"Udah Dave, nikmatin aja," ujar Bianca sambil memasang senyum sensualnya. Dave pelan-pelan melepaskan tangan Bianca dari pinggangnya dan kembali maju mengambil makanan. Bianca merasa diabaikan. Seumur hidupnya, ia belum pernah diabaikan, apalagi oleh orang yang dulu tergila-gila padanya.
Dave sudah mengambil makanannya, ia berlalu begitu saja melewati Bianca bahkan tanpa menyapa. Bukan hal yang baru bagi Dave menemukan wanita-wanita seperti Bianca ini. Dave sudah memasang lampu merah untuk wanita seperti Bianca. Ia benar-benar harus waspada.
Ditambah lagi, ia merasa ada sesuatu di dadanya ketika ia meilihat Bianca. Apakah perasaannya masih sama seperti dulu? Dave menggelengkan kepalanya dengan keras. Tidak boleh. Dave tidak akan membiarkan sesuatu atau seseorang merusak kebahagiaan dan rumah tangganya.
Bianca menangkap gelagat Dave yang ia perhatikan dari tempatnya berdiri. Ia menyunggingkan senyum licik dari balik punggung Dave, ia merencanakan sesuatu. Bukan sesuatu yang baik tentu saja.
Dave kembali ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang mengobrol dengan asik di tengah ruangan.
"Weee Dave, sini Dave," panggil Rio. Dave menghampiri Rio dan duduk di sebelahnya.
"Gila lo beda banget Dave, kacau lo," ujar Burhan sambil menepuk Pundak Dave.
"Beda apaan sih, biasa aja kali," ujar Dave. Wajahnya memerah, meskipun ia bilang biasa saja namun tidak dipungkiri hatinya senang bukan main.
"Iya anjir lo beda banget. Dulu mah lo dekil banget, item, jelek hahah sekarang gila lo ganteng banget. Mana wangi!" seru Risma menambahkan.
"Hahaha bener. Dulu lo bau matahari banget Dave!" ujar Rio.
"Yaaaa Namanya juga berangkat pulang sekolah jalan kaki ya wajar aja kali gue bau matahari hahaha," Dave tersenyum lebar.
"Eh itu Bianca! Bi, sini gabung!" panggil Risma lagi. Bianca menghampiri sekumpulan teman sekelasnya. Ia tersenyum pada Dave, senyum yang ramah, senyum yang biasa sebagai teman.
"Bianca nih dulu primadona abis! Sekarang makin cantik aja lo Bi," ujar Tio.
"Bisa aja lo," jawab Bianca.
"Eh siapa di sini yang udah pernah di tolak Bianca?" tanya Marisa. Suara-suara riuh langsung bersautan.
"Gue! Gue anjir! Gue juga!" suara-suara para laki-laki bersautan satu sama lain.
"Hampir semuanya hahahhahaa," Bianca tertawa. Diam-diam Dave memperhatikan Bianca tertawa. Manis. Masih seperti dulu. Kini ia paham kenapa dulu Bianca ini menjadi incaran semua laki-laki bukan hanya dari kelasnya, juga dari satu sekolahnya.
Senyumnya manis, orangnya ceria, cantik bukan main dan harumnya selalu bisa membuat Dave teringat padanya sepanjang hari. Bahkan Dave bisa menghirup aroma parfume Bianca meskipun tempat duduk mereka berjarak 5 orang. Kalau saja tadi Bianca tidak menggodanya…
"Dave!" panggil Rio. Dave tersadar dari lamunannya terhadap Bianca. Dave menggelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran buruk dari otaknya.
"Buset lo masih aja sering bengong ngeliatin Bianca ya!" seloroh Rikardo, seorang laki-laki bertubuh tinggi berkulit putih. Rikardo adalah salah satu dari sedikit teman-teman yang benar-benar dekat dengan Dave waktu di sekolah.
"Apaan sih, siapa juga yang bengong ngeliatin Bianca," ujar Rikardo dan Dave bersamaan. Dave memandang Rikardo dengan pandangan bertanya.
"Hahahhaa gue udah hafal apa yang lo bilang kalo ketauan ngeliatin Bianca," seakan mengerti arti tatapan Dave, tawa Rikardo pecah. Bianca tersenyum memandang Rikardo dan Dave.
"Apaan sih ah," Dave membuang muka.
