Chapter 3 - Guru baru

Dua bulan yang lalu....

"Selamat datang, selamat bergabung di sekolah kami," sambut pak Bayu sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pria yang akan menjadi guru baru di sekolah mulai hari ini.

Sebagai kepala sekolah bersama semua dewan guru yang ada di kantor itu menyambut kedatangan pria bernama Harry Wardana saat kali pertama datang bertugas mengajar di sekolah barunya tersebut.

"Terima kasih," ucap Harry dengan sedikit membungkukkan badannya sebagai rasa hormat kepada atasan. Dilanjutkan dengan menyalami dan memperkenalkan diri kepada guru guru yang lain.

Harry Wardana, guru berbakat yang sekarang ini dipindahtugaskan untuk mengisi jabatan kosong di SMA Negeri 5, salah satu sekolah yang terbilang ternama dan favorit di kota Jakarta. Ibu kota negara Indonesia yang termasuk sangat padat penduduknya dibandingkan kota-kota lainnya.

Setelah sedikit berbincang dan bercanda di antara mereka, bell sekolah terdengar berbunyi, tanda waktu di mulainya jam pertama pelajaran. Semua pun langsung bergegas dan mulai sibuk dengan tugas masing masing. Termasuk Harry yang sekarang di dampingi pak Bayu untuk menunjukkan ruang kelasnya.

Sesampainya di pintu kelas, mereka berdua sedikit terkejut dengan acara penyambutan yang di lakukan murid-murid. Terlihat begitu banyak balon dan pita yang dihias sangat cantik, terpampang jelas di tembok ruangan itu spanduk dengan ukuran lumayan besar.

'Welcome our best teacher'

Harry di buat melongo dengan tulisan besar tersebut karena sama sekali tidak pernah menyangka akan mendapatkan sebuah kejutan di hari pertama mengajar. Begitu juga dengan pak Bayu yang terlihat mengangguk-anggukkan kepala dengan senyum kebahagiaan.

Setelah mengucap salam dan mengucapkan satu dua kata, pak Bayu mempersilakan sang guru baru untuk memperkenalkan diri kepada murid-murid barunya.

Untuk memberi kebebasan guru baru yang akan mengabdi di sekolah, pak Bayu pun bergegas keluar dari ruangan itu dan kembali ke ruang kepala sekolah miliknya.

Sudah cukup lama acara perkenalan Harry. Saat mau menyudahinya, tiba tiba ada satu pertanyaan dari murid perempuannya yang membuat guru baru itu sedikit kaget dan ingin tertawa.

"Pak Harry istrinya berapa dan anak bapak berapa? Bapak kan sudah tua," seru salah satu murid perempuan dengan mimik muka yang terlihat sangat mengejek.

Syifa Kamila, satu dari sekian banyak murid perempuan, dialah yang paling menonjol. Selain gadis yang genius, parasnya juga cantik karena didukung dengan tinggi yang semampai, body yang aduhai membuat banyak lelaki yang terpikat olehnya.

Satu kejelekan yang ada dalam diri Mila, dia sangat mudah untuk jatuh cinta pada lelaki yang menggoda dan merayunya. Entah karena dia tergolong play girl ataukah hanya karena pelampiasan untuk menghibur diri dan mencari perhatian dan kasih sayang.

Gadis cantik itu adalah putri tunggal dari pengusaha kaya dan sangat terpandang di kota itu. Tapi sayangnya sebagai pengusaha yang kaya dan sukses memiliki banyak perusahaan, meski kondisi rumah tangga mereka terkesan damai dan harmonis, nasib putri semata wayangnya justru kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari sang ayah dan ibunya karena selalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan bisnis mereka.

Ibu Minahlah pembantu yang merawat dan membesarkan serta mendidik Syifa Kamila hingga tumbuh menjadi gadis remaja yang genius dan sangat cantik tersebut. Tentunya dengan segala kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh ayah dan ibu Mila.

Memasuki usia 16 tahun saat si gadis duduk di kelas 2 SMU mulai ada kebosanan dan kejenuhan yang mewarnai hari harinya. Selain supel mudah bergaul dengan siapa pun didukung dengan gelimang harta milik orang tuanya, sangatlah mudah baginya untuk berteman dengan siapa saja. Termasuk dengan cowok-cowok nakal yang di kemudian hari membawa Mila ke dalam pergaulan bebas.

