Irene termenung di dalam tenda sambil perlahan menyisir rambutnya yang lama kelamaan mengering juga. Jantung nya masih tidak aman, bahkan wajahnya nya pun merasa tidak aman jika harus keluar tenda.
Dia merasa bisu. Dirinya tidak bisa berkata-kata akibat kejadian tadi yang membuat nya terkejut setengah mati.
Kenapa Irene dengan begitu berani melakukannya?! Itu sudah diluar prinsipnya untuk menjaga hati permaisuri.
Ada alasan yang membuat Irene dalam mengambil bersikap, Yakni dalam bentuk pertanyaan 'Bagaimana mana perasaan wanita jika melihat suaminya menikah dengan wanita lain?' dan jawaban, tentu tidak suka, sangat tidak suka.
Nah, karena hal tersebut Irene berusaha menjaga agar hidupnya tidak untuk menghancurkan perasaan orang lain.
Benar bukan?!
Untuk kesekian kalinya, gadis itu menangisi dirinya sendiri. Kenapa dia harus menikah sebagai Selir Raja? Dari awal sejak dirinya menjadi Putri, Irene bertekad untuk menikah dengan orang yang dicintainya. Meskipun orang itu bukan seorang raja, dia tidak mempermasalahkan soal itu.
Terus apa perasaan yang muncul tadi? Bukan kah perasaan itu layak disebut cinta. Ah, dirinya mulai pusing sendiri.
"Bagaimana kehidupan masa depan ku nanti ya?" gumam Irene seraya memeluk kedua lututnya dengan tangan masih memegang sisir.
"Nikmati saja hidup mu Kang. Apa ini yang harus ku jalani?" ucapnya bermonolog dan membuat pusing sendiri.
Tak lama kembali, tiba-tiba saja Irene rindu dengan kedua temannya itu.
Mereka hidup sesuai cita-cita mereka. Ya, Irene bisa memastikan itu.
Ha Ra, dia berhasil menjadi Selir Raja sesuai dengan keinginannya. Baek Yun, ya dia adalah menteri termuda di kerajaannya, Kerajaan Barat Daya.
Sedangkan Irene, sedari dulu ingin hidup bebas dan bahagia. Itu saja, namun dirinya malah terjebak dalam perjodohan.
Gadis itu membatin,"Ah! Jika berpikir ke sana. Itu malah membuat ku semakin menyesal saja,"
"Banyak yang harus kau syukuri Kang!" bisik nya memberi petuah pada diri sendiri.
"Apa jika aku mencintai Raja, hubungan ku dan Permaisuri akan menjadi buruk?" Dewi batinnya muncul kembali.
Ya, bahkan jika Irene disuruh untuk memilih antara Permaisuri Jie dan Raja pasti dirinya memilih Permaisuri Jie, dan jika Raja memilih antara dirinya dan permaisuri pasti Raja memilih Permaisuri. Seperti itulah kira-kira menurut itu.
Perlu diketahui bahwa gadis itu menikah dengan Raja yang terkenal bucin terhadap permaisuri nya.
"Apa Raja mencintai ku juga?" tanya Irene, yang bahkan dirinya pun begitu ragu ketika mengucapkan pertanyaan itu.
***
Arjuna keluar dari tenda. Sejenak dia melirik tenda milik Irene yang berada tak jauh dari tendanya.
"Apa dia baik-baik saja?!" batinnya merasa cemas.
Sam melihat tuannya sedang mengelus-ngelus bawah kepala, lantas dirinya langsung memeriksa.
"Apa ada sesuatu di rambut mu Yang Mulia? Biar saya bersihkan!"tawar Sam sambil mencoba menyentuh helai rambut itu.
Arjuna terkejut dengan hal tersebut. Dia pun langsung menjauhkan diri karena risih."Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja." Padahal dirinya hanya menggaruk kepala tak gatal karena frustasi.
"Kasim siapkan makan sore lebih awal dan bekal ku untuk malam ini." perintah Arjuna agar kasim nya itu nampak sibuk.
Dia kembali melirik tenda yang sama.
"Astaga Jun. Bagaimana bisa kau melakukan hal itu?!Ini belum waktunya," batinnya.
Sungguh, dirinya takut nafsu alamiah nya sebagai pria tidak bisa dikendalikan, bisa jadi dari hidung turun ke bibir turun ke leher turun ke ah sudahlah.
***Alasan Arjuna memutuskan untuk memenuhi permintaan Jenna agar menikah lagi, adalah ucapan Jenna yang berbunyi,"Aku akan memberi mu keturunan tapi dengan syarat."
Laki-laki itu menghela nafas lelah, namun pada akhirnya pernyataan tersebut sukses membuatnya bertanya,"Apa syarat nya?"
"Menikah lah lagi dan buat aku bebas."
Arjuna yang tadinya hendak mengambil cawan kecil berisi teh membuat tangannya terhenti seketika.
"Bagaimana?" tanya Jenna memberikan penegasan pada penawarannya.
Selang waktu menuju kesepakatan, dua orang di sana beradu mulut. Sama-sama melemparkan kata-kata andalan masing-masing, terlebih Jenna, setiap kata yang diucapkannya selalu sulit bagi Arjuna untuk menolak.
Arjuna pasrah, karena sedari dulu dirinya begitu didesak oleh sang ibu untuk segera memiliki anak. Jadi bisa dibilang penawaran tersebut adalah kesempatan. Di sisi lain dia yang sedari dulu menginginkan persetujuan dari Jenna pun akhirnya terkabul.
