Chereads / Tuan Shawn / Chapter 22 - Chapter 22

Chapter 22 - Chapter 22

Suara gelak tawa dari arah dapur menarik simpatik Shawn yang baru saja tiba di mansion kakinya yang hendak melangkah menaiki anak tangga kini berubah haluan menuju arah dapur.

Entah apa yang sedang mereka tertawakan sehingga tidak menyadari bahwa Shawn sudah berdiri menatap datar kearah mereka, yang berhasil menarik perhatian Shawn adalah gelak tawa bahagia Guzel.

Shawn bersyukur karena gadis itu sudah kembali seperti sedia kala tidak seperti beberapa hari yang lalu selalu terlihat murung saat mengetahui bahwa George bukanlah ayah kandungnya.

" Tuan kau sudah kembali "

Entah dari mana datangnya Arrabella kini wanita sudah berdiri di samping Shawn, mereka yang tadi sedang tertawa seketika terdiam karena tidak menyadari bahwa Tuan mereka sudah tiba.

Marvel yang tadinya duduk disebelah Guzel tiba-tiba langsung berdiri begitupun dengan Austin.

" maaf Tuan kami tidak menyadari bahwa kau telah tiba " ujar Maria yang mewakili mereka semua.

Shawn hanya mengangguk menatap Guzel sekilas lalu beranjak pergi tanpa mengeluarkan satu katapun, Arrabella mendengus kesal karena Tuannya itu sama sekali tidak perduli dengan sapaan nya.

Guzel beranjak mengejar Shawn yang sudah lebih dulu menaiki tangga menuju kamarnya, lagi-lagi Arrabella mendengus kesal melihat itu.

" Shawn aku ingin bicara denganmu sebentar " seru Guzel saat lelaki itu hendak membuka pintu kamarnya

" aku akan menunggumu di taman belakang " setelah itu Guzel berlalu pergi meninggalkan Shawn yang masih berdiri ditempatnya.

Guzel sudah duduk manis di kursi santai memandang langit cerah yang bertabur bintang, Guzel melupakan belajar melupakan kesedihannya karena bagaimanapun dia harus tetap menjalankan hidupnya.

" apa yang ingin kau katakan? " Guzel terkejut karena tiba-tiba Shawn sudah duduk disampingnya, harum maskulin dari tubuh Shawn menguar di indra penciuman Guzel bahkan rambut Lelaki itu masih sedikit terlihat basah menambah seratus persen lagi tingkat ketampanan lelaki itu

" maaf " ucap Guzel membuat Shawn mengernyitkan kedua alisnya

" maaf karena aku sudah merepotkan mu selama ini, Shawn " sambung nya

" terimakasih karena kau sudah menerima permintaan Mommy agar aku tinggal di sini dan kau juga memberikan ku kebebasan untuk melakukan apapun di mansion ini, jika tidak ada kau mungkin saat ini aku sudah menjadi gelandangan di pinggir jalan " Guzel menatap lekat wajah tegas Shawn yang sangat tampan seperti dewa Yunani.

" sekarang aku ingin hidup mandiri, Shawn! aku ingin mencari pekerjaan karena aku tidak ingin terus bergantung padamu " lanjutnya, Guzel sadar karena semua uang yang dia dapatkan adalah pemberian dari lelaki dingin yang saat ini ada di hadapannya, Shawn masih memilih bungkam.

" dan satu hal lagi, aku tidak ingin ada pengawalan yang selalu mengikuti ku kemana pun aku pergi seperti Marvel dan juga Austin karena aku tidak se-berharga itu " lanjutnya.

" aku ingin menjadi diriku yang dulu, tapi kau tenang saja aku berjanji tidak akan menginjak kan lagi kaki ku ke tempat terkutuk itu " ucap Guzel yang teringat akan kejadian buruk yang pernah menimpa nya tempo hari.

" bisakah kau mengizinkan ku? " tanya Guzel dengan raut wajah penuh harap

" aku mohon " ujar Guzel lagi dengan tatapan memelas

Shawn memicit kedua alisnya, lelaki itu tampak berfikir keras dengan permintaan Guzel.

" baiklah " ucapnya singkat, ada rasa sedikit tidak rela di hati Shawn tapi dengan cepat dia menampik nya.

Guzel tersenyum senang berkali-kali gadis itu mengucapkan terimakasih pada Shawn.

" apa kau akan masih tetap tinggal disini? " pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir tipis Shawn

" apa kau akan mengusir ku? " bukannya menjawab Guzel justru melempar Shawn dengan pertanyaan, lelaki itu tersenyum membuat hati Guzel menghangat.

" tidak ada satupun orang di mansion ini yang bisa mengusir mu apapun yang terjadi " gumam Shawn dengan tatapan matanya yang menerawang jauh.

Guzel tidak tahu saja bahwa ke pemilikan mansion beserta beberapa aset milik Shawn sudah beralih menjadi atas nama dirinya, entah apa yang membuat Shawn bisa melakukan itu semua.

Keesokkan paginya Guzel sudah bangun terlebih dahulu bahkan dirinya sudah sibuk berada di dapur sebelum Maria, mendengar Shawn mengizinkan nya untuk mencari pekerjaan membuat Guzel tidur nyenyak semalam dan bangun lebih awal.

