Chereads / As Time Goes By / Chapter 4 - Keping Masa Lalu

Chapter 4 - Keping Masa Lalu

"Menjadi penulis fiksi." Anna merasa malu setelah mengutarakan apa yang selama ini ia pendam sendiri. Baginya, tidak ada yang lebih memalukan selain mengatakan apa cita-cita ia sebenarnya. Meskipun menjadi penulis bukanlah sebuah cita-cita yang terdengar memalukan, tapi tetap saja, rasa-rasanya orang-orang akan menganggap Anna seorang pemimpi dengan menjadi seorang penulis. Anna merasa wajahnya memanas dan ia yakin semburat merah muncul di wajahnya yang putih, yang akan segera tertangkap oleh mata Daniel dengan pencahayaan yang sangat terang seperti ini. Daniel mengamati gadis yang berdiri di depannya. Gadis yang menunduk dalam. Tak berani menatapnya. Sementara kedua tangannya yang bebas mencengkram rok seragam abu-abunya. Daniel mengangkat kedua tangannya menyentuh bahu Anna. Seketika Anna tersentak dan mengangkat wajahnya menatap Daniel.

Laki-laki itu tersenyum. "Kenapa?" tanya Daniel saat itu. Anna mengerjapkan mata, tak mengerti dengan pertanyaan Daniel. Kekasih sekaligus sepupunya.

Daniel adalah anak dari tante Vera dan Om Abdi. Tante Vera adalah kakak dari ayah Anna yang sudah meninggal dua tahun lalu, saat Anna masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Sejak saat itu, Om Abdi meminta ibunya dan Anna untuk tinggal bersama mereka dan akan membiayai hidup mereka. Anna bersyukur karena masih ada yang peduli padanya dan pada ibunya.

Pertemuan pertama Anna dengan Daniel terjadi saat itu. Daniel bukan lah seorang laki-laki yang mudah di fahami. Tiga bulan tinggal di dalam rumah itu tak lantas membuat mereka akrab. Bahkan dengan status sebagai sepupu dekat. Semua terjadi karena tante Vera sejak awal memang tidak pernah menyukai ibunya. Pernikahan ibu dan ayahnya terjadi tanpa restu dari keluarga ayahnya. Semua itu karena masa lalu ibunya yang merupakan seorang mantan pekerja seks komersial. Keluarga ayah yang notabene berasal dari keluarga terpandang, saat itu mengusir ayah Anna dari rumah dan menarik seluruh fasilitas yang diberikan pada ayahnya oleh kakek mereka. Tapi pernikahan tetap terjadi meskipun harus mengorbankan hubungan keluarga. Sampai pada akhirnya, ayahnya harus meninggalkan mereka karena sebuah kecelakaan tugas.

Saat mengetahui usianya sudah tidak lama lagi, ayah Anna harus meminta tolong pada Om Abdi. Sahabat sekaligus kakak iparnya. Selama ini, hanya Om Abdi lah yang mendukung keputusan ayahnya untuk menikahi ibunya. Om Abdi lah yang kadang memberi mereka bantuan saat keluarga mereka membutuhkannya. Anna masih sangat ingat dengan semua kebaikan omnya itu. Sangat mengingatnya di dalam hati. Dan berkat omnya pula lah, tante Vera mau menerima Anna dan ibunya di rumah mereka.

Mungkin sebab cerita itu, Daniel tak pernah menggubris mereka. Keberadaan Anna di rumah itu tak lebih hanya sebuah bayangan. Tak pernah dianggap ada. Sepulang sekolah, Anna akan langsung masuk ke dalam kamar ibunya di dekat dapur. Di kamar itu Anna menghabiskan waktu dengan ibunya. Untuk makan, Anna dan ibunya harus mengandalakan uang saku dari Om Abdi. Mereka bahkan tak diizinkan makan makanan yang di masak pembantu rumah itu.

Suatu ketika, saat semua orang pergi dan hanya tinggal Daniel dan Anna di rumah itu. Daniel tiba-tiba saja mengetuk pintu kamarnya. Anna sedikit gugup saat mendapati Daniel berdiri kaku di depan kamarnya. Menatap Anna tanpa ekspresi. Ia menyodorkan sebuah nampan berisikan beraneka ragam makanan serta buah.

"Makan," kata Daniel kala itu. Anna tak dapat mengatakan apa pun selain menerima nampan itu dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu, laki-laki itu pergi begitu saja. Masuk ke kamarnya dan tak pernah ke luar lagi sepanjang hari. Bahkan sampai semua orang rumah datang.

Sejak kejadian itu, Anna sadar kalau Daniel sebenarnya berpihak pada Om Abdi. Bukan ibunya. Selama ini ia bersikap dingin pada Anna dan ibunya hanya ingin menjaga perasaan ibunya sendiri. Ya, Anna yakin itu. Sejak saat itu, Anna merasa harus menyadari keberadaan Daniel. Di sekolah, di dalam kelas, di kantin saat mereka tak sengaja bertemu. Di perpustakaan, di mana pun. Dan pelan-pelan, Anna merasa Daniel mulai berubah.