"Tapi," lanjut Arjuna membuat smirk kemenangan Jenna perlahan memudar.
"Aku tidak akan membebaskan mu hingga kau melahirkan anak kita."
Mata Jenna membulat seketika, perempuan itu terdiam sejenak untuk mempertimbangkan, namun di sisi lain hatinya benar-benar ingin bebas.
"Baiklah lah setuju!" balas Jenna mantap.
"Aku sudah menyiapkan calonnya," lanjut Jenna.
Arjuna terkejut mendengar pertanyaan itu. Bagaimana bisa?!
"Kau sudah merencanakannya dari jauh jauh hari?!" tanya Arjuna tanpa sadar.
Mengindahkan pertanyaan Arjuna, Jenna pun lebih memilih untuk berkata,"Aku dengar di kerajaan Barat Daya menyembunyikan seorang Putri Pilihan."
"Dari mana kau tahu?"
Perempuan itu tersenyum, mulai meminum teh didepan yang telah disediakan."Kakak ku akan menikah dengan pangeran dari Kerajaan Barat Daya, otomatis beberapa fakta kami temukan dari kerajaan itu."
"Kau mau menjadikan nya sebagai calon ku?"
"Lagi-lagi kau menebak dengan benar."
"Dia cantik." ujar Jenna kemudian menaruh cawan itu sambil menunggu respon Raja selanjutnya.
"Kau juga cantik," balas Arjuna membuat bibir perempuan didepannya berkerut.
"Dia juga lebih muda dari mu! Ku kira kalian akan cocok nanti," sengit Jenna tidak mau kalah.
"Bisakah mulut mu berhenti membual!"
balas Arjuna dengan nada setengah menyentak, bangkit dari tempat duduknya kemudian meninggalkan perempuan itu sendirian.
Ketika Arjuna meminta izin terlebih dulu kepada Ibu Suri Shin untuk menikah lagi dan dia berhasil mendapat izin itu.
Lantaran Jenna tidak mandul, Shin langsung membaiat nya secara tertutup dan pribadi.
Isi baiat tersebut adalah 'Raja tidak diperbolehkan untuk menyentuh Selir barunya hingga Permaisuri melahirkan anak untuk pewarisnya nanti.'
Bukan tanpa alasan Shin memutuskan hal tersebut. itu dikarenakan dia khawatir jika hal itu tidak dilakukan, selir baru alias Selir Kang akan mengandung terlebih dahulu, dan otomatis melahirkan anak raja terlebih dulu. Takutnya, anak Selir akan menjadi anak pertama raja. Meskipun sebagai anak pertama, dia tidak punya hak untuk menjadi putra mahkota, karena putra dari seorang permaisuri lebih berhak mendapatkan posisi itu.
Ya, Shin tidak ingin nanti cucu-cucunya kelak ada yang merasakan ketidakadilan.
Jika pun tidak begitu, sebenarnya anak Selir bisa menjadi anak angkat Permaisuri dan nantinya akan menjadi putra mahkota, namun wanita paruh baya itu ingin cucu pertama nya berasal dari kerajaan besar. Tentu hal tersebut akan lebih bagus.***
Ketika pikiran Arjuna sibuk memutar kisah masa lalu, tiba-tiba matanya dikejutkan oleh Irene yang keluar dari tenda. Di waktu yang sama jantung laki-laki juga berdegup kencang.
"Menggemaskan," batin Arjuna sembari berusaha untuk mengatur ekspresinya agar tetap tenang.
Gadis itu yang menaruh kepangan rambutnya yang mirip ekor kalajengking di sisi leher kanannya dan membiarkan sisi lehernya yang tersisa kosong melompong begitu saja, dikarenakan dia tidak bisa mengepang rambut nya sendiri dari belakang, dan hal tersebut membuat kesan manis di mata Arjuna.
Sebenarnya Irene membuatnya dengan asal-asalan tapi hasilnya malah membuat baper orang.
Sumpah demi kail pancing Kasim Fuu yang terputus tadi pagi, Setelah Irene melihat raja didepan tenda, rasanya dia ingin masuk ke tendanya lagi. Tapi jika hal tersebut. Apa itu akan lebih terlihat aneh bukan?!
"Sa-salam Yang Mulia," ucap gadis pelan sembari menunduk canggung.
Arjuna mengatur ekspresi nya agar biasa saja. Dia mengangguk kecil sebagai balasan, kemudian pergi mendahului gadis itu untuk duduk di atas batang kayu besar seperti biasa.
Irene menghela nafas lega, entah mengapa rasanya lega saja, tidak terjadi sesuatu yang aneh tadi.
Perlahan dia pun melangkah kan kakinya seperti maling menuju tempat duduk. Sial, mengapa dirinya harus menginjak ranting segala, namun untung saja raja hanya meliriknya sekilas.
Dia Menghela nafas untuk kedua kalinya,"Hufft."
Yap!
Kelanjutan dari peristiwa tadi, di sungai air terjun.
Dingin air sungai begitu menggigit setiap pori-pori kulit. Seolah disadarkan oleh nya, baik Arjuna maupun Irene sama-sama saling menjauh diri di sana, dan masing-masing punya alasan untuk melakukan hal tersebut.
Ajaib, dua orang itu berbarengan keluar dari permukaan. Irene tidak berani menatap Arjuna setelah itu. Namun berbeda dengan Arjuna, matanya masih belum bisa terlepas dari Irene.
Mereka berdua menepi pada batu yang berbeda dan berjarak, batu yang hanya mampu menopang seorang saja.
Suasana canggung pun melanda di perjalanan pulang, bahkan hingga sekarang.