Chereads / Tuan Shawn / Chapter 18 - chapter 18

Chapter 18 - chapter 18

" nona Guzel " Maria menghampiri Guzel yang sedang berada di dapur

" apa yang sedang kau lakukan nona? " Maria terperangah entah apa yang sudah nona nya itu lakukan hingga dapur nya berantakan seperti kapal meledak

" aku berada di dapur itu artinya aku sedang memasak, Maria! tidak mungkin kan aku sedang bermain sepak bola " jawab Guzel tanpa menoleh dirinya masih sibuk mengolah bahan rempah-rempah.

" jika kau ingin makan sesuatu, kau bisa memintanya padaku nona " Maria langsung membantu Guzel membereskan peralatan dapur yang berceceran.

" aku sudah terlalu banyak merepotkan mu, lagi pula aku bukan memasak untuk diriku tapi, untuk Shawn " ujar Guzel dengan malu-malu begitu menyebutkan nama Shawn

Maria hanya tersenyum melihat Guzel yang terus antusias memasak, meskipun tidak tahu seperti apa rasa masakannya itu.

Guzel tersenyum puas melihat hidangan yang dia masak tadi sudah tertata rapi di atas meja tinggal menunggu kedatangan lelaki dingin itu saja.

" Maria aku merasa aneh melihat nona Guzel yang tersenyum sendiri seperti itu dia tidak gila kan, Maria? " bisik Austin yang sedikit mengintip dari balik tembok dapur

" mungkin sesuatu sudah terjadi antara nona Guzel dan Tuan " jawab Maria dengan tersenyum yang juga ikut mengawasi Guzel dari dapur

" sesuatu? sesuatu apa Maria, aku tidak mengerti " tanya Austin yang tidak paham

" orang seperti mu yang tidak memiliki hati bagaimana mungkin bisa memahami nya " ujar Marvel yang datang menghampiri Maria dan juga Austin yang berada di dapur.

Austin mendengus keras mendengar sindiran partner kerjanya

" diam kau " desis Austin menatap kesal kearah Marvel lalu kembali memperhatikan Guzel yang masih sibuk memandangi makanan yang terhidang di atas meja.

" aku yakin Shawn pasti menyukainya " batin Guzel dengan percaya diri setelah itu Guzel pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri, dia merasa tubuhnya begitu gerah karena sudah seharian berada di dapur.

Melihat mobil Shawn masuk dari pintu gerbang, Guzel dengan cepat berlari keluar dari kamarnya untuk menyambut kedatangan lelaki yang sudah berhasil membuat nya seperti orang hilang akal.

Begitu Shawn membuka pintu Guzel sudah berdiri disana, dia menatap datar Guzel yang tersenyum manis padanya.

" ada apa? " tanya Shawn penuh selidik

" tidak ada " jawabnya gugup entah mengapa Guzel merasa tubuhnya seperti membeku

" lalu untuk apa kau berdiri disana, kau menghalangi jalan ku " ujar Shawn tidak sedikit pun terlihat senyuman diwajah tampangnya.

" apa kau sudah makan? " tanya Guzel dengan cepat begitu Shawn hendak berlalu pergi

Lelaki itu membalikkan tubuhnya menghadap kearah Guzel, dia menatap gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala tapi tidak ada yang berbeda sedikitpun.

" katakan apa yang kau inginkan? " tanya Shawn yang tidak ingin berbasa-basi.

" a-aku memasak untuk mu hari ini? " Guzel tidak bisa menutupi kegugupannya

" kau memasak? dimana Maria? " bukannya menjawab tapi Lelaki itu malah bertanya

" untuk apa kau mencari Maria? "

" aku ingin tahu apakah dia ingin berhenti bekerja dengan ku hingga harus kau yang memasak "

" tidak Shawn!! bukan seperti itu, bukan Maria yang menyuruh ku tapi itu murni keinginanku sendiri " jawab Guzel dengan cepat

Tidak ingin menunggu lama Guzel dengan rasa takut langsung menarik tangan Shawn dan membawa lelaki itu ke ruang makan. Maria, Marvel, Austin yang melihat kedatangan Shawn dan juga Guzel langsung mencari tempat untuk bersembunyi.

" kalian sedang apa di situ? " Maretha yang baru keluar dari ruangan keluarga ikut menghampiri ketiga rekannya.

" syuuuuttt " Austin menempel jeri telunjuk nya ke arah bibir memberi isyarat pada Maretha agar tidak mengeluarkan suara

" ada apa? " tanya Maretha yang masih tidak tahu

" kau diam saja dan lihat itu " bisik Austin lalu menunjuk Tuan dan juga nona mereka yang sudah duduk di kursi makan.

Shawn mengerutkan keningnya menatap beberapa hidangan makanan yang ada di atas meja melihat dari bentuk nya saja membuat Shawn tidak yakin dengan rasanya.

