Chapter 4 - Siasat

Setibanya di kantin sekolah, Mila segera mencari tempat duduk yang kosong setelah sebelumnya meminta tolong pada sahabat baiknya bernama Dilla untuk sekalian memesankan makanan dan minuman untuknya.

Nampak oleh Mila kalau di sudut ruangan terlihat ada bangku yang masih kosong, ia pun segera melangkahkan kaki menuju bangku tersebut. Sengaja bunga sekolah itu mencari tempat yang masih kosong dan sepi karena dia yakin kalau sebentar lagi Rendi sang pujaan hatinya pasti akan menyusul ke kantin dan mencarinya.

Tidak lama setelah Mila duduk bermalas - malasan di kursi pojok itu, Dilla datang mendekat seraya membawa dua gelas minuman sesuai yang Mila pesankan tadi. Si gadis cantik itu menerima gelas yang dibawa sahabatnya tadi dan segera meneguk minuman dingin tersebut.

Setelahnya Mila pun menanyakan kentang goreng pesanannya kepada Dilla.

"Nanti dua jam lagi," jawabnya dengan cuek dan matanya yang sedikit menggoda untuk menghibur sahabatnya karena sedari tadi Dilla gadis yang juga tidak kalah cantiknya dengan Mila tahu bahwa sahabat karibnya yang selama ini menjadi idola di sekolah itu moodnya sedang tidak baik.

Tidak berselang lama, pegawai kantin pun datang menghampiri Mila dan Dilla sambil membawa dua box kecil kentang goreng pesanan mereka.

"Terima kasih, Bu," ucap mereka berdua yang tanpa sengaja berbarengan.

"Sama-sama, Nona-nona cantik," jawab ibu pegawai kantin sembari melangkahkan kaki kembali ke tempatnya bekerja.

Saat Mila sedang membuka mulutnya untuk menikmati kentang goreng tiba-tiba ada tangan orang lain yang dengan cepat merebut dan makan kentang tersebut.

Ternyata Rendi yang sudah datang dan berdiri di samping tempat duduk Mila. Cowok ganteng itu sedikit heran karena tidak seperti biasa gadisnya akan seperti itu, dingin tidak ada respon sama sekali yang ditunjukkan oleh gadis cantik pujaan hatinya.

Rendi segera meraih tempat dan duduk tepat di hadapan Mila sembari terus menatap wajah cantik dan imut yang ia kagumi selama ini. Tapi, yang diperhatikan sama sekali tidak ada reaksi.

"Sayang, kamu kenapa? Apa yang sudah terjadi hingga membuatmu seperti ini?" tanya Rendi. Mila hanya diam seolah malas untuk berbicara. Hingga Rendi mengulangi pertanyaannya lagi sampai tiga kali, barulah gadis cantik pujaan hatinya mau menjawab pertanyaannya.

"Guru baru yang berlagak ganteng dan berlagak sempurna itu telah merendahkan dan mempermalukanku tadi di kelas," jawabnya dengan nada yang sangat kesal.

"Guru baru, siapa dia berani beraninya mengusik wanitaku?" celoteh Rendi dengan tangan mengepal dan emosi yang meluap luap.

"Sudah sudah, jangan diperbesar masalah kecil di kelas tadi." Dilla mencoba menenangkan Rendi karena Dilla tahu kalau Mila hanya membesarkan masalah dan mencari perhatian dari Rendi.

Sebenarnya Dilla sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap teman baiknya Mila yang akhir akhir ini sangat mudah emosi. Apa sebenarnya yang sedang terjadi pada diri Mila itu yang ia selidiki sekarang.

Setelah selesai menyantap makanan yang mereka pesan tadi diselingi obrolan yang berhasil mencairkan suasana kembali normal, Dilla meminta pada Mila untuk menyudahi kesalahfahamannya terhadap guru baru mereka. Mila akhirnya mengiyakan permintaan sahabat sejatinya tersebut.

Sebelum bell berbunyi, semua siswa sudah kembali memasuki ruang kelas masing masing termasuk juga Mila dan Dilla yang sudah duduk manis di bangku mereka siap menerima pelajaran selanjutnya dari sang guru.

