" kau lihat Shawn semuanya sudah aku tangani, meskipun kau harus kehilangan banyak uang tapi tidak akan sampai membuatmu bangkrut " Samuel tersenyum bangga karena berhasil menggagalkan para penyusup mencuri data-data penting perusahaan.
" dan aku sudah mengantongi identitas pelaku "
Lelaki tampan itu menutup laptopnya lalu berjalan mendekati Shawn yang berdiri tegap tak jauh darinya.
" aku yakin pasti ada orang dalam yang ikut andil dalam masalah ini " Xavier masuk dengan membawa beberapa berkas lalu melemparnya keatas meja tepat di depan Samuel.
" aku tidak mau tahu orang itu harus diberikan pelajaran karena sudah mencoba menghianatiku " ujar Shawn dengan dingin
Shawn, Samuel dan juga Xavier mendengar suara gaduh diluar beberapa saat kemudian pintu ruangan Shawn terbuka secara paksa
BUGHHHHHH
Seorang lelaki paruh baya jatuh tersungkur tepat dibawah kaki Shawn, terdapat beberapa bekas pukulan diwajahnya bahkan sudut bibirnya juga mengeluarkan darah segar.
Shawn menatapnya tajam, lalu beralih menatap Jerry dan juga beberapa keamanan yang berdiri tepat didepan pintu.
" dia mencoba melarikan diri Tuan, saat aku memergokinya keluar dari ruangan keuangan dengan membawa flashdisk " ujar Jerry kemudian memberikan flashdisk itu pada Samuel.
Samuel tersenyum sinis setelah melihat isi dalam flashdisk itu, dia berkecak pinggang lalu meminta Shawn untuk melihat sendiri isinya.
" Ternyata tidak perlu aku turun kelapangan Jerry sudah lebih dulu mengantarkan nya sendiri kesini " Samuel menyeringai puas
" bajingan!!!!!!!! " Shawn menghambur menghajar lelaki itu tanpa ampun.
Mereka semua yang ada disana hanya diam melihat Shawn yang penuh emosi menghajar Lelaki itu tidak ada satupun dari mereka yang berani mendekat.
" hentikan Shawn jangan kotori tanganmu dengan menghajar lelaki bodoh seperti dia, aku yakin dia tidak akan berani melakukan hal ini jika tidak terpaksa " seru Samuel yang mulai jengah
" apa maksudmu Sam!!!! kau ingin mencoba membela penghianat ini!!! " geram Shawn
" ma-maafkan aku Tuan! " lirih Lelaki itu dia menahan rasa yang luar biasa sakit di sekujur tubuhnya bahkan dia sudah tidak berdaya di atas lantai wajah nya sudah hancur di hajar oleh Jerry dan para keamanan ditambah lagi oleh pukulan Shawn yang membabi-buta.
" katakan padaku kenapa kau mencoba menghianatiku!! " Shawn mencengkram kerah baju lelaki itu dengan kasar
" aku terpaksa melakukannya karena aku diancam Tuan... " jawabnya dengan suara bergetar antara kesakitan dan juga takut
" siapa yang memaksamu " kali ini Xavier bersuara
" aku tidak tahu siapa orangnya tapi mereka memanggilnya dengan sebutan Mr.I " jawabnya dengan was-was takut Shawn akan kembali menghajarnya karena Tuannya itu terus menatapnya dengan tajam seperti ingin menelan nya hidup-hidup.
" aku diancam jika tidak melakukan apa yang mereka pinta maka anak dan istri ku akan mereka lenyap kan! aku mohon maaf kan aku Tuan " Lelaki itu mengiba agar Shawn melepaskan nya
" kau tahu apa akibatnya jika kau berbohong pada kami Loak!! " ujar Xavier jujur tangannya juga sudah gatal ingin menghajar lelaki yang bernama Loak itu.
" aku berani bersumpah tolong ampuni aku " pinta lelaki itu.
Shawn menghempas Loak kembali kelantai dengan keras, lelaki itu mengaduh kesakitan hingga terbatuk-batuk.
" bawa Loak kerumah sakit pastikan juga anak dan istrinya aman " perintah Shawn yang tidak ingin dibantah dan tanpa bertanya Jerry meminta anak buahnya untuk mengangkat tubuh Loak yang sudah sekarat.
" siapa Mr.I " Samuel berpangku tangan menatap Shawn penuh tanya karena setelah Loak menyebutkan nama itu tubuh Shawn seakan membeku.