Setelah mengisi piring Shawn dengan beberapa menu makanan, Guzel meletakkan nya dihadapan lelaki itu lalu tersenyum.

" ayo silakan dicicipi, aku yakin ini pasti enak " ujar Guzel dengan percaya diri tingkat tinggi

Sebelum memasukkan sendok kedalam mulutnya, Shawn menatap Guzel yang masih saja tersenyum kearah nya.

" apa kau sudah mencicipinya terlebih dahulu? " tanya Shawn mengangkat sebelah alisnya

" tidak perlu aku cicipi rasanya tentu saja sudah pasti enak " jawab Guzel yang terus memandangi wajah Shawn.

Perlahan tapi pasti sendok yang sudah diisi makanan pun masuk kedalam mulut Shawn membuat senyum Guzel semakin merekah dengan raut wajah tanpa ekspresi Shawn mengunyah makanan itu dengan pelan.

" bagaimana? rasanya enakkan? " tanya Guzel yang berpangku tangan di atas meja

" ini adalah bentuk rasa terima kasih ku untuk mu karena sudah memberiku gelang indah ini dan membuat malam ulang tahunku menjadi sangat spesial " ujar Guzel matanya tidak berkedip memandangi wajah Guzel.

" ada apa? " Guzel terkejut melihat Shawn mengarahkan sendok berisi makanan kearah mulutnya.

" kau makan saja, aku bisa makan sendiri " ucap Guzel yang sedikit salah tingkah

Shawn menggedikan dagunya kearah sendok meminta Guzel membuka mulutnya dan menerima suapan dari tangan nya.

" kau belum mencicipi nya kan? dan sekarang coba kau cicipi " ucap Shawn yang tidak ingin dibantah

Dengan sedikit ragu, Guzel membuka mulutnya lalu menerima suapan itu dari Shawn dan begitu sampai di mulut nya tubuh Guzel menegang dengan mata terbuka lebar wajah nya meringis seperti menahan sesuatu lalu sedetik kemudian gadis itu berlari kearah wastafel dan memuntahkan apa yang baru saja dia kunyah.

Maria, Marvel, Austin dan juga Maretha yang melihat kejadian itu dari balik tembok pun membekap mulut mereka masing-masing menahan tawa mereka.

Diam-diam Shawn tersenyum dan menahan agar tawanya tidak meledak, bagaimana bisa Guzel memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi. Sedangkan Guzel malu bukan main, setelah tahu seperti apa rasa masakannya dan yah, ini adalah pertama kalinya dia memasak.

" maaf " lirih Guzel setelah kembali duduk di kursinya

Shawn langsung melengos menyembunyikan senyum nya dari Guzel.

" kau tidak usah makan lagi, aku akan meminta Maria untuk memasak makanan yang lebih enak dari masakan ku yang seperti racun itu " ujar Guzel yang benar-benar merasa malu di hadapan Shawn.

" aku akan membereskan semuanya "

Guzel yang hendak kembali beranjak dari duduknya langsung di cegah oleh Shawn, gadis itu pun kembali duduk di kursi nya.

" terimakasih "

Guzel yang tadi hanya menunduk karena malu langsung mengangkat kepalanya menoleh Shawn yang mengucapkan terimakasih.

" untuk apa kau berterima kasih, sedangkan masakan ku saja tidak layak untuk dimakan " Guzel menatap nanar masakannya di atas meja.

" tapi aku menghargai usaha mu " sahut Shawn

Guzel tersenyum, hatinya sedikit berbunga-bunga meskipun tetap saja dia merasa malu pada Shawn.

" kenapa tanganmu? " Shawn melihat sikut kanan Guzel merah dan sedikit melepuh

" oh ini, aku tidak sengaja menyenggol panci panas tadi "

" apa sudah di obati? "

" sudah, aku sudah mengobatinya "

" baiklah, kau istirahat saja dan biarkan Maretha membereskan ini semua " ujar Shawn beranjak dari duduknya

" Shawn tunggu!! " panggil Guzel saat Shawn hendak menaiki tangga

" aku ingin meminta izin darimu " Shawn mengerutkan keningnya melihat Guzel yang sedikit takut-takut

" apa? "

" aku ingin mengunjungi tempat tinggal lama ku, apa aku boleh pergi kesana? " tanya Guzel dengan penuh harap

" untuk apa? "

" aku merindukan suasana disana, aku janji tidak akan lama " ujar Guzel yang meyakinkan Shawn.

" baiklah aku akan meminta Austin dan juga Marvel menemani mu " jawab Shawn

Guzel tersenyum senang, bahkan sangat bahagia setelah mendapat izin dari Lelaki itu.

" terimakasih Shawn " seru Guzel, Shawn menaiki tangga menuju kamar nya di lantai tiga.