"Kenapa harus di Singapura nduk? di sekitaran sini juga banyak to kerjaan," Nenek Khom sedikit terkejut mendengar anak satu satunya ingin bekerja di Singapura. Selama ini mereka tidak pernah jauh jauhan sama sekali. Jadi Nenek Khom sedikit khawatir jika anaknya nanti kenapa kenapa.
"Emg knpa si Buk, disini tu gajinya kecil. Tinggal bilang boleh apa ga gitu lo," jawab Ibu Tina dengan nada ngegas. Alisnya berkerut menjadi satu yang menandakan bahwa dia marah.
"Apa kamu tega sama Vanda di tinggal sendirian di rumah nduk?" bukan hanya khawatir terhadap anaknya saja, tetapi Nenek Khom juga kasihan kepada Vanda jika harus di tinggal jauh oleh Ibunya di umur 4 tahun.
"Kan ada Ibuk yang bisa ngerawat Vanda, ada bapak sama mas Yuan juga," Ibu Tina tetap ngotot, dia tidak ingin rencananya bekerja di Singapura ini gagal. Tanpa memikirkan bagaimana nasib anaknya jika dia tinggal lama.
"Semua tergantung sama suamimu, ikhlas ridho apa engga kamu tinggal bekerja di luar negeri," semua menoleh pada Pak Yuan yang sedari hanya diam saja sembari menyimak. Sebenarnya Pak Yuan tau apa maksud istrinya ini memilih bekerja di luar negeri.
Meskipun jika Pak Yuan tidak menyutujuinya, tetap saja Ibu Tina sudah sangat pasti ngotot dengan keputusannya. Akhirnya dia menjawab, "Saya gapapa Pak Buk dia kerja di Singapura, asal ya memang benar benar kerja."
Sebenarnya itu sindiran untuk istrinya bahwa jangan pernah macam macam disana. Pak Yuan tahu alasan sebenarnya istrinya itu apa. Hanya saja kali ini dia memilih diam untuk melihat apa yang istrinya ini lakukan selanjutnya.
"Yasudah terus apa sudah kamu urusin semua berkas berkas buat kerja di sana?" tanya Kakek Man yang akhirnya angkat bicara. Mengaitkan kedua jari jari tangannya, duduk dengan tegap dan berbicara layaknya seorang Bapak.
"Semua udah siap Pak, tinggal berangkat aja," semuanya saling tatap mendengar ucapan Ibu Tina yang sepertinya sudah sangat siap. Bisa bisanya baru bilang jika ingin bekerja di Singapura padahal tinggal dua hari lagi sudah berangkat.
Ternyata Ibu Tina sudah menyiapkan semuanya sejak lama, jadi malam ini hanya meminta izin pergi ke Singapuranya. Mau di beri izin atau tidak sudah pasti Ibu Tina tetap akan berangkat.
"Oiya Minggu besok aku udah tinggal berangkat," dengan santainya Ibu Tina senyam senyum sedangkan orang tua dan suaminya kaget mendengar keberangkatannya yang mendadak. Ini pikiran Ibu Tina bagaimana? bisa bisanya santai setelah berucap seperti itu.
"Lohh, kok cepet banget to. Cmn kurang dua hari lagi lo ini," protes Pak Yuan.
"Lebih cepat lebih baik mas. Lagian kalian gamau keluarga ini susah terus kan?" semua terdiam. Memang benar mereka tidak ingin dalam keadaan sulit seperti ini, tapi apakah harus bekerja diluar negeri menjadi solusinya. Jauh dari orang tua jauh dari keluarga.
Ya sudah, mau bagaimana lagi ? mau melarang Ibu Tina juga sudah tidak bisa. Malah ngotot dengan keinginannya sendiri. Ini namanya bukan meminta izin, lebih tepatnya memberi informasi. Jadi di izinkan atau tidak, Ibu Tina akan tetap berangkat.
Pak Yuan menatap Vanda anaknya yang sedang berada di gendongannya. Menatapnya dengan belas asih, betapa tega Ibunya meninggalkan anak bayinya yang masih berumur 6 bulan itu.
