Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 2 - Memory Zyan

Chapter 2 - Memory Zyan

"KESIALAN APA LAGI INI!" maki Zyan dengan tatapan nyalangnya.

"Mari, bermain bersama kami, Zyan," ucap Arthur dengan seringainya karena Zyan juga menggendong seorang wanita.

"Dasar bajingan, aku tidak sudi milikku masuk ke mana saja," ucap Zyan lalu dia masuk ke kamarnya.

"Dia siapa?" tanya wanita itu.

"Sahabatku, kita lanjutkan di kamar saja, Baby." ucap Arthur lalu dia menggendong wanitanya dengan posisi keintiman yang enggan mereka lepaskan.

Di dalam kamar Darren membaringkan wanita itu di atas ranjang.

"Merepotkan sekali!" ucap Zyan sambil membaringkan wanita itu di atas ranjang.

"Brengsek kau Yuka, lebih baik kau mati saja, kau lebih memilih wanita jalang itu dari pada aku, dia itu sudah longgar, sedangkan aku masih sempit belum terjamah oleh siapa pun," racaunya lagi.

"Cih ... wanita bodoh, hanya karena putus cinta, dia melakukan hal gila seperti ini!" ucap Zyan, cukup lama Zyan diam menatap wanita yang sedang tertidur.

"Kau itu sangat cantik, tapi sayang kau bodoh," ucap Zyan, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.

"Si bajingan itu, apakah masih bermain di luar atau tidak," ucap Zyan, sebelum keluar dari kamar, dia mengintip dari balik pintu terlebih dahulu.

"Sedang apa kau?" tanya Arthur, dia sudah menggunakan pakaian yang lengkap dengan rambut yang basah.

"Gila!" maki Zyan dengan tatapan sinisnya.

"Kau temukan di mana jalang itu?" tanya Arthur.

"Jaga ucapanmu, kalau dia dengar bagaimana?" tanya Zyan.

"Kau jangan naif, di sini sulit mencari wanita baik-baik yang masih mempertahankan kesuciannya," jawab Arthur.

"Sulit bukan berarti tidak mungkin," ucap Zyan.

"Ya, terserah kau saja," ucap Arthur lalu keduanya berlalu menuju dapur.

"Di mana wanitamu?" tanya Zyan.

"Sudah ku enyahkan," jawab Arthur lalu meneguk air dingin yang baru saja dia tuangkan.

"Sampai kapan kau akan melakukan perbuatan gila seperti itu, kau tidak takut akan tertular penyakit?" tanya Zyan.

"Kau berkata seperti itu, karena kau belum merasakan kenikmatannya," jawab Arthur.

"Sinting, aku ini pria beristri, jadi aku sudah merasakannya," ucap Arthur.

"Cih!" Arthur memalingkan wajah dan mendecih, dia lalu kembali menatap Zyan lagi, "Pria beristri, sampai kapan kau terus terbelenggu dengan masa lalu?" tanya Arthur.

"Aku tidak terbelenggu masa lalu, memang kenyatannya seperti itu," jawab Zyan.

Arthur hanya menghela nafasnya dengan panjang saat mendengar jawaban Zyan, sudah dua tahun berlalu, tapi Zyan masih bersikap seperti ini, Zyan selalu menganggap dirinya masih beristri, sebesar itukah rasa cinta yang Zyan miliki untuk mendiang istrinya, sampai-sampai Zyan terus bersikap seperti ini, enggan membuka hati untuk menerima wanita lain.

"Bagaimana? Apa kau suka melihat pertunjukan tadi?" tanya Arthur dengan seringainya.

"Tentu," jawab Zyan, "Aku sangat menyukainya, tinggal berapa gelintir lagi lalat yang belum musnah?" tanya Zyan.

"Hanya beberapa lagi menuju ke inti," jawab Arthur.

"Bagus, aku tidak sabar melihat dia terkapar tak berdaya di hadapanku," ucap Zyan.

"Jangan lupa, aku juga ingin melihat bajingan itu mengemis meminta ampun, lalat tidak berguna seperti mereka adalah sampah masyarakat yang harus dimusnahkan," ucap Arthur.

"Selanjutnya, siapa sasaran kita?" tanya Arthur.

"Biarkan mereka tenang untuk beberapa saat, setelah itu baru kita mulai kembali," jawab Zyan.

