○18
"Kau membutuhkan minuman, Nyonya?" Suara itu tiba-tiba saja muncul kala Karina masih dalam emosinya yang menggebu-gebunya.
Wanita itu menengok, menatap bartender yang tadi melayani nya. Berpikir sejenak, wanita itu harus memberikan keputusan yang baik untuknya. Jika tadi dia merasa sangat ragu karena mengingat hubungan pernikahannya, kini Karina tak akan memikirkan suami brengsek nya itu.
Bukankah dia berhak untuk bersenang-senang juga? Bukan hanya pria brengsek tersebut. Ya, itu benar.
Dengan penuh rasa keyakinan, Karina menganggukkan kepalanya, memberikan jawaban yang langsung membuat bartender tersebut tersenyum. "Baik, Nyonya. Anda bisa menunggu dalam waktu sebentar saja."
Karina menjatuhkan kepalanya ke atas meja bar tersebut. Kepalanya kini sudah terasa benar-benar pusing sekali dan Karina merasa tak nyaman dengan hal itu. Berusaha beberapa kali untuk mengosongkan pikirannya, agar dia tak lagi pusing.
"Sial!" umpat Karina.
Saat ini, dia benar-benar membutuhkan pelampiasan emosinya agar hati dia bisa merasakan sebuah tenang. Ketika matanya tertutup, maka bayangan foto tersebut terus menghantuinya, seolah tak membiarkan Karina untuk merasakan ketenangan meski hanya untuk sementara saja.
Sungguh, takdir benar-benar tak berpihak kepada dirinya.
"Segelas Red Wine untuk Nyonya."
Mendengar suara itu, langsung saja Karina membangunkan tubuhnya. Wanita itu melihat pada sebuah gelas kristal yang kini telah tersaji di depan wajahnya. Minuman berwarna merah tersebut sangat menarik perhatiannya untuk meneguk secepatnya.
Tangannya bergerak, menggenggam gelas tersebut. Kulitnya bisa merasakan bagaimana dingin gelas tersebut akibat perpindahan kalor dari es batu di dalam nya.
Meneguk dengan pelan, dia berusaha menikmati minuman yang menurutnya sangat segar tersebut. Berbeda dengan sebelumnya, di mana dia merasakan mual saat meneguk alkohol, saat ini justru dia merasakan kepuasan tersendiri.
Setelah cairan yang ada di dalam gas tersebut habis, dia langsung menaruhnya. Mata nya mengedip beberapa kali, mulai merasakan pusing.
Sepertinya minuman ini memiliki kandungan alkohol yang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya, Karina sangat yakin sekali akan hal tersebut.
Apakah ini rasanya mabuk? Jika benar, maka Karina akui ini sangat menyenangkan. Apalagi ketika musik-musik yang berdentuman itu seolah sudah menyatu dengan dirinya, membuat dia terhipnotis ke arah lantai menari yang ramai sekali orangnya.
'Gerakkanlah tubuhmu dan menari di sana. Hilangkan semua pikiran buruk mu, lalu bersenang-senang lah.'
Bisikan itu tiba-tiba saja Karina dapatkan. Bisikan yang berhasil membuat Karina sangat yakin untuk melakukan niat di dalam dirinya itu. Dia membangunkan tubuhnya, melangkah dengan sempoyongan nya menuju ke lantai menari tersebut.
Tatapannya tampak kini sudah sayu yang terarah hanya pada tempat tersebut.
Saat sudah sampai di lantai menari itu, beberapa orang menyambutnya, diantaranya pemuda-pemuda yang sangat tertarik oleh dia sedari tadi.
Karina mulai menggerakkan tubuhnya. Dia benar-benar sangat menikmati tempat tersebut. Bahkan, masalahnya saja kini sudah dilupakan olehnya. Tak ada lagi bayangan Arsen yang muncul di kepalanya dan dia sangat senang akan hal tersebut.
Sampai saat dia merasakan tarikan yang benar-benar kuat pada tangannya, membuatnya langsung meringis pelan. Mata sayunya melihat pada sosok yang menjadi pelaku atas penarikan itu. Pandangan buram itu, membuat dia tak bisa melihat dengan jelas wajah dari sosok yang tampak diam sedari tadi, dengan terus mencengkram tangannya.