Yang kuat ya nakk, Bapak yang akan ngerawat kamu pas Ibuk dah berangkat ke Singapura ya, ucap Pak Yuan dalam hati. Melihat wajah anaknya membuat hatinya teriris.
Kakung yang berada di sebelah Pak Yuan pun sadar jika sekarang Pak Yuan sedang bingung memikirkan nasib anaknya. Menepuk pelan Pundak Pak Yuan, seketika orangnya langsung menoleh ke samping kiri.
Mengangguk memberi semangat menantunya itu. Dari tatapan Kakung Man seolah olah berbicara, "Yang sabar ya Wan, kita rawat Vanda bareng bareng."
"Yauda gapapa, siapin semua barang barangmu. Sekarang uda malem, kasian Vanda pasti ngantuk," alih alih Nenek Khom. Padahal sebenernya Nenek Khom hanya menutupi perasaanya yang saat ini campur aduk.
Menggendong Vanda untuk menidurkannya di kamar Nenek Khom sendiri. Selama ini memang Ibu Tina tidak mau tidur dengan Vanda, hanya karena alasan berisik dengan tangisannya yang mengganggu ketika tengah malam.
"Cupcup, tidur yang nyenyak ya cucuku yang cantik," Nenek Khom menidurkannya di sebelahnya. Tak lupa juga memasang gulih di sisi kiri kanan dan bawah agar Vanda tidka terjatuh.
"Mmmm," bibir mungil Vanda mulai rewel yang bertanda dia sudah mengantuk. Nenek Khom menepuk pelan paha Vanda gara cepat tertidur.
Disisi lain, Pak Yuan tidak mengajak ngobrol Ibu Tina sama sekali. Langsung memasuki kamar dan tidur membelakangi Ibu Tina. Dia masih kaget dengan obrolan tadi di ruang tamu.
"Kamu gamau pikir pikir lagi sama keputusanmu?" akhirnya Pak Yuan bertanya memastikan lagi benar atau tidaknya.
"Apanya yang dipikir? orang udah fix tinggal berangkat doang," jawaban Ibu Tina sudah sangat jelas jika dia tidak ingin merubah keputusannya.
"Meskipun mas larang juga aku bakal tetep berangkat," Pak Yuan tidak melanjutkan lagi obrolannya, karena pikirannya sudah membuatnya pusing.
Di kamarnya, Nenek Khom dan Kakung Man juga masih belum bisa tertidur juga setelah obrolan tadi.
"Ikhlas ga Kung kamu Tina ijin tadi?" tanya Nenek Khom lirih, takut mengganggu tidur Vanda.
"Mau ikhlas atau engga apa bisa ngerubah keputusan Tina?"
"Kamu kan tau sendiri Tina gimana, kalau dia sudah ngambil keputusan tidak akan bisa di ganggu gugat," Kakung Man sudah hafal betul bagaimana sifat anaknya.
"Yang penting kita fokus ke Vanda aja."
Nenek Khom juga setuju dengan omongan Kakung Man barusan. Tapi pikirannya terus menerus membayangkan yang tidak tidak buat kedepannya nanti.
Pikirannya terus menuju pada bagaimana nasib Vanda dan rumah tangga anaknya ini. Mau di kemanain rumah tangganya nanti. Karena ada rumor kalau orang Indonesia yang bekerja di luar negeri itu pasti rata rata rumah tangganya akan hancur.
Akan ada perselingkuhan disana, karena yang dirumah tidak akan pernah tahu apa yang Ibu Tina lakukan nanti disana. Bahkan pekerjaan Ibu Tina nanti disana saja Nenek Khom tidak di beritahu.
Bukan hanya itu saja, bagaimana nasib Vanda yang seharusnya dia di rawat oleh Ibu kandungnya. Tetapi malah di titipkan ke Neneknya. Bagaimana jika Vanda memanggil manggil mencari dimana Ibunya? bekerja di luar negeri itu tidak dengan waktu yang cepat. Butuh 3 tahun untuk menyelesaikan kontrak baru bisa pulang.
Ya sudah, apapun yang terjadi mereka harus siap. Menghadapi pertanyaan Vanda mengenai Ibunya dimana serta masalah yang mendatang. Masalah sudah sangat jelas menanti di depan keluarga ini. Tinggal menunggu waktu saja.