."
"Tentu, dengan senang hati. Kau bisa masuk lebih dulu, aku masih perlu berbicara dengan orang-orangku."
Valeri hanya mengangguk pasrah. Setidaknya Axton terlihat lebih manusia dibandingkan Ayhner. Axton adalah orang yang tepat untuk membantunya melunasi hutang. Dan Valeri bisa bekerja seumur hidupnya di rumah besar milik Axton untuk membayar hutangnya.
Sesekali Valeri menengok kebelakang. Terlihat Axton sedang berbicara dengan setengah berbisik pada dua orang penjaga. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi dari wajah mereka, sepertinya sedikit serius.
Sudahlah, Valeri tak ingin ikut campur. Yang jelas Valeri sudah terbebas dari Ayhner saja itu sudah lebih baik.
"Jadi, apa yang membuatmu datang kesini?" tanya Axton sambil meletakkan cokelat panas di depan Valeri,kemudian duduk di sebelah Valeri.
"Terima kasih."
Seketika Valeri sedikit mengagumi Axton. Malam ini pria itu benar-benar berbeda. Benar-benar terlihat sangat santai dan hangat. Berbeda dengan Ayhner yang selalu meledak-ledak.
"Apa yang aku pikirkan? Kenapa pria galak itu selalu muncul di kepalaku," gerutu Valeri dalam hati.
"Sedang mengagumiku?" kelakar Axton sambil menyesap kopinya yang masih terlihat mengepul. Valeri hanya menggeleng tak percaya atas kepercayaan diri Axton yang tinggi.
"Apa terlihat seperti itu? Jika iya, anda memang pantas, Tuan." Valeri ikut menyesap cokelat panasnya. Pandangan mereka sesekali bertemu dan berakhir dengan senyuman yang manis diantara keduanya.
"Jadi, apa yang membuatmu kesini?" tanya Axton memulai pembicaraan. Axton masih setia menunggu jawaban dari Valeri yang masih diam berpikir.
"Aku butuh pekerjaan. Aku terlibat hutang piutang dengan lintah darat," jelas Valeri pada akhirnya.
"Pekerjaan lamamu?"
"Aku tidak bisa tinggal lebih lama di sana. Aku ingin pekerjaan yang bisa kulakukan pada umumnya. Bekerja di siang hari dan istirahat di malam hari." Axton sedikit mengamati Valeri yang terlihat gugup.
"Ayahku dipenjara. Dan dia berhutang sangat banyak sekali, sampai-sampai aku tidak bisa membayarnya. Dan mereka mengejarku kemana pun aku bersembunyi," ucap Valeri bergetar.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan carikan pekerjaan yang cocok untukmu. Kau tenang saja," ucap Axton yakin. Baginya, Valeri itu gadis yang berbeda. Gadis biasa yang entah kenapa mampu menggetarkan hatinya.
"Mungkin kurang dari dua kali duapuluh empat jam, kau akan segera mendapatkan pekerjaanmu."
"Aku sungguh berterima kasih padamu, Tuan Axton. Anda benar-benar orang baik." Valeri benar-benar merasa lega dari himpitan beban hidupnya. Setidaknya satu dari masalah hidupnya terpecahkan. Dan Valeri benar-benar ingin menangis terharu saat itu juga.
"Bolehkah aku bertanya satu hal?"
"Tentu." Valeri mengangguk yakin. Axton sedikit berpikir untuk mengungkapkan pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
"Jadi, bagaimana kau bisa membawa mobil Shelia Hamilton?" tanya Axton kemudian, yang membuat wajah Valeri seketika memucat. Dengan cepat Valeri beringsut dari tempat duduknya untuk lebih menjauh dari jangkauan Axton.
"Kau mengenalnya?" tanya Valeri gugup dan panik.
"Hey, tenanglah. Apa aku menakutimu?" ucap Axton terkejut dengan reaksi Valeri yang benar-benar ketakutan.
"Apa kalian berkerabat? Jika iya, lupakan jika aku pernah meminta tolong dan aku akan secepatnya pergi dari sini. Tapi aku mohon jangan mengurungku di sini." Valeri benar-benar kembali ke titik terendahnya. Tidak tahu pada siapa lagi akan meminta pertolongan.
"Hey, tenanglah, Valeri. Coba kau pikirkan, siapa orang di kota ini yang tidak mengenal menantu dari keluarga Hamilton? Semua orang di lingkup kerjaku mengetahui hal itu. Tidak perlu menjadi kerabat untuk tahu siapa itu Shelia. Aku benar bukan?" ucap Axton masih dengan senyum manisnya. Tapi Valeri tak peduli. Meskipun pria di depannya sangat tampan, Valeri tidak akan tertipu.
"Aku bukan kerabatnya,aku pesaingnya. Hal ini sudah aku sampaikan saat kita bertemu, bukan."
Valeri sedikit lega dengan penuturan Axton. Valeri ingat, saat malam itu ia bertemu Axton. Pria itu juga mengatakan hal yang sama. "Syukurlah kalau begitu." Valeri masih ragu.
"Maksud dari pertanyaanku adalah, aku tidak mau kau terlibat pencurian mobil. Jadi, katakan bagaimana kau mendapatkan mobil itu, maka aku akan membantumu Cuma-Cuma. Dan jika kau memang mencarinya, maka aku akan melindungimu. Bagaimana menurutmu, Valeri?"
Valeri sedikit berpikir.
"Baiklah, aku akan mengatakannya. Aku memang membawa kabur mobil itu dari Ayhner. Aku berkunjung ke penjara untuk bertemu ayahku. Selama ini Ayhner selalu menyakitiku dengan mulutnya yang tajam. Itulah sebabnya aku kabur darinya."
"Apa yang membuatmu terjebak dengan pria sombong itu?" tanya Axton tertarik. Bahkan kini wajahnya lebih mendekat pada Valeri. Valeri seketika didera kegugupan berada didekat Axton seperti ini. Bahkan aroma tubuh pria itu bisa dengan jelas Valeri hidup. Sangat menenangkan.
"Ayahku mencuri beberapa barang miliknya, lalu dipenjara. Kau pasti tau cerita itu, kan."
"Ah, iya. Aku sedikit banyak tau tentang itu. Lalu, apa yang pria itu inginkan darimu? Kenapa kau seolah terjebak bersamanya?" tanya Axton dengan seringai penasarannya. Pria itu kian mendekat hingga membuat Valeri terkejut dan terpojok diwaktu yang bersamaan.
"Tidakkah kau tertarik pada pria seperti Ayhner? Tampan, kaya, mapan, dan...seksi tentu saja. Bagaimana menurutmu?"
______