"Akh, lepaskan!" Dengan susah payah karena terlalu merasakan sakit pada bagian tangan nya itu, dia pun menghempaskan nya dan mengelus pergelangan tangannya yang sudah memerah itu.
Wajahnya merengut, dia pun menatap pada sosok pria yang menyebabkan luka pada dirinya itu. "Kau, memang benar-benar brengsek. Sama seperti Arsen. Yahh, semua pria sangat brengsek!!" teriak Karina, mengumpat pada sosok yang ada di depannya itu.
Tak ada sahutan lagi dari pria yang ada di depannya itu. Secara tiba-tiba, tangannya pun ditarik kembali dan dibawa dengan paksa menuju keluar dari sana. Beberapa kali, Karina akan terjatuh karena langkah wanita itu sempoyongan, membuat sang pria langsung bergerak sendiri untuk menarik tubuh Karina ke dalam gendongannya.
Untung saja tak ada pemberontakan dari Karina, sehingga saat itu dia tak perlu membuang waktu dan tenaga nya lagi dengan jauh lebih banyak.
Sayup-sayup, telinga wanita itu mendengar bunyi pintu mobil yang terbuka, lalu tubuhnya dibawa masuk ke dalam mobil tersebut dan didudukkan di bangku penumpang yang ada di sana.
"Kau benar-benar wanita nakal," ujar Jhosua.
Pria itu menggelengkan kepalanya dengan pelan, dia melihat bagaimana berantakannya Karina malam ini. Lantas, dia pun langsung mengendarai mobilnya, meninggalkan tempat mereka bertemu tadi.
Selama berada di dalam perjalanan, Karina terus mengigau tak jelas. Itu sungguh membuat kepala Jhosua rasanya mau pecah. Dia adalah penyuka ketenangan dan jika ada yang mengganggu ketenangannya, tentu saja dia merasakan sebuah kekesalan tersendiri di dalam dirinya itu.
"Bisakah kau diam untuk sementara waktu?" tanya Jhosua. Dia menatap Karina yang sedari tadi memukul dashboard dengan tangannya, sehingga membuat beberapa luka tercipta pada tempat tersebut.
Karina lantas menoleh. "Kau marah padaku? Kau tak tahu bukan rasanya jadi aku. Ya, kau tak akan mengerti, karena kau sama saja seperti Arsen." Hanya dalam waktu satu detik saja, Karina langsung menangis dengan kuat, membuat Jhosua langsung gelagapan saat itu.
Dia tak tahu lagi bagaimana caranya menenangkan Karina, apalagi saat ini dirinya sedang mengendarai mobilnya, harus menjaga keseimbangan untuk berjalan terus.
Nafasnya berhembus dengan kasarnya. Dia pun memperlambat laju mobil agar sesuatu yang buruk tak terjadi. "Karina, diamlah!" bentak Jhosua dengan nada suaranya yang cukup tinggi dan seketika, Karina pun langsung menghentikan tangisnya saat itu juga.
"Kau jahat!" Karina membuang wajahnya, memilih untuk melihat ke arah jalanan.
Melihat kelakuan Karina yang sangat kekanakan saat mabuk, benar-benar harus menguras tenaga dan emosi Jhosua saat itu juga.
"Lain kali, tak akan aku biarkan kau mabuk lagi."
***
Tubuh Karina yang sudah sangat lemah itu berada di dalam gendongan Jhosua. Pria itu melangkah, menuju ke kamarnya. Melewati lorong yang begitu panjang dan juga gelap, hanya ada sinar remang-remang yang berasal dari lampu dengan tegangan kecil.
Pria itu membuka sebuah ruangan dan memasukinya. Sangat gelap sekali ruangan itu, bahkan tak ada satupun pencahayaan, tapi dia terus melangkah dan tak menabrak satupun objek yang tak dilihat oleh matanya sendiri.
Seolah mengetahui bahwa di depannya saat itu terdapat ranjang, dia pun langsung merebahkan tubuh Karina di atas ranjang sana dengan sangat lembut. Kembali, dia mendengar Karina yang mengigau, ternyata wanita itu belum sepenuhnya pingsan, hanya tubuhnya yang lemah, mungkin saja tenaga Karina telah habis terpakai untuk berontak tadi.
