Kini keduanya sedang berada di hotel yang disewa oleh Min Seok. Rafida dan Firda duduk dengan canggung. Min Seok memberikan minuman bersoda pada keduanya.
"Tapi, apa Min Young tidak memberitahumu kemana dia pergi?" tanya Rafida bingung.
"Ya, dan dia bahkan tidak memberitahukan ku kalau mau bertemu kalian disini." Jawab Min Seok dan duduk sebelahan dengan Rafida.
"Minum gih!" ucap Rafida dengan santainya. Min Seok sampai menatap tak percaya dengan sikapnya itu. Bahkan Firda terus menyenggol kaki Rafida dan senyum tidak enak dengan Min Seok.
Sementara orang yang sedang mereka bicarakan sedang berdiri didepan ruangan Mr.Wil yang masih rapat dengan beberapa kliennya.
"Aku hanya ingin menyapanya karena sudah jauh-jauh datang kesini. Apa tidak boleh?" ucap sombong Min Young pada Said yang menghalangi Min Young masuk.
"Maaf nona Min Young, tapi anda benar-benar tidak bisa masuk. Mr.Wil sangat sibuk. Dia benar-benar tidak bisa diganggu oleh siapapun." Jelas Said masih menghalangi pintu masuk yang hendak diserobot oleh Min Young.
"Jangan bohong. Aku tidak percaya. Katakan saja bahwa aku datang. Oppa Wil pasti langsung menyuruhku masuk-" tiba-tiba pintu terbuka. Mr.Wil berdiri diambang pintu dan menanyakan berkas yang ia minta tadi pagi. Tanpa menoleh pada Min Young yang sudah melambaikan tangannya didepan Mr.Wil, Ia pun kembali masuk dan menutup pintunya rapat-rapat setelah Said memberikan berkas yang ia minta.
"Sudah kubilang bukan? Nona bisa melihatnya sendiri jadi-"
"Itu karena aku terlalu mungil, jadi oppa Wil tidak menyadari kehadiranku," tukas Min Young membela diri.
"Hahh terserah saja. Yang penting jangan masuk dan ganggu. Silahkan duduk diruang tunggu." Said pun menggiring Min Young untuk menunggu diruang tunggu. Sementara Mr.Wil mengawasi dari dalam ruangan. Terlihat jelas bahwa ia sangat tidak menyukai kedatangan Min Young.
"Jadi, bagaimana bisa mereka semua pindah dan mengundurkan diri tanpa mengharapkan pesangon sepeserpun?" tanya Mr.Wil pada HRD perusahaan Bu Tina.
"Benar Pak. Saya juga sangat bingung dan tidak mengerti. Saya sudah bertanya pada pemimpin perusahaan cabang, dan mereka bungkam seolah angkat tangan dan malah sibuk membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi bagian itu." Jelas Bu Tina.
"Jika, posisi Bu Tina seperti mereka, apa yang akan Bu Tina lakukan?" tanya Mr.Wil serius pada wanita yang sudah menginjak usia lima puluhan.
"Jika saya masih muda, mungkin saja saya akan terpengaruh dan pergi meninggalkan perusahaan ini. Tapi, karena saya sudah tua dan memiliki seorang cucu saya akan tetap memilih disini, karena anak saya belum stabil." Jawab Bu Tina dengan senyuman bijaksananya.
"Siapa nama anak Bu Tina?"
"Namanya Dion, dia baru saja di pecat karena kelalaian kerjanya."
"Kalau begitu, besok bawa dia untuk menemuiku. Saya akan memasukkannya ke bidang yang sesuai." Perintah Mr,Wil berbaik hati.
"Saya sangat berterimakasih. Tapi, jika dia begitu mudah mendapatkan pekerjaan untuk apa pengalaman hidup? Saya akan menyuruhnya mencari pekerjaannya sendiri dan meraih kesuksesan murni dari usahanya sendiri." Tolak Bu Tina secara halus.
"Baiklah kalau begitu. Terimakasih atas laporannya. Bu Tina bisa kembali bekerja," ucap Mr.Wil dan kembali membaca berkas yang diberikan Said. Tak lama berselang datang seorang dari departemen pemasaran. Mr.Wil pun kembali di sibukkan dan lupa akan kedatangan Min Young yang masih semangat untuk menunggunya.