Guzel yakin kalau Shawn belum pergi karena lampu kamarnya masih menyala, selama ini Guzel tidak pernah bertemu Shawn di pagi hari, mereka akan bertemu di siang hari atau hanya di malam hari.

" Nona apa yang sedang kau lakukan? "

Guzel menghela nafas jengah karena setiap kali dirinya berada di dapur Maria selalu melontarkan pertanyaan itu.

" tentu saja aku sedang memasak, Maria! tidak mungkin aku sedang bermain golf " sahut Guzel tanpa menoleh.

Maria tersenyum lalu menghampiri Guzel, gadis itu terlihat sudah mahir dalam memainkan penggorengan.

" Maria tolong kau cicipi, dan berkata lah jujur " Guzel memberikan sendok yang sudah berisikan nasi goreng buatan Guzel

Maria nampak serius merasakan nasi goreng yang sudah berada didalam mulutnya, raut wajahnya pun berubah-ubah membuat Guzel semakin penasaran seperti apa rasanya.

" Nona " Guzel mulai harap-harap cemas saat Maria menunjukkan raut wajah aneh

" aku gagal lagi, tidak mungkin aku menghidangkan nasi goreng ini di hadapan Shawn jika rasanya saja tidak lezat " gumam Guzel

" Tidak nona!! nasi goreng buatan mu sangat lezat " puji Maria

" terimakasih Maria, tapi kau tidak perlu menghibur ku seperti itu " sahut Guzel dengan sedih

" aku berkata jujur, nona " Maria menyendok lagi nasi goreng lalu memasukkannya kedalam mulut Guzel.

Guzel terpaku lalu menatap Maria dengan lekat, sedetik kemudian gadis itu berteriak senang karena nasi goreng buatannya berhasil, memang sebuah usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Maria tersenyum karena dengan semangatnya Guzel menata nasi goreng kedalam piring lalu menaruh nya di atas meja makan, Guzel juga sudah membuatkan kopi untuk Shawn karena setiap pagi dia melihat Maria membuat kan itu untuk Shawn meskipun jarang diminumnya, dan Guzel sangat berharap Shawn mau menerima lagi masakannya.

" SHAWN!!!! "

Guzel sedikit berlari menghampiri Shawn yang menuruni tangga, tubuh lelaki itu sudah di balut dengan kemeja berwarna hitam di tangan kanannya memegang Jaz yang berwarna senada dan celana dasar yang juga berwarna hitam di tangan kirinya sudah memegang tas kerjanya.

Shawn sedikit terkejut karena Guzel sudah siap dengan pakaian formalnya yang dia yakini bahwa gadis itu akan pergi mencari pekerjaan.

" aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu " ucap gadis itu

" kau kembali memasak? " Guzel mendengus kesal karena Shawn terlihat tidak percaya

" tentu aku sudah membuat nasi goreng udang untuk mu, dan aku harap kau mau sarapan bersama ku " sahut Guzel dengan penuh harap

Shawn kembali teringat saat Guzel dengan begitu percaya diri memamerkan masakannya lalu berakhir di wastafel dan sekarang dia berfikir jika masakan itu kembali seperti ke beberapa hari yang lalu maka Shawn akan berpura-pura menikmati masakan gadis itu agar dia tidak kecewa.

Guzel tersenyum senang karena Shawn berjalan mendahului nya menuju ruang makan dan langsung duduk di kursinya. Maria dan Maretha terperangah melihat Tuannya yang sudah duduk disana, karena ini adalah kejadian yang sangat langkah.

" bagaimana rasanya? " tanya Guzel dengan antusias

Shawn masih memilih bungkam dan terus melahap nasi goreng nya hingga satu piring besar itu tidak menyisakan sebutir pun nasi Guzel yang melihatnya hanya terperangah begitupun Maria dan Maretha yang diam-diam mengintip fenomena itu.

" bagaimana? " tanya Guzel lagi dengan pelan

Shawn beranjak dari duduknya setelah meneguk kopinya hingga setengah, lelaki itu meraih Jaz nya dan tampa menoleh hanya berkata

" tolong besok kau buat kan lagi, nasi goreng buatan mu sungguh lezat "

Guzel masih duduk rapat dikursi nya dai masih mencerna dengan keras kalimat terakhir yang Shawn katakan sebelum dia beranjak pergi, dan sedetik kemudian,

" TENTU SHAWN!!!!!!!!!!!!!! " pekik Guzel dengan semangat, gadis itu meraba d***nya merasakan jantungnya berdetak lebih cepat berkali-kali lipat

Shawn masih bisa mendengar pekikan Guzel Lelaki itu tersenyum tipis apa yang dikatakan Shawn memang benar, nasi goreng buatan Guzel memang lezat dan entah mengapa nasi goreng buatan Guzel pagi ini berhasil mengubah mood nya yang berantakan menjadi kembali tertata. Semalam Shawn berfikir keras tentang permintaan Guzel dan bodohnya lagi, dia menyetujui permintaan gadis itu.