"Kau memang wanita gila," ujar Jhosua. Pria itu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Sungguh, dia merasa sangat lelah sekali saat ini karena harus mengurus wanita yang ada di depannya.
Tubuhnya didudukkan di bibir ranjang. Pria itu kembali mengingat kejadian di club tadi. Keberadaan Karina yang ada di sana, diketahui oleh Jhosua karena dia telah mengirimkan seseorang untuk mengawasi kehidupan wanita itu. Tentu saja Jhosua tak akan membiarkan Karina berada di sana, apalagi wanita itu terbilang sangat baru di sana, sehingga pria berhidung belang bisa saja mengincarnya.
Untung saja tadi Jhosua datang diwaktu yang sangat tepat. Tak dapat pria itu bayangkan lagi, apa kejadian kedepannya jika saja dia terlambat.
Pria itu membangunkan tubuhnya. Niat hati ingin meninggalkan tempat tersebut, tapi seketika tangannya ditarik dengan kencang oleh Karina, membuatnya langsung gak bisa menjaga keseimbangannya, terjatuh dan hampir menimpa tubuh Karina, untungnya dia sigap untuk menahan diri agar tak menimpa Karina saat itu.
Sepasang tangan memeluk tubuhnya dengan erat, membuat Jhosua semakin kesulitan untuk terlepas dari Karina.
"Tetaplah di sini, temani aku," ujar Karina dengan nada manja nya itu, bahkan wanita tersebut kembali mengeratkan pelukannya.
Untuk beberapa saat, Jhosua hanya bisa terdiam. Otaknya berpikir sejenak, menimang-nimang lagi pilihan yang menurutnya sangat menguntungkan untuk dirinya.
Lantas sebuah seringai muncul di wajahnya. Kapan lagi bukan dia mendapatkan kesempatan yang sangat emas seperti ini? Yah, tidur bersama dengan Karina bukanlah sebuah pilihan yang buruk, itu baginya.
"Baiklah My Psycho." Langsung saja Jhosua menggulingkan tubuhnya ke bagian samping Karina.
Pria itu membawa tubuh Karina ke dalam pelukan dan mulai menutup matanya, berusaha untuk tidur. Namun, sebuah kejadian yang terjadi pada malam itu, membuatnya memilih untuk langsung membuka matanya lagi.
"What the hell!!!!"
***
Kepalanya terasa sangat pusing sekali saat itu. Butuh tenaga banyak untuk dia membuka matanya sendiri wanita itu tampak meringis pelan, dia merasakan dunia kini berputar dan tubuhnya terlempar-lempar. Tangannya bergerak pelan, mengusap keningnya dan memijat pelipis nya, untuk menghilangkan rasa pusing yang sangat menyiksa dirinya itu.
Pandangan dia blur, beberapa kali matanya mengedip untuk kembali memfokuskan pandangannya. Sampai saat dia terasa lebih baik, wanita itu mengedarkan tatapannya, melihat ruangan yang sangat asing baginya.
Lantas keningnya mengernyit dengan penuh kebingungan. Otaknya pun kembali bekerja, berusaha mengingat kejadian terakhir apa yang membuatnya berada di tempat ini, dia yakin sekali kalau sesuatu yang buruk pasti telah terjadi pada dirinya.
Pergi bersama Maureen menuju ke club, sendirian di sana, lalu dia meminum alkohol dan mabuk.
Matanya melotot sempurna mengingat itu. "Astaga, apa yang terjadi selanjutnya? Apa aku ...." Tangannya bergerak cepat menyibak selimut, memeriksa baju yang dikenakannya.
Lantas ringisan pelan keluar dari mulutnya itu kala dia melihat pakaian yang kini tengah dipakai olehnya. Rasanya saat itu dia ingin menangis dengan kuat saja karena telah melakukan sebuah kesalahan yang menurutnya sangat fatal sekali.
"Astaga, apa aku menghabiskan malam dengan seorang pria?"
Sungguh, Karina benar-benar tak bisa mengingatnya, mau seberusaha apapun itu dia mengingat, tetapi kapasitas otaknya sangat kecil untuk mengingatnya sendiri.
Nafasnya berhembus dengan kasar, saat ini dia harus memikirkan kembali masih buruk yang menimpanya ini.
