Chapter 2 - Malam panas

Malam kian larut dan mulai sepi, begitu juga dengan suasana dan jalanan ibu kota. Sosok pria dengan rahang tegas dan paras tampan terus melajukan mobilnya dengan relax.

Tiba tiba saja sang pengemudi dikejutkan oleh sosok wanita dengan rambut terurai dan terlihat acak acakan yang terlihat gontai menyeberang jalan dengan teledor tanpa menengok kanan kiri.

Hingga ....

Ciiiiiiit!! Terdengar suara bising dari mobil sosok pria bernama Harry yang spontan menginjak pedal rem sembari membanting kemudi sedikit ke kanan hingga melewati medium jalan.

Setelah sedikit melewati sosok gadis tersebut, Harry menepikan dan menghentikan mobilnya. Nampak dari kaca spion, sang gadis itu duduk bersimpuh di trotoar. Ia keluar dari mobil bututnya dan berusaha mendekati gadis tersebut.

"Milaa?" Terdengar Harry memanggil gadis itu dengan sedikit canggung. Ia mencoba untuk meraih pundak gadis itu dan memastikannya.

Mila ... dia adalah salah satu murid Harry yang tempo hari mengejek Harry saat kali pertama mengajar dan memperkenalkan diri pada murid murid barunya.

"Jangan sentuh aku, Faiz. Aku muak melihat wajahmu!" kata yang keluar dari mulut Mila dengan nada kemarahan yg tinggi.

Harry pun dibuat bingung, tetapi tetap berusaha untuk menenangkan gadis tersebut karena dari aroma mulutnya berbau alkohol, tentunya Harry tahu jika gadis itu sedang mabuk berat.

"Mila, mari kuantar kamu pulang kerumahmu, Nak," ucap Harry dengan lembut.

"Jangan sentuh aku!" ucap Mila sambil mengibaskan tangan Harry yang masih ada di pundaknya. Harry pun kaget di buatnya.

" Mila, aku Harry gurumu, mari kuantar kamu pulang ke rumahmu, Nak," ucap Harry dengan nada rayuan.

" Aku tidak mau pulang, aku tidak punya rumah!" jawab Mila dengan ekspresi murung dan tawa yang penuh dengan rasa kekecewaaan.

Harry terus berusaha merayu gadis itu agar mau pulang. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa meluluhkan hati Mila. Hingga akhirnya gadis itu meluluskan dan menuruti permintaan dan ajakan dari Harry.

Namun, gadis itu terjatuh saat berusaha bangkit untuk berjalan karena efek minuman keras.

Harry mencoba untuk meraih tangan serta menggendong tubuh Mila dan membaringkan tubuh mungil nan ramping itu di kursi belakang mobilnya.

Kemudian ia masuk kedalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Lalu Harry menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas, melajukan mobilnya menyusuri jalanan kota yang makin sepi.

Setelah berkali kali Harry bertanya kepada Mila di mana alamat rumahnya, tetapi tidak pernah ada jawaban yang jelas karena ternyata si gadis sudah tertidur pulas.

Hingga waktu menunjukkan pukul 02.20 WIB, Harry akhirnya memutuskan untuk membawa Mila pulang ke kontrakannya. Sampailah Harry di depan deretan kontrakan yang terlihat sederhana miliknya. Suasana pun sangat lengang karena memang waktu sudah hampir pagi.

Setelah berkali kali membangunkan Mila dari tidur pulasnya, tetapi tiada berhasil. Akhirnya pria dengan tubuh sixpack tersebut keluar mobilnya, melangkah ke pintu kontrakan dan membuka pintu tersebut dengan kunci yang sedari tadi sudah ditangannya.

Setelah masuk dan menyalakan lampu ruangan depan yang terlihat masih berantakan, ia kembali keluar menuju mobil dan membuka pintu belakang tempat di mana tadi Mila dibaringkan.

Harry mencoba membangunkan Mila kembali, tetapi hasilnya masih sama. Ia putuskan untuk kembali menggendong tubuh ramping dan mungil tersebut membawa masuk ke kontrakan dan membaringkannya di atas kasur dan menutupi dengan selimut tebal berwarna putih.

