Sama seperti Arsia, Behram juga tidak mengerti dengan perubahan sikap tuannya yang terjadi secara tiba-tiba. Mata tuanya bergerak mengikuti punggung Salim yang menjauh dengan perasaan janggal dalam benaknya.
Lama menjadi pelayan sang pangeran, Behram memang dapat merasakan perubahan suasana hati Salim dengan sangat baik. Namun dia tidak dapat menerka tepatnya apa yang sedang dirasakan oleh tuannya saat ini, yang membuat Salim bersikap tidak biasa.
Sekilas Salim tampak seperti sedang marah tapi sejurus kemudian Behram yakin bila 'marah' bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kejiwaan tuannya. Ada sesuatu yang lain yang gagal dipahaminya dari tuannya itu.
'Ada apa dengan, Yang Mulia? Bukankah beliau tadi sangat bersemangat dengan pernikahannya?', batin Behram mencemaskan sang tuan. Pandangannya tetap menempel pada punggung Salim hingga sang tuan hilang di balik pintu kamarnya.
"Behram," Arsia memanggil.
Behram memindahkan pandangannya kepada Arsia. "Ya, Nona?"