'Sungguh lancang sekali Nona Arsia menuduh Yang Mulia sebagai penipu!', pikiran itu memenuhi benak Behram sehingga menyesakkan dadanya.
Pertanyaan serta bahasa tubuh Arsia yang seakan sedang menuduh Salim tak ayal membuat Behram menjadi berang. Setelah sejak tadi menjadi tak kasat mata, Behram pun tak dapat menahan dirinya.
'Aku tidak bisa diam saja seperti ini. Nona Arsia harus didisiplinkan!', dalam hati Behram memutuskan.
Protokol bagi seorang pelayan untuk tak menyela apalagi ikut campur pada pembicaraan tuannya pun akan diterobosnya. Dia tidak terima atas sikap Arsia terhadap sang pangeran, tidak peduli bila gadis itu adalah calon istri sekaligus wanita yang diinginkan oleh Salim sekalipun.
Bukankah di Harem nanti akan sama saja aturannya? Malah akan lebih keras bagi Arsia bila gadis itu tidak terbiasa disiplin dan mengerti etika dari sekarang. Bisa-bisa nanti Arsia malah akan menimbulkan masalah juga bagi suaminya.