Setelah membaringkan tubuh mungil tersebut, Harry keluar dari kamar tersebut dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tidak butuh waktu lama di sana, setelah 5 menit, ia pun keluar dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang dan bulir air masih terlihat menetes dari wajahnya. Ia masuk kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

Alangkah terkejutnya Harry dengan pemandangan di depannya. Gadis di atas kasur yang tadi dibaringkan dengan posisi rapi tertutup selimut, sekarang sudah berbeda. Terlihat sebagian selimut sudah jatuh ke lantai, Rok mininya pun sudah tersingkap hingga pakaian dalam gadis tersebut pun sedikit kelihatan.

Sebagai lelaki normal, jiwa kelelakiannya seketika bangkit, serasa ada yang menonjol dan menegang di bagian pusat intinya.

Ditambah lagi setelah ia perhatikan gadis itu terlihat wajah dengan goretan sempurna, bibir sensual yang sedikit tebal, membuat Harry serasa ingin melumatnya. Ditambah lagi dua benda padat sintal yang menantang itu seolah belum pernah terjamah oleh kaum lelaki.

Membuat Harry semakin tergoda dan berkali kali menelan salivanya. Tanpa sadar, ia mendekati tubuh seksi itu, membuka satu persatu kancing baju yang menjadi pelindung tubuh gadis berusia 18 tahun tersebut.

Dengan sangat berani dan antusias karena dorongan birahinya, Harry mulai mengusap rambut lurus gadis itu yang beberapa saat yang lalu terlihat acak acakan.

Gadis itu pun masih lelap dalam tidurnya, lalu Harry mulai mendekatkan wajahnya tepat di atas wajah gadis tersebut hingga sudah tidak ada jarak sama sekali.

Dengan perlahan Harry mulai mencium bibir sensual yang sedikit tebal itu, Harry kaget saat tubuh gadis itu tiba-tiba bergerak. Ia pun menghentikan ciumannya.

Setelah tubuh itu tenang, ia melanjutkan aksinya. Kini gadis itu sedikit menggeliat. Tanpa di sangka-sangka olehnya, sekarang gadis tersebut justru ikut membalas ciuman dari Harry. Dengan mata yang masih terpejam tangan gadis itu bergerak meraih tengkuk Harry seolah menyuruh untuk jangan berhenti menciumnya.

Harry sempat dibuat sedikilt kewalahan meladeni ciuman itu, tetapi sebagai lelaki tulen dengan sigap ia balas lebih dahsyat dengan mengulum setiap celah mulut si gadis yang notabene adalah muridnya.

Setelah beberapa saat mereka hanyut dalam fantasi ciuman, tangan Harry mulai turun ke bawah. Tanpa komando serta aba aba, tangan tersebut sudah menyusup masuk ke dalam bra yang si mungil pakai dan ia sudah menemukan benda padat sintal yang menantang tadi. Diremasnya seluruh bagian benda itu tanpa tersisa sedikit pun.

Saat jari jemari Harry mengusik dengan manja bagian putingnya, ciuman gadis itu pun seketika semakin liar dan kian memanas sembari menggeliat penuh pesona, layaknya penari ular. Tangan Harry mulai menggerayang ke punggung gadis itu, untuk melepaskan pengait bra.

Setelah berhasil melepasnya, ciuman Harry hentikan, bibir dan lidah terus bergerilya ke bawah. Mulai ke leher, hingga tepat mengena pada puting yang masih sangat original milik si gadis. Tangan kanan Harry masih terus membelai rambut gadis itu dengan penuh kelembutan.

Desahan si gadis pun tidak kalah menantang hingga membuat ia semakin buas, laksana singa ditengah rimba yang sedang memakan daging segar korban mangsanya.

Adegan itu terus berlanjut hingga gadis itu dibuat terbuai oleh kebrutalan sang pemimpin.

Tangan gadis itu pun sekarang tidak ketinggalan, ikut membelai dan mengusap rambut Harry yang masih sedikit basah dengan penuh kemesraan.

Hingga tiba tiba sesuatu yang tidak pernah sama sekali Harry pikirkan terjadi.

To be continue....