Setelah Rendi menghubungi orang-orang bayaran yang merupakan anak buah ayahnya, sekarang dua sahabat yang notabene termasuk satu dua dari sekian banyak siswa berjiwa preman di sekolah itu sudah berada di parkiran.
Mereka duduk santai di dalam mobil milik Rendi sembari menunggu sang guru baru keluar dari kantor untuk pulang ke rumahnya.
Rendi sendiri belum tahu seperti apa wajah dan bentuk dari guru baru itu. Ia ingin memastikan dan mengambil gambar guru itu terlebih dahulu untuk dikirimkan pada orang yang sudah Rendi hubungi via telepon tadi sebelum mengambil langkah serius sesuai dengan siasat yang sudah dirancang dengan matang olehnya.
Hal itu karena Rendi tidak mau gegabah dalam langkah yang bisa mengakibatkan salah sasaran seperti yang sudah sering dia lakukan.
Maklum, sebagai putra dari seorang penguasa gangster, setiap kali ada masalah serius yang terjadi, ia selalu meminta tolong para bodyguard anak buah sang ayah untuk menyelesaikannya.
Sementara itu, Mila yang merupakan kembang sekolah pujaan hati Rendi terlihat sedang berjalan santai menuju gerbang sekolah tiba tiba melihat mobil kekasihnya itu masih terparkir di tempatnya dan melihat yang empunya masih duduk santai di belakang kemudi. Ia berjalan menghampiri mobil mewah itu.
Rendi yang mengetahui kalau si pacar menuju ke arahnya, sedikit bingung dan gugup karena gadis tinggi semampai dengan paras cantik nan menarik serta genius itu pasti sudah merasakan kecurigaan yang pastinya akan menanyakan dan mengorek keterangan darinya.
Rendi keluar dari mobilnya. "Kok kamu belum pulang? Apa kamu mau kuantar pulang ke rumahmu sayang?" tanya Rendi dengan gaya polos, berusaha menutupi siasat yang sedang ia rencanakan.
Meski ia tau itu tidak mungkin karena sopir pribadi Mila selalu disiplin antar jemput pacarnya itu.
"Tidak usah! Apa yang akan kamu lakukan pada pak Harry?" sebagai gadis yang genius, Mila sudah bisa menebak apa yang sedang dilakukan dan direncanakan oleh preman sekolah yang sedang ia pacari saat ini.
Seketika wajah Rendi memerah, menandakan kalau itu preman kecil ini sedang dalam kepanikan dan kebingungan. 'Bagaimana kekasih pujaan hatiku ini bisa dengan tepat mengetahui rencanaku,' gumam Rendi dalam hati.
"Jangan konyol dan jangan berbuat macam-macam dengan pak Harry! Aku sudah memaafkan beliau," hardik Mila dengan nada serius.
"Baiklah kalau begitu. Sekarang silakan kamu pulang dulu, Sayangku," rayu sang cowok dengan nada penuh dengan kekecewaan.
"Ya sudah, aku pulang sekarang. Kamu juga harus segera pulang, Ren," balas Mila sembari membalikkan badan melangkah santai menuju gerbang sekolah.
Benar saja, setelah sampai di luar gerbang sekolah, ternyata sopir pribadinya sudah menunggu dan dengan cekatan membukakan pintu mobilnya, mempersilakan sang nona muda untuk masuk ke dalam mobil.
Mila segera meraih handle pintu mobil tersebut, lalu masuk ke dalamnya. Belum sempat pak sopir menyalakan mesin mobil, tiba-tiba Mila membuka pintu.
Ia kembali keluar dari mobil dan berdiri menghadap ke arah Rendi, terlihat tangan Mila memberikan kode agar kekasihnya itu segera pulang. Nampak di kejauhan, Rendi menganggukkan kepala tanda mengiyakan permintaan sang bunga sekolah pujaan hatinya.
Mila kembali masuk ke mobil dan mempersilakan pak sopir untuk segera membawanya pulang ke rumah. Sekitar 30 menit kemudian, mobil mewah berwarna merah yang membawa gadis cantik itu telah tiba di salah satu rumah besar dan luas.
Bangunan dengan perpaduan desain ala Eropa dan Timur tengah yang terlihat megah dan cantik milik Anggara Kurniawan, merupakan pemilik Perusahaan Kurnia Jaya group.