Shawn merapikan kembali jasnya lalu beranjak hendak pergi namun langsung ditahan oleh Xavier.
" mau kemana kau? "
" kalian bereskan semuanya aku akan kembali " tanpa menjawab pertanyaan Samuel dan juga Xavier dia berlalu pergi begitu saja.
" sialan! dia belum menjawab pertanyaan ku " Samuel berdecak kesal
******
Guzel terjaga dari tidurnya saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, dengan masih menguap menahan kantuk gadis itu beranjak duduk ditepi ranjang matanya terbelalak menyadari bahwa dia tidak berada dikamarnya, gadis itu mencoba mengingat kembali apa saja yang sudah dia lakukan hingga harus berakhir di dalam kamar ini.
Guzel menepuk keningnya, setelah mengingat apa saja yang dia lakukan. Sejak kepergian Shawn tadi siang dengan raut wajah emosi gadis itu langsung menaiki lantai tiga mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk kenapa Shawn bisa semarah itu. Tapi bukannya menemukan petunjuk, Guzel justru tertidur diatas ranjang besar milik Shawn dan baru bangun dimalam hari.
Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Shawn yang baru saja selesai membersihkan diri, Guzel masih berdiam diri duduk dipinggir ranjang pemandangan yang dilihatnya saat ini begitu menyegarkan matanya yang tadi masih terasa mengantuk. Bagaimana tidak, Shawn keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit pinggang nya rambutnya juga nampak masih basah dan sisa-sisa air masih menetes di setiap lekuk tubuh Shawn yang kekar.
" demi Tuhan Shawn terlihat sangat tampan dan seksi " batin Guzel yang menatap nanar tubuh Shawn yang kekar dan berotot
AWWWWWWWWWWW
Guzel meringis sambil mengusap keningnya yang terasa sakit dan entah sejak kapan Shawn sudah menjulang tinggi dihadapannya dengan berkecak pinggang.
" apa yang kau lihat " suara dingin itu seketika membuat tubuh Guzel merinding.
Gadis itu gelagapan salah tingkah seperti seorang maling yang sudah tertangkap basah dia seakan berada dijalan buntu.
" ti-ti-tidak aku tidak melihat apa-apa " elaknya dengan gelagapan.
" sepertinya kau lebih nyaman tidur di atas ranjangku dari pada ranjang mu sendiri "
Guzel semakin salah tingkah, dia juga merasa heran kenapa berada dikamar lelaki gunung es ini terasa berbeda dibandingkan kamarnya sendiri, Guzel menggeleng cepat tidak ingin berpikir terlalu jauh.
" aku tidak sengaja tertidur di kamarmu " bantahnya
" benar kah " Shawn mengangkat sebelah alisnya
" te-tentu!! " Guzel hanya bisa mengutuk dirinya sendiri
" Sudah sana minggir aku mau masuk ke kamar ku " Guzel mendorong tubuh Shawn menjauh namun nasib sial masih berpihak pada gadis itu, karena ingin cepat-cepat dia justru tersandung kakinya sendiri dan beruntung Shawn dengan cepat menarik tangannya agar tidak jatuh kelantai.
Guzel tersentak saat tubuhnya justru jatuh pada pelukan Shawn tidak ada jarak lagi antara mereka jantung Guzel seakan ingin melompat keluar karena bisa menatap wajah Shawn dengan jarak sedekat ini bola matanya yang berwarna coklat dan tajam seperti mata elang, hidung nya yang mancung bibirnya yang tipis berwarna merah muda serta rahang nya yg tegas sungguh membuat Guzel tidak ingin berpaling dari wajah itu.
Kedua bola mata Guzel terus menatap wajah tampan Shawn tanpa berkedip begitupun sebaliknya, bau harum shampoo dan wangi maskulin Shawn sudah menjadi candu bagi gadis itu.
" ternyata selain merasa nyaman tidur di atas tempat tidurku ternyata kau juga terlihat nyaman berada di pelukan ku, Guzel " goda Shawn yang menahan tawanya melihat wajah Guzel yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
Dengan cepat Guzel melepaskan pelukan Shawn dari dipanggang nya, lalu membuang muka sungguh dirinya sangat merasa malu sekarang, tanpa membalas dan mengeluarkan satu katapun gadis itu pergi begitu saja keluar dari kamar Shawn. Sedangkan lelaki itu diam-diam tersenyum tipis melihat tingkah malu-malu Guzel.