Di saat pak Harry mendapat pertanyaan dan ejekan dari murid tersebut, sedikit pun tidak ada kemarahan atau rasa tersinggung dalam diri Harry. Beliau dengan tetap tenang dan percaya diri di tambah dengan sedikit menampakkan kedewasaannya menjawab pertanyaan gadis itu.

"Saya masih single, belum mempunyai istri apalagi anak karena sampai saat ini masih fokus mengabdi dan berjuang demi mencerdaskan bangsa sesuai dengan kemampuan yang saya miliki."

Jawaban yang simple, tetapi sangat berkelas yang keluar dari mulut pak guru itu sontak mendapat sambutan tepuk tangan dan simpati dari semua murid murid barunya tersebut.

Harry sedikit membungkukkan badan dan anggukan kepala sebagai wujud ucapan terima kasih pada mereka. Lain halnya dengan Mila yang terlihat kikuk dengan rona merah pipinya menunjukkan rasa marah dan kecewa.

Entah mengapa, akhir-akhir ini, gadis cantik dengan postur tinggi semampai itu sangat mudah tersinggung dan sering kali marah dengan kondisi di sekitarnya.

'Mulai saat ini aku sangat membencimu. Aku akan membalas dan membuatmu malu yang teramat sangat wahai guru tua,"' Mila bergumam dalam hati.

Meski sejatinya sebagai seorang gadis normal yang sudah tumbuh menjadi dewasa, dirinya pun tidak bisa memungkiri bahkan mengakui kalau sang guru belumlah tua dan sebenarnya sangat terlihat tampan, ditambah dengan postur tubuh yang tinggi besar semua wanita pasti akan terkagum kagum melihatnya.

Namun, bukan Syifa Kamila kalau akan dengan mudah mengakui dan menunjukkan kekalahannya. Justru dalam sekejap akan memanfaatkan kegeniusan dan daya tariknya untuk menggoda sang guru dan teman-teman yang ada di ruangan kelas tersebut.

Setelah acara perkenalan usai, Harry menyuruh murid-muridnya untuk mempersiapkan buku guna memulai pelajaran jam pertama. Sesuai jadwal jam pertama adalah pelajaran fisika, salah satu mata pelajaran yang sangat Mila sukai.

Entah kenapa, kerasukan syetan dari mana untuk saat ini si gadis cantik bunga sekolah tersebut terlihat tidak semangat. Seolah merasa enggan untuk mengikuti pelajaran yang pak Harry sampaikan. Hanya saja Kamila yang biasanya sangat bersemangat dan bersemangat dengan pelajaran fisika kali ini terlihat malas dan tidak begitu fokus.

Berkali-kali dia mendapat teguran dari sang guru untuk konsentrasi dalam belajar, itu yang membuat murid genius nan cantik itu semakin muak dengan perlakuan sang guru baru tersebut.

Sebagai murid genius serta menjadi idola di kelas dan sekolahnya, ia berusaha untuk menutupi rasa malas itu, serta tetap mengikuti bimbingan pelajaran sampai selesai.

Bell sekolah pun berbunyi tanda waktu pelajaran jam pertama usai dan waktunya istirahat. Setelah menutup pelajaran fisika, Harry pun pamit dari kelas sekaligus mempersilakan murid muridnya untuk istirahat di sambut dengan ucapan terima kasih serentak dari semua warga kelas favorit tersebut.

Setelah semua keluar dari kelas, murid-murid pun memilih kegiatan sendiri sendiri. Tidak sedikit pula yang langsung berlari ke kantin. Sama halnya dengan Mila yang nampak berjalan dengan malas ke arah kantin sekolah di dampingi oleh sahabat setianya Dilla.

Mila sudah tidak sabar bertemu dengan pacarnya karena ingin berkeluh kesah tentang sang guru baru menyebalkan yang dianggapnya menjadi penyebab tidak bersemangat saat mengikuti pelajaran.

To be continued...