Setelah dibukakan gerbang oleh salah satu security yang sedang bertugas saat itu, mobil mewah itu kini sudah terparkir rapi di halaman nan luas itu.
Mila segera turun dari mobil, diikuti pak Darno, sopir pribadi nona muda. Merupakan putri sang juragan kaya raya di Jakarta itu sembari membawakan tas sekolah milik Mila. Mereka langsung masuk ke dalam rumah, disambut hangat oleh semua pegawai yang ada di kediamannya.
Gadis berusia 18 tahun itu segera naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya, langsung merebahkan tubuhnya di sofa empuk yang ada di kamar berukuran luas miliknya.
Melepaskan segala penat setelah pikiran dan emosinya banyak terkuras pagi ini. Setelah sekian menit, gadis cantik itu bangkit dari tempat tidurnya, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Tidak butuh waktu lama untuknya, setelah dirasa tubuhnya sudah fresh kembali, ia keluar dari kamar mandi, mengganti pakaian santai dan duduk di depan cermin meja riasnya sambil memandangi wajahnya sendiri.
Sedikit ada kekesalan yang ia rasakan akhir-akhir ini. Mila yang tidak ingin larut oleh perasaannya segera bangkit dan keluar dari kamar. Ia turun ke lantai bawah, langsung meluncur ke arah meja makan.
Hidangan sudah disiapkan oleh pembantu. Seperti biasa, bik Minah sudah menunggunya sedari tadi. Beliaulah yang selalu ada dan menemani nona muda makan siang dan malamnya. Mungkin kejenuhan itulah salah satu penyebab Mila sangat mudah emosi dan uring-uringan akhir-akhir ini.
Sejatinya ia merindukan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya karena bukan hanya materi saja yang dibutuhkan, tetapi kehangatan keluarga seperti teman-temannya sampaikan itu sangat ia harapkan terjadi di rumah ini.
Setelah selesai menikmati hidangan makan siang, Mila bangkit dan melangkah ke ruang keluarga sambil meraih satu majalah langganan yang kemarin belum selesai ia baca, sekedar untuk mengisi kekosongan hari-harinya.
Sementara itu di sekolah, Rendi yang tadinya mengiyakan permintaan kekasih tercinta untuk segera pulang, ternyata masih menunggu di parkiran ditemani kawan baiknya itu.
Saat tengah asyik ngobrol dengan Rian, tiba-tiba dari arah kantor, keluar pak Bayu kepala sekolah mereka yang membuat mereka berdua terkejut adalah orang yang berjalan di samping kepala sekolah itu.
"Itu pak Harry." Rian yang langsung mengenali sosok tersebut berucap kepada sahabatnya memecah keheningan.
"Jadi itu bentuknya cecunguk yang pingin kumakan mentah-mentah?" jawab Rendi dengan ekspresi kemarahan yang memuncak sambil spontan tangannya mengambil handphone di saku celananya kemudian membidikkan kamera ke arah guru baru itu.
Setelahnya mereka membungkukkan badan mereka bersembunyi dari pandangan kedua guru mereka yang sedang berjalan ke arah mobil tua nan antik milik kepala sekolah mereka yang membuat mereka kian penasaran kenapa guru baru itu ikut masuk ke mobil Pak Bayu.
"Ada hubungan apa brengsek itu dengan pak Bayu? Apa dia saudaranya, atau keponakan pak kepala sekolah?" umpat Rendi.
Sepersekian detik, mobil Bapak kepala sekolah itu pun melaju melewati pengintaian dua siswa songong yang selalu bikin ulah di sekolah itu. Dua remaja itu masih bingung dengan pikiran masing-masing karena pemandangan yang baru mereka saksikan.
"Ren ... cepat hubungi anak buah ayahmu, batalkan rencana kita ini, sebelum masalah besar datang," spontan ucap Rian kepada sahabatnya itu dengan bibir bergetar tanda ketakutan yang teramat sangat.
"Apa kamu bilang?" hardik Rendi dengan kesombongannya.
"Sudah ikuti saja saranku ini," teriak Rian yang masih dalam ketakutan memaksa temannya yang sok preman itu.
To be continued...