"Ngomong-ngomong, tumben kau masih berada di sini?" tanya Arthur.

"Aku tidak tinggal di neraka itu lagi," jawab Zyan.

"Why?" tanya Arthur dengan alis yang terangkat.

"Kau juga tau apa yang terjadi, siluman itu selalu saja membawa pengaruh buruk untuk Jonatan," jawab Zyan.

"Sinting! Setidaknya panggil dia ayah, dia itu ayahmu," ucap Arthur.

"Dia tidak pantas untuk sebutan itu, kau juga tau bagaimana dia memperlakukan aku dan ibuku, sampai kami harus terpisah seperti ini," ucap Zyan dengan rahang yang mengeras.

"Besok kau ada meeting dengan dia," ucap Arthur.

"Haiish ... sangat menyebalkan bertemu lagi dengan dia, kau saja yang pergi, aku akan mengurus yang lainnya," ucap Zyan.

"Hmm ... kau belum jawab pertanyaanku," ucap Arthur.

"Yang mana?" tanya Zyan.

"Kau temukan di mana wanita itu?" tanya Arthur.

"Dia dengan sengaja menabrakkan diri ke mobilku, untung saja aku sedang dalam keadaan waras mengendarai mobil, jika tidak, dia sudah pasti mati," jawab Zyan.

"Oh ... boleh aku mencicipi dia?" tanya Arthur dengan seringainya.

"Sinting kau!" maki Zyan.

"Just for fun, Bro," ucap Arthur.

"Kau tidak pernah ada habisnya memikirkan hal kotor seperti itu," ucap Zyan.

"Karena melakukan itu sangat menyenangkan, Zyan," ucap Arthur.

"Terserah kau saja, aku tidur di kamarmu malam ini," ucap Zyan.

"Cih ... aku tidak sudi tidur sekamar denganmu, aku lebih suka tidur seranjang dengan wanita seksi yang bisa memuaskan aku," ucap Arthur.

"Kau amnesia? Ini apartemen milikku, jadi kau harus menuruti apa perintahku," ucap Zyan dengan gemas.

"Aku sudah menyewa tempat ini jika kau lupa, jadi aku yang berhak untuk menentukan siapa yang akan tidur di kamarku, lagi pula mana ada pemilik apartment menumpang di apartment miliknya yang sudah disewa orang lain," ucap Arthur.

"Ada, aku yang pertama melakukan itu," ucap Zyan.

"Kenapa kau tidak pergi ke rumahmu saja?" tanya Arthur.

"Terlalu jauh bodoh, aku malas membawa wanita ke rumahku, rumah itu hanya boleh diisi oleh ...." jawab Zyan terhenti.

"Ya, ya, ya aku sudah tau, tidak perlu dilanjutkan lagi," ucap Arthur menyela.

"Sudahlah, aku ingin tidur sekarang," ucap Zyan, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Arthur, tapi dengan cepat Arthur masuk lebih dulu dan mengunci kamarnya agar Zyan tidak masuk.

"Haiish ... pria itu benar-benar tidak mengijinkan aku tidur di kamarnya," ucap Zyan dengan kesal, sedangkan Arthur menyeringai dari balik pintu kamarnya.

"Bodoh saja jika dia tidak tergiur dengan tubuh molek gadis itu, sorry, Zyan, aku hanya ingin melihatmu melupakan semua masa lalumu dan memulai kehidupan baru." ucap Arthur lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang.

Sedangkan Zyan, dengan langkah gontai masuk ke kamarnya, dia mengambil bantal dan selimut yang ada di lemari, Zyan tidak mungkin tidur satu ranjang dengan gadis itu, bagaimana pun Zyan adalah pria normal yang masih memiliki hasrat untuk dituntaskan.

"Semakin rumit untuk dilepaskan begitu saja, entah sampai kapan semuanya seperti ini." ucap Zyan Dengan menatap langit-langit kamarnya, Zyan sudah merebahkan tubuhnya di sofa, dia pun mulai memejamkan matanya, kini kenangan masa lalu yang indah mau pun buruk terus berputar di dalam otaknya.

Hal itulah yang membuat Zyan harus melakukan semua kegilaan ini, Zyan terus bermain di dalam memori masa lalu yang sulit untuk dia lupakan hingga membuat Zyan terlena ke alam mimpinya.

Bersambung....