"Hati-hati!" peringat Arjuna pada Irene yang tengah berusaha naik ke batu besar.
Sebentar lagi mereka berdua hampir sampai ke tempat air terjun.
"Se-sebentar! Bisakah Yang Mulia membiarkan ku sendiri saja?!" ucap Irene karena merasa jika dia melakukannya sendiri lebih mudah untuk menaklukkan batu terjal itu.
Arjuna berdecak."Aku bantu saja kau masih kesusahan, apalagi ku biarkan sendiri. Kau bukan seekor cicak!" cibirnya di akhir yang membuat bibir gadis itu berkerut.
Sekuat tenaga Arjuna menahan agar tangan Irene agar tidak terlepas.
Pada akhirnya gadis itu berhasil naik ke atas batu di pelukan Arjuna.
Tidak ingin gegabah lagi seperti sebelumnya, laki-laki pun melepaskan tubuh Irene dengan perlahan.
"Merepotkan!" gumam Arjuna yang nyatanya mampu didengar oleh Irene.
"Aku tidak meminta Yang Mulia untuk menemaniku," ucap Irene sedikit tak terima dengan ucapan sang raja yang seolah dirinya adalah beban.
"Jika kau terjatuh di sini, siapa yang bertanggung jawab?!" balas Arjuna dengan sengit.
"Baiklah maafkan aku." lirih gadis itu kemudian mendudukkan diri.
"Jangan cemberut seperti itu!" pinta Arjuna lalu melakukan hal yang sama seperti Irene, yakni mendudukkan diri.
"Aku tidak cemburu eh, aku tidak cemberut," Gadis itu mengulangi perkataannya.
"Maaf, saya sudah merepotkan Anda dan Kasim Fuu," lirih Irene dengan tulus.
"Maafkan aku telah menyingung hati mu," balas laki-laki itu yang dibalas dengan gelengan kecil.
Arjuna terseyum tipis."Aku akan mengajak mu setiap kali berburu. Kau tidak akan menolaknya kan?!" Dia berharap perkataan itu membuat selirnya senang.
"Benark_" Irene yang terlampau senang dengan ucapan sang raja membuat tubuhnya hampir terhuyung kebawah.
Segera Arjuna menarik lengan dan menahan punggung Irene agar gadis itu tidak jatuh.
Mulut Irene yang terbuka bersama nafasnya yang naik turun akibat kaget setengah mati, membuat dirinya gemas sendiri.
Arjuna pun melonggarkan pangkuan nya dan langsung membuat Irene menjerit dan berakhir memeluknya.
Tanpa sadar Irene memukul kecil dada bidang itu."Yang Mulia ingin membunuh ku?!" protesnya begitu galak seraya memegangi dada akibat shock berat.
Arjuna hanya menggaruk kecil telinganya tanpa menjawab pertanyaan itu,"Bagaimana? Kau mau ikut dengan ku setiap berburu?"
"Yang Mulia tengah menyogok ku?" tanya gadis itu dengan sengitnya.
Arjuna pun menyerah untuk keluar dari tanggungjawabnya. Jujur, tadi dia hanya iseng.
"Iya-iya, aku minta maaf, aku salah."
"Baiklah-baiklah aku memaafkan Yang Mulia. Kalau begitu aku ingin ikut."
"Ingin ikut apa?" Entah mengapa Arjuna melemparkan pertanyaan seperti itu.
"Berburu lah."
Arjuna mengangguk dan memilih untuk menyuruh Irene untuk bergeser agar lebih dekat dengannya seraya berkata,"Sudah! Jangan jauh-jauh dari ku!"
"Saya ragu mendekati orang yang hampir membunuh saya."
Arjuna mengelus-elus pelipisnya tidak habis pikir."Kau tidak ingat dengan kejadian lubang itu kemarin, itu akibat kau tidak menuruti perintah ku." Pada akhirnya Irene pun mendekat dengan perasaan kesal.
"Bisakah kau berhenti mengatakan bahwa aku akan membunuhmu? Itu hal yang tidaklah mungkin," lanjut Arjuna.
"Ya sudah, maafkan saya Yang Mulia." balas Irene agak ketus.
