Chereads / Tuan Shawn / Chapter 11 - Chapter 11

Chapter 11 - Chapter 11

Setelah acara pemakaman selesai, mereka yang datang berpamitan untuk pulang menyisahkan Guzel, Juliet, dan Christine

Guzel kembali terduduk di samping pemakaman sang ibu, mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Angelica, gadis itu masih meratapi kepergian ibunya.

" kenapa kau harus meninggalkan ku Mom " lirih Guzel, Juliet dan Christine hanya diam melihat sahabat mereka yang masih berkabung.

" pada siapa aku akan mengadu, kau tau Mom hanya kau dan Daddy yang aku miliki di dunia ini, tapi kenapa kalian pergi meninggalkan ku " diam-diam Juliet dan Christine mengusap air mata, mendengar lirihan Guzel.

" Sudah Cukup, ayo pulang "

Juliet dan Christine terperanjat melihat Shawn yang datang tiba-tiba langsung menarik tangan Guzel. Sedari tadi Shawn sudah menunggu Guzel diparkiran, tapi karena gadis itu tidak juga muncul akhirnya dia menyusulnya sendiri.

Lelaki itu menarik tangan Guzel menjauh dari sana tanpa mempedulikan Guzel yang terus memberontak meminta untuk dilepaskan.

" Lepas!!!!!! lepas kan aku Shawn!!!!! aku bukan budakmu!!!!! " Guzel menghentakkan tangan Shawn yang terus menarik nya.

" aku tidak pernah mengatakan bahwa kau budakku!!!! " suara berat itu begitu terdengar menakutkan ditelinga Guzel

" apa kau pikir, dengan terus merintih ibumu akan kembali hidup? tidak Guzel, karena itu hanya akan membuatnya bersedih!!!! " tunjuk Shawn dengan menahan emosi nya.

" kau tidak berhak mengatakan itu, karena kau tidak pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan " Dengan lantang Guzel menjawab perkataan Shawn

" orang kaya raya seperti mu mana mungkin perduli akan kesedihan orang lain " cibir Guzel tanpa sedikitpun rasa takut dengan tatapan tajam Shawn.

Shawn tersenyum kecil, namun senyuman itu justru membuat Guzel merinding, dia menyesali ucapannya saat melihat adanya kesedihan mendalam di sorot matanya yang tajam. Guzel merasa ada sesuatu yang lelaki ini sembunyi dari semua orang, tapi apa?

" Guzel " seseorang memanggilnya dari balik pohon besar yang tidak jauh dari mereka berdiri sekarang.

Guzel merasakan aura dingin yang mencekam, dia melirik kearah Shawn dari ekor matanya, lelaki itu hanya diam, rahang tegas nya terlihat mengeras dan raut wajahnya sungguh tidak bersahabat melihat siapa yang datang menghampiri mereka.

" Matthew " batinnya

" kau selesaikan urusan mu dengan lelaki itu, aku tunggu di mobil " tanpa menunggu jawaban Guzel, Shawn berlalu pergi begitu saja.

Melihat tubuh tegap Shawn yang semakin menjauh, barulah Matthew mendekati Guzel yang masih berdiri ditempatnya.

" sejak kapan kau berada disana, bukan kah tadi kau sudah pamit untuk pulang? " Matthew hanya tersenyum tangannya tergerak mengacak rambut Guzel.

Sedangkan Guzel mendengus karena merasa diperlakukan seperti anak kecil oleh Matthew.

" awalnya aku memang ingin pulang tapi melihat mu yang masih merasa kehilangan, aku mengurungkan niatku untuk pulang " ungkap Matthew

" aku ingin menjadi orang yang bisa kamu jadikan tempat untuk berbagi mencurahkan kesedihan mu, Guzel " lanjutnya dengan tulus

" terimakasih banyak karena kau sudah mau perduli padaku " sahut Guzel dengan tersenyum

" jika kau butuh sesuatu kau bisa menghubungi ku, Guzel " ujar Matthew yang menawarkan diri

" sekali lagi terimakasih, Matthew " Guzel melirik mobil hitam mengkilap milik Shawn yang masih terparkir dengan rapih di parkiran, dia yakin lelaki itu pasti sedang mengawasinya dari dalam sana.

