'... tidak ada yang memimpikan untuk menikah karena terpaksa, Salim.'
Di matanya, Arsia tampak begitu rapuh saat mengatakannya. Kenyataan itu sangat mengusik Salim hingga ke relung jiwanya. Meskipun benar kalau mereka akan menikah karena kesalahan tetapi mendengar Arsia menyebutnya sebagai keterpaksaan sungguh menohok hati Salim. Itu seperti mendengar bila dirinya menikahi Arsia hanya untuk memanfaatkan gadis itu saja, bukan karena dia memang tulus dan ingin melakukannya.
'Dia pasti berpikir bila aku hanya mementingkan portal waktu itu saja', batin Salim yang pendar matanya berangsur memudar.
Sekalipun dia merasa demikian namun Salim cukup tahu untuk tidak merongrong Arsia. Bukan tindakan yang bijak baginya untuk berkata pada Arsia bahwa dirinyalah takdir gadis itu -- dan begitu pula Arsia baginya -- di tengah situasi mereka saat ini. Gadisnya itu baru saja mengatakan bila membutuhkan waktu.