Ayhner berjalan memasuki klub-nya. Malam ini Ayhner tidak datang dengan setelan jas mahalnya,tapi memakai baju kasual yang membuat wajahnya terlihat lebih segar.
Setelah seminggu bersitegang dengan Shelia, hari ini Ayhner mencoba menyegarkan pikiran di klub miliknya. Ayhner sudah mencoba mencairkan suasana terlebih dahulu. Tapi mungkin Shelia masih kesal padanya. Salah Ayhner juga, seharusnya malam itu dia bersama Shelia. Dan untuk Valeri, cukup menyuruh orang untuk mengawasinya saja.
"Selamat malam, Tuan," Thomas menyapa bos-nya terlebih dahulu saat dengan santainya Ayhner duduk tepat di depan mejanya. Ayhner tak pernah membatasi diri dengan pekerjanya. Baik di klub maupun di kantor. Itulah yang membuat para karyawan sangat loyal terhadapnya.
"Ya, Thomas. Apa semuanya baik-baik saja?" Thomas sedikit bingung menjawab pertanyaan Ayhner.
"Tentu, Tuan," jawab Thomas sekenanya. Thomas sempat berpikir apakah yang sebenarnya ditanyakan itu adalah Valeri.
Kedekatan Ayhner dan Valeri cukup diketahui oleh banyak pekerja. Mengingat ayah Valeri sangat loyal dalam bekerja. Maka setelah kasus ayah Valeri mencuat, banyak orang yang tidak percaya jika ayah Valeri melakukan semua itu.
"Dimana 'dia'?" tanya Ayhner sambil menyesap minuman favoritnya yang sudah tentu disiapkan oleh Thomas.
"Entahlah, tadi dia pergi mengantar minuman untuk tamu," ucap Thomas sambil terus menyiapkan minuman untuk beberapa pengunjung.
"Aku tidak melihatnya." Ayhner kembali mengedarkan pandangan pada tiap pengunjung. Barangkali ada Valeri di sana. Tapi nihil, Ayhner tak menemukan Valeri.
"Dia ada di ruangan VIP nomor lima. Sudah lebih dari tigapuluh menit tapi dia tidak kembali," sambung Emily yang baru datang dan mendengar obrolan Thomas dengan bos-nya itu.
"Kau yakin dia sudah pergi selama itu?" tanya Ayhner dengan dahi berkerut. Apa mungkin Pedro berhasil masuk ke sini? Padahal di luar penjagaan yang dilakukan Ayhner sudah sangat ketat. Dan Ayhner juga sudah berpesan pada Daniel untuk melarang pria bernama Pedro itu memasuki wilayah klub miliknya ini.
"Apa lintah darat itu menempati ruangan tersebut?" tanya Ayhner mulai khawatir.
"Aku rasa bukan, sir. Aku melihat Nick anak pejabat itu memasuki ruangan VIP nomor lima tadi," jelas Emily tenang.
"Sial…!" Ayhner bangkit dan dengan langkah lebar berjalan menuju ruangan yang dimaksud. Samar Ayhner mendengar teriakan orang minta tolong serta tawa lebar dari seorang pria dan seorang wanita.
Pikiran Ayhner tiba-tiba saja terpecah saking khawatirnya pada Valeri. Dengan sekuat tenaga Ayhner membuka pintu tersebut yang ternyata tidak dikunci.
Dari tempatnya berdiri, Ayhner bisa melihat keadaan Valeri yang mengenaskan.
Baju kerjanya entah kemana. Dan hanya menyisakan bra berwarna hitam dan celana panjang.
Bugh….. Bugh…
Dua hantaman meluncur ke wajah Nick. Sementara Alice yang terkejut karena kedatangan Ayhner masih terpaku dengan ponsel yang masih merekam kejadian itu. Nick terhuyung dan berbalik hendak membalas. Namun, segera diurungkan begitu tahu siapa lawannya.
"Astaga, Valeri," geram Ayhner begitu melihat keadaan Valeri yang kacau. Valeri sibuk menutupi tubuh bagian atasnya dengan kedua tangannya yang masih gemetar hebat. Valeri menangis tertahan. Rambutnya acak-acakan. Ada banyak luka di lengan dan wajahnya. Dan luka jahit di perut Valeri terlihat memerah.
Ayhner bergegas melepas coat-nya dan menutupkannya ke tubuh Valeri. Membawa perempuan itu untuk duduk bersandar di dinding. Sementara Nick, Alice dan kedua temannya hanya menatap ketakutan kearah Ayhner.
Siapa yang tak mengenal Ayhner? Hampir semua orang di kota tersebut mengenal Ayhner Hamilton. Hanya orang bodoh saja yang berani berurusan dengannya.
"Valeri, bagaimana lukamu?" tanya Ayhner gugup melihat Valeri yang kesakitan memegang pinggangnya yang seminggu lalu terluka.