Benar saja, dari dalam mobil Shawn terus memperhatikan gerak gerik Guzel dan juga Matthew, itu juga tidak luput dari pandangan Xavier dan juga Samuel.

" apakah kau mulai tertarik dengan gadis kecil itu, Shawn " cibir Samuel dengan senyum evilnya

" Tidak " jawaban Shawn justru membuat Xavier dan Samuel tertawa terbahak

" aku lebih memilih untuk pura-pura tidak melihat dan tidak tahu " ucap Xavier di sisa tawanya

" hey Shawn, jangan lupakan kejadian kemarin saat kau memeluk Guzel " cibir Samuel

" jangan salah paham akan hal itu, aku hanya tidak ingin dia terus meratapi kepergian ibunya " sangkal Shawn dengan datar.

" oh ya? " Samuel menatap Shawn penuh selidik

" buang jauh-jauh pikiran kotor mu itu dari otak kecil mu, Samuel!!!! " Shawn mendesis jengkel karena Samuel terang-terangan meledeknya.

Dari pada terus meladeni Xavier dan juga Samuel, lelaki gunung es itu lebih memilih menyandarkan kepalanya lalu memejamkan matanya agar tidak tersulut emosi melihat pemandangan di luar sana.

Shawn mendengar seseorang membuka pintu mobil lalu duduk disampingnya setelah pintu mobil kembali tertutup, tapi lelaki itu masih enggan membuka matanya.

" apa dia kekasih mu Guzel? "

Guzel langsung gelagapan mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Samuel, sedang Xavier yang duduk di kursi pengemudi diam-diam tersenyum melihat Shawn yang langsung memalingkan wajahnya kesamping, Xavier melajukan mobilnya meninggalkan area parkir pemakaman.

" bukan, paman "

Xavier tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Guzel, dengan polosnya gadis itu memanggil Samuel dengan sebutan paman.

" ayolah Guzel, aku belum setua itu untuk kau panggil paman " dengus Samuel dengan keras dia tidak terima di panggil paman oleh Guzel

Gadis itu meringis tak enak hati, jika melihat dari penampilannya Samuel memang belum cocok untuk dia panggil paman.

" Kau lihat Lelaki yang ada di sampingmu, dia justru lebih cocok dengan sebutan itu " cibir Samuel menggedikan dagunya

Guzel menoleh ke samping Shawn nampak damai dalam lelapnya dengan mata terpejam deruh nafasnya terdengar teratur. Lagi-lagi Xavier hanya tersenyum melihat Guzel yang terus menatap Shawn tanpa berkedip.