Sungguh hal tersebut diucapkan Irene buka tanpa alasan, dia memang orang yang kagetan.
Untuk melupakan kejadian buruk beberapa saat yang lalu, Irene pun memutuskan untuk melepas sepatunya dan merendamkan kedua kaki di sana, menikmati udara yang masih segar, ditambah pemandangan yang tersaji begitu indah, kupu-kupu beterbangan bersama kicauan burung yang tidak berhenti mengalun.
Arjuna yang melihatnya pun jadi ter-ingin juga. Tanpa basa-basi, dia melakukan hal seperti gadis itu. Benar saja, terasa sangat segar ketika dia melakukannya.
"Astaga, aku ingin mandi," ujar gadis itu yang sontak membuatnya kaget sendiri.
Byur!
Irene langsung menjatuhkan diri ke kolam sungai air terjun, menenggelamkan seluruh tubuhnya di sana.
"Bodoh! Kenapa aku berpikir yang tidak-tidak?!" batin laki-laki itu.
Kini Arjuna percaya dengan kemampuan ghaib selir nya. Tak ada alasan lagi untuk menyangkalnya sekarang, jadi tak perlu teriak ala-ala 'Apakah kamu bisa berenang?' dan berakhir menyelamatkan.
Tak lama gadis itu pun muncul juga ke permukaan. Tadinya Arjuna cukup cemas dengan kemampuan berenang sang selir.
Perlahan Irene menghampiri batu yang diduduki sang raja."Maaf Yang Mulia. Saya tidak bisa untuk tidak mandi, meskipun satu hari."
Arjuna menggeleng."Nikmati saja. Sepertinya aku juga ingin."
Baru saja Arjuna hendak membuka baju, namun dari bawah Irene terlebih menariknya ke dalam air.
Tubuh dua insan tenggelam secara bersamaan, dan naik ke permukaan air secara bersamaan pula.
Irene mengusap-usap area wajah nya, begitu pun dengan Arjuna.
"Maaf Yang Mulia, ak_"
"Tidak apa-apa. Aku memang berencana untuk berenang juga," balas Arjuna.
Irene tersenyum bersyukur sekaligus lega dengan reaksi sang raja. Entahlah, tadi dirinya merasa takut.
"Astaga, segar sekali," batin Arjuna seraya pun menenggelamkan diri untuk keduakalinya. Sementara, Irene berenang-renang kecil di sekitar an.
Cukup lama kedua insan itu merendamkan di kolam air terjun. Namun belum ada-ada tanda-tanda untuk menepi dari mereka karena masih seru.
"Dulu, teman ku suka melakukan ini Raja!" ucap Irene sambil melemparkan siraman air pada wajah Arjuna.
Tiba-tiba laki-laki itu membatu ketika merasa ada orang yang menyiramnya tanpa permisi.
Irene menelan ludah kuat-kuat melihat wajah datar dan tatapan dingin sang raja kepadanya.
Dia sana cuma terdengar suara jangkrik saja.
Tiba-tiba Arjuna mengeluarkan seringai nya, "Rasakan ini!" ucapnya sambil melakukan membalas siraman itu dengan membabi buta.
"As-astaga Yang Mulia." Irene berusaha menutupi wajahnya kemudian berusaha membalas serangan itu dengan sama-sama brutal.
Dibalik pohon Kasim Fuu yang melihat pertunjukan itu, mengulas senyuman seraya membatin,"Terimakasih Yang Mulia, untuk keduakalinya hari ini anda menyenangkan daja."
Mereka tertawa bersama ketika melakukan hal itu, hingga tak terasa jarak pun terkikis diantara keduanya.
Irene dan Arjuna menghentikan aktivitas itu dengan sisa tawa mereka.
"Raja kemari!" pinta Irene sembari mengambil paksa kedua tangan laki-laki yang berada di hadapannya.
"Mari kita lakukan bersama, satu, dua tiga!"
Kedua orang itu pun menenggelamkan diri secara bersamaan dengan aba-aba Irene. Tak lama mereka keluar ke permukaan.
"Menyenangkan kan Yang Mulia?!" tanya Irene sambil mengusap-usap wajahnya.