Lain halnya dengan Rendi yang justru fikirannya dibuat gundah gulana oleh perkataan sang pujaan hatinya saat di kantin sekolah tadi.

'Guru baru itu harus mendapat imbalan setimpal karena telah berani mengusik perasaan wanita pujaanku. Aku harus menemui dan membuat perhitungan dengan guru itu,' gumam Rendi sembari menghempaskan tangannya yang mengepal pada kursi tempat duduknya hingga Rian teman sebangku Rendi sedikit kaget oleh bunyi yang baru saja ia dengar.

Rian teman dekat Rendi tentu sudah sangat faham dengan sifat dan karakter sahabatnya. Ia pun bisa menyimpulkan kalau sekarang temannya itu sedang ada masalah yang cukup serius, tetapi dia belum berani menanyakan hal itu karena sebentar lagi jam pelajaran akan segera dimulai.

Rian dan siswa lainya tetap antusias dan penuh semangat menerima pelajaran dan keterangan yang dijelaskan oleh guru yang sedang bertugas mengajar mereka saat ini. Semua pelajaran sudah diberikan dengan detil oleh sang guru dan hampir semua siswa sudah memahami apa yang guru mereka terangkan.

Bell sekolah kembali berbunyi, tanda jam pelajaran sudah usai. Pak Guru akhirnya berpamitan dan mempersilakan semua siswa untuk pulang ke rumah masing-masing.

Seketika semua siswa pun meninggalkan ruangan kelas tersebut begitu juga dengan Rendi dan sahabatnya Rian mereka berjalan berdampingan sambil mengobrol ringan.

Sesampainya di depan ruangan perpustakaan, tiba tiba Rendi menghentikan langkahnya yang langsung di ikuti oleh Rian meski tanpa komando.

"Ada apa sob?" tanya Rian karena sedari tadi menahan rasa penasaran pada masalah apa yang sedang dihadapi oleh sahabat sejatinya tersebut. Rendi pun hanya terdiam dari mimik mukanya yang merah padam, dapat Rian simpulkan bahwasanya ini benar benar masalah yang serius, tetapi ia belum tahu itu masalah apa.

"Aku harus menemui dan membuat perhitungan dengan guru baru Mila itu sekarang juga," suara Rendi terdengar lantang.

"Guru baru Mila, pak Harry maksudmu?" sahut Rian.

"Jadi kamu sudah tau siapa nama guru itu, Sob?" tanya Rendi semakin penasaran.

"Ya elah Ren ... Ren, semua orang juga sudah tau tentang figur guru baru di sekolah kita ini. Kamunya aja yang cuma sibuk dengan bunga sekolah kekasihmu itu sampai sampai tidak update berita yang sedang trending dari kemarin," jawab Rian polos sembari geleng geleng kepala penuh keheranan.

"Apa guru baru itu juga terpikat oleh kecantikan dan pesona yang dimiliki pujaan hatimu itu, kawan?" Rian meledek.

"Orang itu telah merendahkan dan menyinggung perasaan Mila, otomatis itu cecunguk ingin mengajak bermain main denganku," jawab Rendi dengan congkaknya.

Rendi Bramasta adalah anak sulung dari Agung Bramasta Direktur Bramasta Grup. Satu satunya perusahaan di Jakarta yang memiliki usaha di bidang jasa Bodyguard dan Security.

Wajar kalau Rendi selalu tampil nekad dan pemberani di manapun dan kapanpun, tentunya dengan ia berlindung di bawah ketiak ayahnya yang notabene tersohor di kalangan preman-preman dan gangster wilayah Jakarta.

Dari itulah semenjak ia mendengar keluh kesah Mila, sang bidadari pujaan hatinya pagi tadi di kantin sekolah, sepanjang proses pelajaran di kelas tadi, jiwa premannya sudah meronta ronta untuk segera menemui dan menghabisi guru yang baru saja bertugas di sekolah ini.

Rendi berbisik ke telinga Rian menyampaikan rencana ataupun siasat untuk bisa menjebak pak Harry agar segera mempertanggungjawabkan perbuatannya tadi pagi di kelas Mila. Rian kini menganggukkan kepala tanda setuju pada siasat busuk Rendi.

To be continued...