"Lantas bagaimana mendiang ayahmu mendapatkan pena bulu merak dan kunci emas tersebut?" Arsia masih belum tuntas dengan rasa ingin tahunya.
"Aku ingin sekali menjawabnya. Sayangnya aku juga tidak mengetahuinya, Arsia. Dan aku masih mencari tahu mengenainya hingga saat ini."
"Oh, begitu..." respon Arsia dengan suara pelan.
Keheningan pun menjalar di antara mereka. Arsia tampak tenggelam dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Salim sibuk memperhatikan gadisnya itu sambil bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan oleh Arsia.
Salim memang tidak tahu isi kepala Arsia saat ini tetapi firasatnya mengatakan kalau gadisnya itu akan menanyakan sesuatu yang lain lagi kepadanya. Dan dia benar mengenai hal tersebut, lagi.
"Salim, kau memiliki sesuatu yang ajaib. Apa kau punya kekuatan juga?" satu pertanyaan yang sungguh tak terduga dari Arsia.
Kening Salim berkerut tipis. "Kekuatan? Air, api, tanah, dan udara? Seperti itu?"
"Mungkin?" Arsia bersuara ragu.