" jika kau ingin masuk lebih jauh dalam kehidupan Shawn, maka kau harus menjadi kuat terlebih dahulu nona, karena kau tidak pernah tahu bahaya apa yang akan kau hadapi dikemudian hari jika kau tetap memilih berada di samping Shawn " batin Xavier

~~~~~~~~~

Begitu tiba di mansion Shawn langsung menuju ruang kerjanya diiringi oleh Xavier dan juga Samuel, Jerry sudah lebih dulu menunggu tuannya di dalam sana ketika pintu terbuka dari luar dengan wajah gusar Jerry langsung menghampiri Shawn

" Tuan! "

" ada apa Jerry, kenapa kau terus meneror ku dengan puluhan p*******n mu? " tanya Shawn setelah dia duduk di sofa panjang disudut ruangan

" apa yang membuatmu terlihat gusar? " sambung Xavier melihat Jerry yang gelisah

" jangan tegang Jerry, kau bukan baru satu atau dua hari berkerja dengan Shawn, tampang Shawn memang sudah sedatar dan sedingin itu, bahkan gunung es saja kalah dinginnya dari dia " ledek Samuel dengan senyum menyebalkan nya, melihat Jerry yang melirik Shawn takut-takut.

" Tuan terjadi masalah besar, seseorang mencoba meretas data penting perusahaan " jelas Jerry kedua tangannya saling meremas berkeringat

" kalau kau ingin membuat lelucon itu tidak lucu, Jerry! " ucap Xavier mengerutkan keningnya

" maaf Tuan, tapi aku tidak sedang membuat lelucon " sela Jerry yang semakin ketakutan melihat wajah Shawn yang semakin keruh

" semua sistem jaringan di perusahaan mati total mengakibatkan perusahaan dalam kerugian yang tidak sedikit " lanjutnya, melihat wajah Shawn yang sudah merah padam Jerry langsung menunduk

" Jerry, kau jangan membangunkan Singa yang kelaparan " bisa-bisa nya Samuel masih menggoda Jerry yang sudah mati ketakutan

PRANGGGGGGGGGG

Kepalan tangan Shawn menghantam meja yang berlapis kaca, beruntung meja itu tidak pecah dan tidak melukai tangannya.

Tubuh Jerry semakin gemetar ketakutan, dia tidak ingin setelah keluar dari ruangan ini hanya tinggal nama.

" jangan takut jika kau tidak merasa melakukan kesalahan, Shawn bukan orang bodoh yang akan menghajar orang yang tidak bersalah " bisik Samuel memberikan sedikit ketenangan untuk Jerry yang sudah diam dan tidak berani lagi mengeluarkan suaranya.

" bagaimana mungkin Perusahaan sebesar Ezland Clinton Group bisa dengan mudah dimasuki penyusup? Sedangkan sistem keamanannya saja sudah sangat diperketat! pasti ada yang tidak beres! " ujar Xavier dan di angguki oleh Samuel dan juga Jerry.

" pasti ada orang dalam yang sudah ikut campur tangan " tebak Samuel dengan gamblang sorot mata Shawn berkilat tajam, rahang tegasnya mengeras dia bersumpah siapapun orang yang ada dibalik masalah ini akan mendapatkan hukum yang setimpal darinya.

" Tapi tentunya bukan aku Tuan! " seru Jerry yang menggeleng kencang, dia berani bersumpah bahwa dirinya sama sekali tidak ikut andil dalam masalah ini hanya orang bodoh yang mau berurusan dengan Shawn yang terkenal gila dan kejam.

Samuel terkekeh melihat sorot mata Jerry yang ketakutan, tentu saja dia juga percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jerry dia tidak mungkin menghianati Shawn. Tapi berbeda dengan Xavier, sesuatu bisa saja terjadi jika seseorang sudah berada dalam ancaman dan tidak berpikir panjang lagi.

" jika memang benar adanya orang dalam yang ikut andil dalam masalah ini, maka aku tidak akan mengampuninya. Aku paling benci dengan penghianat " geram Shawn matanya semakin berkilat tajam.

" tenang Shawn aku akan membereskan semuanya " ucap Samuel dengan santai " kita lihat seberapa lama mereka berani bersembunyi " lanjutnya menyeringai sinis

Dengan langkah lebar Shawn keluar dari ruang kerjanya diiringi oleh Xavier, Samuel dan juga Jerry dari belakang. Wajah tampan Shawn terlihat sangat menyeramkan jika sedang marah.

Ezland Clinton Group adalah salah satu perusahaan besar di bidang Farmasi, Teknologi, Tekstil, dan Interior milik keluarga Shawn. Bahkan Shawn juga lah yang menduduki kursi kepemimpinan di perusahaan besar itu dia juga memiliki saham terbesar didalamnya. Shawn tidak boleh gegabah dia harus mencari bukti yang kuat untuk menjatuhkan dan membalas mereka yang sudah berani menusuknya dari belakang.

" Austin! Marvel! "

Suara bariton Shawn menggema di setiap sudut ruangan kedua lelaki itu langsung berlari menghampiri Shawn diruang tengah, sedang Guzel yang baru saja hendak turun kelantai satu mengurungkan niatnya melihat aura Shawn yang berbeda dari biasanya.

" ada apa dengan Shawn, kenapa dia terlihat sangat marah " gumam Guzel

Guzel di kejutkan oleh suara hempasan pintu yang tertutup begitu saja Shawn dan yang lainnya pergi dengan terburu-buru, gadis itu menuruni tangga dengan cepat melihat mobil mewah milik Shawn keluar dari gerbang utama.

" apa yang terjadi " entah mengapa Guzel ikut merasa gusar belum lagi teriakan Shawn yang memanggil Austin dan Marvel tadi, dia berpikir apakah pengawalnya itu sudah membuat kesalahan hingga membuat Shawn begitu murka.