"Sakit…!" desis Valeri seraya mencengkeram lengan Ayhner yang kokoh. Ayhner memgepalkan tangannya dan memalingkan wajahnya pada empat orang manusia yang ketakutan di sudut ruangan.
Ayhner lantas menutup pintu ruangan perlahan. Matanya lalu mengarah tajam pada Nick dan teman-temannya.
"Apa maksud kalian?" tanya Ayhner dingin. Sementara empat orang di depannya hanya saling melirik satu sama lain.
"Kalau sampai terjadi sesuatu padanya, kalian akan tahu akibatnya," lanjut Ayhner lagi.
"Maaf, aku tidak tahu jika Anda dekat dengannya. Jika aku tahu, aku tidak akan bermain-main dengannya," jawab Nick, yang membuat Ayhner semakin mengepalkan tangannya geram.
"Memangnya kalau dia adalah orang lain yang tidak aku kenal, kau mau apa? Melecehkannya lebih dari ini? Hah?!" Keempat orang itu langsung menunduk.
"Dia pegawai disini dan kalian sudah berbuat tidak sopan padanya. Perlu ku beri tahu. Siapapun orangnya, kalian tidak pantas melakukan ini." Dan keempat orang itu hanya mampu tertunduk.
Hening.
Hanya isakan Valeri dan desisan kesakitan wanita itu yang terdengar.
"Dan kau, siapa namamu?" tanya Ayhner merujuk pada Alice.
"A…Alice, Tuan." Alice bergetar setengah mati mendapat tatapan tajam dari manik hijau tersebut.
"Hapus rekaman itu!" titah Ayhner dingin. Alice lalu memasukkan ponsel tersebut di saku jeans-nya. Berharap Ayhner tak melihat apa yang sedang ia lakukan. Yang jelas, dengan video itu, Alice akan mempermalukan Valeri dihadapan teman-temannya.
"Aku tidak melakukan apapun, Tuan," ucap Alice mencoba tenang.
"Hapus, atau akan kubuat keluargamu membayar semuanya!"
Dengan gemetar Alice mau tak mau mengeluarkan lagi ponselnya. Dan mencoba berpura-pura menghapus rekaman tersebut. Tapi sepertinya Ayhner tak semudah itu percaya.
Dengan cepat Ayhner merebut ponsel Alice dan mencari letak rekaman tersebut. Setelah berhasil menghapus rekaman tersebut, Ayhner melempar ponsel itu ke wajah Alice.
"Pergi dari sini! Jangan sampai aku melihat kalian berada di klub manapun milikku!" Ayhner hendak beranjak menggendong Valeri. Sebelum ucapan Alice membuat amarahnya kembali memuncak.
"Apa yang Tuan harapkan dari parasit seperti dia? Perempuan seperti Valeri tidak bisa menyaingi Nona Shelia meskipun pada kenyataannya Nona Shelia lumpuh. Kalau Tuan mau, aku bisa menggantikan Nona Shelia sementara. Anda tidak cocok jika harus berjalan berdampingan dengan wanita seperti Valeri."
Plak….
Dengan penuh amarah Ayhner menampar wajah Alice. Membuat semua orang yang berada diruangan itu terkejut, termasuk Valeri.
"Memangnya Valeri wanita seperti apa? Kau pikir kau lebih baik dari Valeri? Jika kau berfikir begitu,kau salah besar! Berapa banyak pria yang tidur denganmu?"
Alice menunduk dengan memegangi pipinya yang terasa panas. Menyesal pun sudah tidak ada gunanya sekarang. Jika boleh memilih, seharusnya dia tidak mengganggu Valeri tadi,jika akan berakhir seperti ini. Nick dan kedua temannya lebih memilih mundur perlahan tiga langkah. Sedikit menjauh dari dekat Alice.
"Kau saja lupa, kan? Dan kau bisa mengatakan jika kau lebih baik?!"
"Kau pikir apa hubunganku dengan Valeri? Kau merasa lebih tahu hubungan kami seperti apa? Lain kali jangan terlalu percaya diri untuk menyimpulkan sesuatu. Apa yang kau lihat, terkadang tidak akan sama dengan kejadian sebenarnya. Kau paham?!"
Alice mengangguk samar. Sedangkan Ayhner sedang berusaha menggendong Valeri tanpa menimbulkan rasa sakit di pinggangnya. Valeri hanya menurut saja. Bagaimana pun, Ayhner adalah tempatnya berlindung. Hanya dengan Ayhner Valeri bisa merasakan dilindungi, meskipun perkataan pria itu terkadang sangat pedas.
Sebelum membawa Valeri pergi, Ayhner masih menyempatkan berpesan pada empat orang tak beradap itu.
"Aku bukan tipe orang yang pemaaf. Jadi, kalian pasti akan membayar setimpal untuk kejadian malam ini."
"Jika keluarga kalian bermasalah, berarti itu adalah balasan dari perlakuan kalian pada Valeri."
IG : meipratiwi912