Arjuna tersenyum kecil,
"Iya! Apalagi ditemani gadis seperti mu!" batinnya.
"Dulu, aku selalu melakukan hal itu dengan teman-teman," ujar gadis itu kemudian.
"Baiklah! Kita lakukan lagi!" ajak nya.
"Satu, dua, tiga." Kini Arjuna lah memberikan aba-aba.
Mereka berdua menutup erat kedua mata masing-masing, dan menenggelamkan diri secara bersamaan lagi.
Di dalam air, Arjuna menarik paksa tubuh Irene agar lebih dekat dengan tubuh nya yang langsung disambut dengan lingkaran sepasang tangan nya di lehernya. Dia senang dengan reaksi gadis itu.
Sumpah, Irene menyangka adalah hewan yang akan menyerangnya dari belakang, misalnya buaya, dan sang raja sedang berusaha menyelematkan nya. Seperti itulah cerita yang ada di otaknya.
Mereka muncul ke permukaan lagi, dengan posisi berpelukan.
Irene meneguk ludah, ternyata tidak ada buaya, yang ada adalah pria tampan yang kini tengah menatapnya.
Sementara Sam yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon langsung terkejut melihat pemandangan itu. Segera dia pun meninggalkan tempat karena tidak ingin menganggu.
"Astaga," batin gadis itu sambil merasakan jantung nya berdegup kencang.
Bagaimana tidak berdegup kencang?! Kini wajahnya begitu dekat dengan sang raja, bahkan hidung runcing itu tadi secara tidak sengaja beradu dengan hidung kecil miliknya.
Entah mengapa Irene senang dengan hal itu, tapi menurutnya semua itu salah.
Perlahan Irene menurunkan tangannya dari leher Arjuna, bermaksud ingin terlepas. Namun laki-laki itu malah semakin menarik pinggangnya ke dalam.
Ekspresi terkejut Irene yang mendongak ke arahnya membuat Arjuna sejenak lupa diri, "Sangat cantik," pikirnya seraya mempererat pelukan.
Sekarang kedua tubuh dua insan itu tidak memiliki jarak samasekali. Begitu dekat dengan posisi saling bertatap, saling menikmati pahatan tuhan yang sempurna di depan masing-masing.
Irene menelan ludah seraya membatin,"Astaga! Kenapa Raja begitu tampan?"
"Bahkan kini, diposisi ini, untuk bernafas pun seolah sulit," pikirnya.
Irene bertanya kepada diri sendiri, apakah dirinya punya penyakit jantung. Perasaan dirasakan olehnya begitu aneh, tapi yang lebih aneh adalah dia suka dengan perasaan itu, entah mengapa.
Arjuna semakin mendekatkan wajahnya, bermaksud menyentuh hidung kecil itu.
Namun Irene malah menjauhkan wajahnya, entah karena menolak atau malu. Sayang, Arjuna memaksa untuk mendekat karena tidak tahan dengan kecantikan Irene.
Tangan Irene mencengkram kuat pundak Arjuna, menahan diri untuk tidak bertindak terlalu jauh. Namun sepertinya laki-laki itu tidak peduli.
Tapi, mereka suami-istri, apa salahnya.
Perlahan sebelah tangan Arjuna beralih menyentuh pipi Irene, sementara tangan yang satunya masih setia melingkar sempurna di pinggang ramping itu.
Irene pun mulai melingkarkan kedua tangannya di leher itu dengan sempurna, mengunci tubuhnya sendiri agar tidak terlepas dari kukungan sang raja.
Kini tubuh kedua insan itu menjadi satu.
Arjuna menurunkan kepalanya agar lebih dekat dengan wajah Irene, menyatukan keningnya dengan kening itu sembari mengelus lembut pipi Irene dengan ibu jarinya.
Pada akhirnya hidung mereka saling beradu dan bertarung dengan perlahan nan lembut. Sama-sama memejamkan mata guna merasakan nafas dan perasaan itu.
Aroma mint!
Aroma apel!
Dua insan itu benar-benar sedang dimabuk cinta.
Byur!
Tanpa aba-aba mereka berdua sama-sama menenggelamkan diri ke dalam sungai.