Sementara di tempat lain, di aula yang paling besar, bahkan lebih besar dari milik Raja dan Ibu Suri, seorang perempuan cantik tengah mengguratkan sesuatu di atas kertas putih dengan tinta hitam nya.
"Yang Mulia Permaisuri, raja terlihat sudah berangkat!" info dayang bernama Bin Ros.
Terdengar hela nafas lega dari wanita itu setelah mendengarnya.
Bernama Jie Al Jenna, permaisuri dari Kerajaan Utara. Wanita itu mengangkat tangannya guna menaruh pena ke dalam wadah tinta dengan elegan seraya berkata,"Akhirnya selama beberapa hari ke depan aku terbebas dari suami yang overprotektif itu."
"Padahal surat wasiat ini belum selesai," batinnya membuat kelanjutan.
Ya, Jenna menyebutnya dengan surat wasiat, menyeramkan bukan?!
Ros berekspresi tak sedap mendengar celotehan sang junjungan.
Namun bagaimana lagi, Permaisuri Jie tidak mencintai Raja Xie, meski raja begitu mencintainya. Dia pun memilih untuk tidak protes saja dan berharap yang terbaik untuk Permaisuri.
"Oh ya Yang Mulia. Ku dengar Yang Mulia Selir ikut berburu dengan Raja,"ucap Ros bermaksud mengompori.
Entahlah, dari dulu Ros tidak suka dengan istri kedua raja itu, karena dia berpikir perempuan itu bisa menjadi saingan junjungan nya, terutama dalam hal kecantikan.
Wajah Jenna tetap menggambarkan ketenangan, namun sebenarnya hatinya tengah berjingkrak-jingkrak sekarang mendapat informasi dari sang dayang.
Bahkan Jenna menginginkan lebih dari apa yang dikatakan oleh Ros, yakni selir itu bisa membuat Arjuna agar berpaling darinya.
Tapi kapan hal itu terjadi?!
Setiap kali dirinya melihat Arjuna berduaan dengan Irene. Dia pernah absen untuk menggoda, dan Arjuna juga tak pernah absen untuk berkata,"Faktanya hati ku masih milikmu!"
"Sial!"
Jenna tidak cemburu apalagi panas. Dengan wajah ketenangan dia merespon,"Oh ya?! Pasti raja punya alasan tersendiri."
Itulah jawaban sang permaisuri yang kebanyakan Bin Ros tidak mengerti.
Di dalam hati, perempuan bergelar ratu itu merasa sangat senang. Dia pun berpikir,"Sepertinya aku harus membuat wasiat untuk Ay ay juga."
Ay ay adalah panggilan Jenna pada Irene, dia hanya membawa cara membaca dua kata pertama dan diucap sebanyak dua kali.
Wanita itu mengelus perut buncitnya seraya berkata,"Hwajun, bersabarlah!"
***Dua tahun yang lalu
Arjuna melempar tumpukan kertas kecoklatan berukuran sedang seraya berkata,"Apa-apaan ini!"
Tatapannya menyiratkan bahwa dia ingin sebuah penjelasan dari gadis didepannya.
Jenna tertunduk dengan raut wajah kesal yang disembunyikan. Dengan hati-hati dan penuh perhitungan serta ketenangan dia menjawab,"Bukan kah isi surat itu sudah jelas Yang Mulia."
"Tak ada gunanya untuk menutup nutupi," pikirnya karena tidak ingin ada sebuah drama nanti.
Arjuna tidak habis pikir dengan jawaban itu. Bibirnya sedikit bergetar tatkala berkata,"Jadi kau benar-benar memiliki pria lain!"
"Aku hanya mencoba mempertahankan hubungan ku dengan nya Yang Mulia," balas Jenna membela diri.
"Hubungan apa? Sebagai kekasih hah?!" tanya Arjuna dengan dingin tapi terkesan menggertak.
"Anda tidak perlu tahu. Ini urusan saya," balas Jenna dengan raut wajah yang tetap tenang.
Arjuna tak mau kalah, dia pun kembali berujar murka,"Kau adalah istri ku. Kita sudah menikah, tapi kau malah berbuat hal memalukan seperti ini!"
"Saya memiliki pria lain yang saya cintai. Untuk anda, berhentilah untuk berusaha memiliki hati saya," tutur Jenna begitu berani.
Arjuna mengusap rambutnya kuat-kuat. Rahangnya mengeras. Hampir saja dia menendang meja didepannya itu.
Sekuat tenaga laki-laki itu berusaha menahan amarah agar tidak memuncak. Hal tersebut bukan tanpa alasan, kini dia dan sang istri tengah di Aula Permaisuri. Mungkin jika aksi marahnya terlalu berlebihan akan terdengar sampai keluar.
Sayang, bibir Arjuna kelu bahkan untuk merespon pernyataan Jenna, apalagi menyanggah, rasanya terlalu sulit karena ucapan itu benar.
"Jika anda ingin tuduhan berselingkuh, keputusan ada di tangan anda Yang Mulia."
"Bahkan dia menyerahkan diri demi laki-laki itu," batin Arjuna tidak habis pikir.
Jenna tahu bahwa sang raja sangat mencintainya. Pasti laki-laki itu akan menghalanginya jika dia bunuh diri seperti itu. Dengan cerdik Jenna memanfaatkan hal tersebut.
