Cara Salim memandangnya saat ini membuat sesuatu dalam diri Arsia berdesir. Untuk sementara dia seperti dilumpuhkan. Sang pangeran benar-benar tampan dan memiliki kedalaman jiwa. Arsia tak dapat menyangkalnya saat pertama kali melihatnya dan masih tak mampu untuk melakukannya pun saat ini.
'Tidak seperti matanya yang sehijau hutan, dia seperti samudera. Tenang dan menghanyutkan', tanpa sadar Arsia memuji pria di hadapannya itu. Bahkan dia juga memberikan perumpamaan untuk menggambarkan sosok Salim. Sesuatu yang sepertinya tidak seharusnya dia lakukan.
Takut kebablasan, Arsia lekas memutus kontak matanya dengan sang pangeran. Dia kembali menundukkan wajahnya dan memilih untuk berhadapan dengan lengan Salim. Tugasnya belum tuntas, omong-omong.
"Aku tidak menginginkan apapun dari siapapun," katanya sembari meneruskan tugasnya.
Ada kehormatan dari cara Arsia berbicara. Dengan gamblang dia menunjukkan bahwa tidak meminta bantuan dari siapapun merupakan bagian dari harga dirinya.