"Yeee merah tuh muka lo hahahaha," bukannya mereda, ledekan demi ledekan yang dilontarkan teman-teman Dave malah semakin jadi. Dave merasa tidak enak, ia berkali-kali melirik kearah Viona, tapi yang ia tangkap Viona malah asik dengan istri dari teman-temannya, tidak mempedulikan dan melihat kea rah Dave sama sekali.
Dave, Rikardo, Marisa dan teman sekelas lainnya masih bercengkrama sampai malam. Marisa memang sengaja memesan restoran ini sampai tengah malam, ia memesan makanan untuk 2 kali makan dengan porsi 2kali lipat dari jumlah murid yang datang, untuk mengantisipasi peserta yang membawa keluarganya.
"Sayang, kamu masih lama enggak?" tanpa Dave sadari, Viona dan para istri yang lain sudah berdiri di belakang mereka.
"Eh sayang, iya kayaknya aku masih lama sih. Kamu udah mau pulang? Yuk aku pulang aja deh," ujar Dave. Ia mengangkat tubuhnya bermaksud untuk pulang dengan Viona.
"Eh enggak usah. Kamu di sini aja sama yang lain. Enggak apa-apa aku sama Ilona aja, kan dianter sama Pak Abdul. Nanti Pak Abdul aku suruh kesini lagi jemput kamu," ujar Viona.
"Beneran enggak apa-apa?" tanya Dave.
"Beneran lah. Kamu kan enggak setiap hari ketemu mereka. Puas-puasin dulu ngobrolnya. Yaudah aku duluan ya. Marisa aku duluan ya. Rikardo, yang lain juga, aku duluan yaa, titip Dave bilang jangan bandel," Viona mencoba mengakrabkan diri dengan teman-teman Dave.
"Hahaha siap Viona," jawab Marisa.
Viona, Ilona dan istri-istri yang lain banyak yang akhirnya lebih dulu pulang. Sedangkan Dave dan teman-teman yang lain masih berada di restoran. Marisa sampai meminta untuk pelayan untuk menyajikan berbagai makanan yang masih belum di order.
"Silahkan…" ujar si pelayan.
"Wah makanan kesukannya Bianca nih, nasi goreng sea food. Lo masih suka ini Bi?" tanya Rikardo.
"Masih dong, lo inget aja sih," ujar Bianca.
"Ya masih lah Bi, buset dulu gue sama Dave tau semua tentang lo. Makanan kesukaan lo tuh nasi goreng seafood, lo suka warna pink, lo suka pake bando, gitu-gitu lah. Ya kan Dave?" tanya Rikardo sambil menyenggol sikut Dave.
"Lo aja enggak usah bawa-bawa gue," ujar Dave kesal.
"Yeeee emang bener. Ngaku aja lo," ujar Rikardo.
"Iyaaa iyaaa, ya itu kan dulu. Lagian siapa sih sekelas kita yang enggak suka sama Bianca," daripada Rikardo terus-terusan memojokkannya, Dave memilih untuk mengalah dan mengakui bahwa dulu ia memang tergila-gila pada Bianca.
"Hahaha iya bener," Bianca yang tadinya sedikit kaku mulai mencair bersama dengan teman-teman yang lain. Acara terus berlangsung. Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan tempat reuni karna sudah malam. Tersisa Dave, Bianca, Rikardo dan Marisa.
"Eh udah tinggal kita berempat nih. Udah abis juga bookingan kita. Makanan yang masih ada udah gue bawain ke temen-temen yang lain. Yuk kita juga pulang," ajak Marisa.
"Malem minggu ini, masa pulang-pulang aja sih," protes Rikardo.
"Ya lo mau ngapain. Ngobrol di pinggir jalan situ? Orang resto nya udah harus tutup kok," ujar Marisa.
"Lanjut lah ke tempat lain," usul Rikardo.
"Lo gimana Bi? Dave?" tanya Marisa.
"Gue balik deh. Kasian sama Viona," ujar Dave.
"Gue juga balik aja," lanjut Bianca.
"Yah pada begitu, yaudah kita berdua aja Do," ajak Marisa pada Rikardo.
"Lah ayuk. Yaudah see you next time yaa. Gue sama Marisa masih mau seneng-seneng," tanpa banyak bicara lagi, Rikardo dan Marisa berangkat menyisakan Dave dan Bianca yang canggung.
"Ehm Dave.." panggil Bianca. Dave menoleh kearah Bianca yang terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Kenapa Bi? Tanya Dave.