Ceklek.
Pintu terbuka, langsung saja Karina menengok. Matanya melotot sempurna melihat Jhosua di daun pintu itu dengan penampilan telanjang dada, hanya mengenakan celana hitam panjang dan menunjukkan dadanya yang bidang dan perut sixpack nya itu.
Wajah pria itu tampak bahagia sekali pada pagi hari ini, seperti mendapatkan sebuah jackpot saja.
"Kau ..." Karina menggelengkan kepalanya dengan kuat, merasa sangat tak percaya sekali dirinya saat itu.
"Selamat pagi, My Psycho."
"Shit, mengapa ada kau di sini?!" Karina mendudukkan tubuhnya, dia menatap tajam Jhosua yang sangat merusak paginya itu.
"This is my room."
"What?!" Karina tergagu saat itu juga, tak tahu lagi dia harus memberikan tanggapan selanjutnya. Otak dia benar-benar terasa buntu sekali, sehingga tak bisa memikirkan jalan keluar atas masalah ini. "Kau apakan aku semalam?"
"Kau lupa?" Perlahan, kaki Jhosua mulai melangkah, menuju ke tempat Karina berada.
Mengikuti instingnya sendiri, Karina perlahan memundurkan tubuhnya. Wanita itu seolah mendapatkan ancaman yang sangat kuat dari predator di depannya, sehingga dia harus kabur.
Namun kenapa, saat ini justru tubuhnya terasa sangat berat sekali, sehingga dia tak bisa dengan bebas menggerakkan tubuhnya?
Sungguh sialan sekali.
Jhosua menaruh nampan yang dipegangnya itu ke atas meja nakas, lalu dengan cepat, dia pun menarik kencang kaki Karina, sehingga menyebabkan pekikan kuat dari wanita itu.
Posisi Karina saat ini kembali tertidur di atas ranjang. Saat wanita itu akan membangunkan tubuhnya, justru Jhosua dengan cepat menimpanya, membuatnya terasa dikukung saat itu juga.
Dengan susah payah, Karina menelan ludahnya. Dia benar-benar tak kuat berada di dalam situasi yang sangat mencemaskan seperti itu. Bahkan tangannya sendiri pun sudah bergerak untuk menahan bahu Jhosua, agar pria itu tak mendekat.
Tatapan Jhosua benar-benar seperti predator yang tengah menatap mangsanya.
Ini sungguh mengerikan.
"Kau lupa, kita semalam menghabiskan waktu bersama di atas ranjang ini. Sungguh, malam itu tak akan aku lupakan sampai kapanpun," bisik Jhosua dengan sensual, semakin menciptakan rasa takut di dalam hati Karina.
"Jangan bercanda!" kalimat yang tercipta dari bibir mungil itu penuh akan penekanan, salah memberikan peringatan kepada Jhosua agar tak membohonginya dikala situasi seperti ini.
"Kau tak percaya? Aku memiliki beberapa fotonya kita malam itu juga? Dan kau, bisa lihat bukan perubahan di dalam dirimu? Kau memakai baju yang berbeda dari sebelumnya. Jika kau bertanya siapa yang menggantikan pakaian itu? Maka jawabannya adalah aku. Ya, aku."
"Crazy!!" Karina tak bisa lagi menahan rasa kesal itu. Dengan penuh emosi, dia pun langsung mendorong kencang tubuh Jhosua, sampai membuat pria itu hampir terjungkal.
Membangunkan tubuhnya lagi, Karina mengumpulkan tenaga nya untuk memposisikan diri siapa duduk. Terlihat nafasnya kini tengah tersengal-sengal.
"Kau benar-benar pria brengsek sialan. Dengan tega kau memperkosa aku!!" teriak Karina yang merasa gak terima dengan fakta didapatkannya itu baru saja.
Bukannya merasa takut akan kemarahan Karina, justru saat itu Jhosua langsung tertawa, seolah apa yang diucapkan oleh Karina tadi adalah sebuah lelucon yang sangat lucu.
"Mulai saat ini, kau tak bisa bermain-main lagi denganku Karina. Kau, akan terus terjerat dalam lingkaran kegelapan kita dan kau, tak akan bisa pergi dariku, sampai kapanpun itu. Ingatlah!"