Di sisi lain Jenna juga tidak peduli akan resiko, bisa saja posisinya digulingkan atau dipermalukan. Tapi, semua itu untuk Hwajun, kekasih yang sangat dia cintai.
Saking cintanya, bahkan ada cerita yang menghebohkan jagad hatinya dan Hwajun.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jenna kepada Hwajun kala itu.
Hwajun berasal dari kasta bangsawan kelas pertama di Kerajaan Timur, tempat asal Jenna, berkedudukan sebagai perwira tinggi. Dia tumbuh bersama Jenna dari kecil. Tentu saja, persahabatan seorang perempuan dan laki-laki itu sukar untuk menghindari yang namanya saling mencintai. Mereka pun seperti itu.
"Apa kau yakin? Aku benar-benar merasa tidak enak, " balas Hwajun sambil meneguk ludah.
Laki-laki itu memegang erat kedua tangan Jenna seraya berkata,"Sekarang aku berubah pikiran! Aku tidak peduli lagi siapa yang menyentuh mu untuk pertamakali. Hal terpenting bagi diriku adalah, hati mu masih menjadi milik ku."
Bukan tanpa alasan dirinya mengatakan hal tersebut. Dia sangat takut jika ketahuan melakukan perselingkuhan kelewat batas, dan kemudian menyebabkan perempuan yang dicintainya itu berakhir digulingkan atau bahkan dihukum mati.
Jenna tidak ingin berdebat, karena dia tahu, hal itu hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga juga perasaannya.
Segera Jenna menanggalkan gaun mewah dan aksesoris yang dia kenakan. Hwajun yang tidak bisa menahan diri pun menjadikan malam itu, malam yang indah.
Namun euforia malam kedua insan tidak berlangsung lama, karena disela aktivitas panas mereka yang begitu membakar bulu roma, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari tempat itu.
Hwajun yang dilanda kecemasan dan ketakutan yang amat sangat terpaksa menghentikan aktivitasnya meski ingin melanjutkan.
Setelah selesai berpakaian dan menyanggul rambut dengan sederhana agar cepat, Jenna pun langsung membuka pintu Aula. Terdapat Arjuna dengan smirk yang menyebalkan berdiri di depannya.
Dia pun mempersilahkan sang raja masuk.
Untuk kedua kali, perempuan yang sudah kehilangan kegadisannya itu harus melakukan hal yang serupa seperti beberapa saat detik yang lalu. Namun bedanya hal tersebut harus dilakukan olehnya secara berkelanjutan.
Kala itu, Hwajun segera melarikan diri dari Aula karena tidak ingin keberadaan nya sampai tercium Raja Xie, alias Arjuna. Dirinya tahu, Arjuna adalah orang dengan insting yang kuat. Dulu, dia pernah dikalahkan oleh raja itu pada pertandingan pedang yang dilaksana di Kerajaan Timur. Hingga menyebabkan pedang kesayangannya dirampas karena kalah taruhan.
Ironis, yang taruhan bukanlah Hwajun, tapi Raja Hyo, ayahanda Jenna yang kala itu masih hidup.
Seakan membalas kekalahan dulu, kini Hwajun berhasil merampas hak yang harus diterima oleh Arjuna. Namun Jenna bukanlah alat mainan, jadi Hwajun tidak ingin berpikir sejauh itu.
Cerita yang benar-benar gila bukan?!
Sementara Arjuna yang begitu mencintai Jenna dan ingin selalu memiliki wanita itu sampai akhir hayatnya, hingga berani menutupi kasus perselingkuhan Jenna dan tetap mempertahankan posisi sang istri sebagai permaisuri.
Yang bisa dilakukan oleh Arjuna pada saat itu adalah bersabar, dia yakin bahwa suatu saat nanti Jenna akan menerimanya. Meski rasanya mustahil, karena di awal pernikahan nya dengan Jenna pun langsung memberi kesan buruk untuknya.
Setelah kejadian 'surat-suratan dengan Hwajun terbongkar' hubungan mereka yang biasa-biasa saja pun berubah menjadi dingin.
Hingga sebuah perjanjian merubah segalanya. Perjanjian mengantarkan dua insan itu dari jarang bertemu jadi lebih sering bertemu, dari jarang bersama jadi lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Meskipun hal tersebut hanya polesan dari kenyataan yang ada.
Pasca perjanjian disepakati, Arjuna dan Jenna memperlihatkan hubungan yang begitu dekat hingga memberi hak Arjuna sebagai suami setiap minggunya. Sayangnya itu hanya sekedar skenario. Meski begitu, Arjuna tetap merasa senang dan berharap hal tersebut menjadi pintu masuk untuk memiliki hati Jenna.
Laki-laki yang malang, setelah hampir tiga tahun pendekatan, sikap asli Jenna terhadapnya tetap seperti itu, tidak berubah. Namun rasa cinta yang terlalu besar membuat dia kesulitan bahkan hanya sekedar membenci sang istri. Membiarkan tubuhnya dipenuhi dengan luka tak berdarah adalah pilihannya.
Arjuna benar-benar dilemahkan oleh cintanya sendiri dan seorang wanita secantik Jenna. Cinta yang diberikan membawanya pada rasa 'sudah biasa' terhadap cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Namun di bagian hati terdalam, hal tersebut yang sangatlah menyakitkan Arjuna.
Kita tidak tahu kapan rasa itu akan meledak!