Daniel mulai menyadari keberadaan Anna. Terkadang Ia akan membantu Anna mengambil salah satu buku yang tak tergapai Anna di salah satu rak di perpusatakaan sekolah mereka. Terkadang ia membayarkan makanan Anna saat Anna lupa membawa dompetnya ke kantin. Anna juga pernah membantu Daniel saat laki-laki itu nyaris di hukum karena lupa membawa buku paket IPAnya. Saat itu Anna menyerahkan buku miliknya pada Daniel dan menerima hukuman atas nama Daniel dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Meskipun saat itu Daniel marah besar pada Anna, tapi ia tak lupa memberikan Anna minuman dingin. Ia bahkan tanpa sadar membersihkan keringat di kening Anna. Saat itu, Anna merasakan ada sesuatu yang menggelitik perut dan hatinya ketika ia berada di dekat Daniel. Mendadak, Anna menyukai mata Daniel ketika laki-laki itu sedang marah atau tersenyum. Mendadak, ia menyadari perhatian Daniel sudah membuat hatinya berbunga-bunga. Dan di suatu pagi, ketika mereka sama-sama keluar dari kamar masing-masing dan tak sengaja melempar pandang, sejak saat itu Anna menganggap Daniel tak lagi sama. Entah sejak kapan laki-laki itu menjadi pria dewasa. Tubuhnya seakan bertambah tinggi dalam semalam. Dan punggung serta dada itu nampak begitu bidang dan kokoh. Daniel bukan lagi bocah SMP yang kurus dan pendek. Ia kini telah menjadi sosok laki-laki sesungguhnya. Dan Anna merasa terpesona pada perubahan itu. Sejak saat itu Anna melihat Daniel bukan lagi sebagai sepupunya, melainkan seorang laki-laki yang diam-diam sudah masuk ke dalam hatinya dan merebut seluruh perhatiannya. Maka suatu ketika, saat Daniel tiba-tiba saja memintanya untuk menjadi kekasihnya, Anna tak perlu meminta waktu untuk memikirkan segalanya.

Anna masih sangat ingat saat laki-laki itu berkata kalau ia merasakan sesuatu pada Anna yang tak bisa ia jelaskan. Terkadang ia merasa khawatir pada Anna. Ia marah saat Anna yang ceroboh sering kali melukai dirinya. Atau saat Anna merasa sedih ia akan merasa hatinya ikut sakit. Daniel bilang, ia menyayangi Anna. Ia ingin Anna menjadi miliknya. Saat itu mereka masih anak SMP yang belum tahu apa-apa. Jadi mereka hanya menjalankan hubungan dengan malu-malu. Kadang mereka saling tegur sapa, tapi ada kalanya mereka akan saling cuek satu sama lain.

Namun seiring berjalannya waktu, saat mereka sudah mulai semakin dewasa dan rasa memiliki semakin besar, keduanya mulai terbuka dalam menjalani hubungan. Mereka bahkan menjadi lebih sering mencari waktu untuk bersama. Misalnya setiap kali pulang sekolah, mereka akan selalu pergi ke suatu tempat. Dan lebih sering ke sebuah bukit yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Seperti sore itu.

"Kenapa penulis?" Daniel memperjelas pertanyaannya ketika tak mendapat jawaban dari Anna. Perempuan itu mengedikkan bahu saat pertanyaan Daniel mampir di telinganya. Kenapa ia ingin menjadi seorang penulis?

"Dulu alasan aku karena aku mau jadi inspirasi banyak orang. Aku pingin orang-orang baca cerita aku. Meskipun semua yang aku tulis itu fiktif, tapi aku yakin ada banyak hal yang mereka dapatkan kalau mereka mau membaca. Sekecil apa pun itu. tapi, beberapa waktu yang lalu, aku rasa, alasan itu sudah mulai berubah. Aku pernah baca ,Dan, kalau tingkat minat baca masyaraka Indonesia itu ada di posisi 61 dari 62 negara." Anna menyeringai, miris rasanya menyampaikan informasi menyedihkan itu. "Jadi, aku mulai berfikir kalau aku pingin jadi bagian dari orang-orang yang berpengaruh terhadap meningkatnya minat baca anak Indonesia. Dan mungkin juga karena aku sudah terlanjur jatuh cinta," jawab Anna.

Daniel mengerutkan kening. "Oh jadi kamu selingkuh?" tuduhnya. "Kamu jatuh cinta lagi selain sama aku?"

Anna memicingkan matanya dan menahan senyumannya. "Jayus banget sih," Tukasnya seraya mencubit pelan perut Daniel.

"Aw …." Keluh Daniel. "Berani pegang-pegang ya sekarang," godanya. Daniel tahu, sejak mereka memulai hubungan, tak jarang Anna masih terlihat malu-malu bila berada di dekatnya. Tapi, sikap gadis itu bukannya membuat dirinya risih, malah gemas.

Tanpa disadari gadis itu, wajahnya bersemu merah. Sungguh, tangannya bergerak begitu saja mencubit perut Daniel. Ia baru tersadar setelah laki-laki itu melayangkan protes. Kelapang tanggung. "Biarin." Anna membela diri sembari memeletkan lidahnya. Daniel mengacak rambut Anna dengan lembut. Ia melingkarkan sebelah tangannya di bahu Anna dan menarik gadisnya itu mendekat kepelukkannya. Anna melingkarkan kedua tangannya di pinggang Daniel. Bagini saja, Anna sudah merasa senang. Tak ada yang lebih membahagiakan baginya selain berada di dekat Daniel.

***