***
Firda merasa canggung karena merasakan perang dingin antara Rafida dan Min Seok. Mereka sudah menunggu cukup lama, namun Min Young tak kunjung datang.
"Untung saja kau ikut. Jika tidak, dia pasti akan membuat masalah besar untukku." Sinis Rafida menatap Min Seok.
"Hei, apa kau tidak bisa bicara lebih keras lagi?" Balas Min Seok tak kalah sengit.
Min Seok sudah mau balas tapi tiba-tiba saja dia terbatuk-batuk dan langsung keluar. Firda yang duduk didepan Min Seok melihat kalau ponsel Min Seok berdering dan menyerahkannya pada Rafida.
"Ponselnya berdering nih!"
"Ih kok ngasihnya ke aku? Kasih aja langsung ke Min Seok." Tolak Rafida.
"Gak bisa. Aku harus ke toilet. Udah cepat sana kasih." Firda menaruh ponsel milik Min Seok ke tangan Rafida dan langsung berlalu begitu saja.
Mau gak mau Rafida pun akhirnya keluar menyusul Min Seok. Tapi di luar, ia malah mendapati Min Seok benar-benar sedang sakit. Min Seok sampai terlihat cemas.
"Kau kenapa?" tanya Rafida khawatir.
"A-aku ti-tidak bisa na-pas." Jawab Min Seok dengan tertatih. Napasnya mulai sesak dan membuat dirinya kesakitan.
"Kau asma?"
"Iya."
"Di mana obat asmamu?"
"Hilang waktu aku beli air."
"Astaga, bagaimana bisa hilang begitu. Ya sudah tunggu disini aku akan membelikannya untukmu."
"Tidak perlu." Min Young memegang tangan Rafida dengan keras hingga membuat Rafida meringis kesakitan.
"Kau punya kantong kertas?" tanya Min Seok setelah merasa lebih baik.
"Kantong kertas? Aku gak tau apa yang kau maksud. Tapi, tadi aku beli gorengan. Apa ini yang kau maksud?" Rafida menunjukkan kantong kertas yang ia bawa sejak tadi pada Min Seong yang langsung di ambil. Min Seong mengeluarkan semua gorengannya diatas tangan Rafida dan mulai memakai kantong kertas itu untuk menarik dan menghembuskan napasnya perlahan. Rafida yang melihat itu ikutan menarik napas sembari memakan gorengannya.
Rafida pun turut mengelus-elus punggung Min Seok. Mereka duduk tepat didepan pintu kamar hotel. Dan tanpa keduanya ketahui, seseorang diam-diam telah mengambil foto mereka dari belakang. Yang tampak keduanya sedang berpelukan mesra. Dan setelah itu, dia menguploadnya ke media sosial.
Setelah tiga jam berlalu, akhirnya Mr.Wil pun menemui Min Young yang sudah berjamuran menunggu dirinya. Min Young pun meminta dibuatkan kopi pada Said yang mengantarkan kedatangannya. Said pun membuatkannya dengan perasaan kesal.
"Ada apa sampai kau datang jauh-jauh kesini?" tanya Mr.Wil to the point. Min Young menatap ponselnya yang penuh dengan notifikasi akan foto Rafida dan Min Seok yang heboh di media sosial.
"Apa oppa Wil tau apa yang terjadi padaku setelah kau memposting kebersamaan oppa bersama wanita ular itu?" ucap Min Young tak tau malu.
"Aku tidak perduli."
"Apa? Oppa aku diberhentikan dari drama itu dan semua model produk yang bahkan belum aku lakukan. Oppa tau berapa banyak kerugian yang aku dapatkan huh?"
"Min Young, saya tau dulu saya pernah menyukaimu. Seorang gadis kecil nanlugu yang selalu tersenyum manis disaat apapun. Kau jarang sekali marah apalagi bertindak gegabah. Tapi, sekarang kamu banyak berubah. Bukan gadis kecil yang saya kagumi seperti dulu. Bahkan, sekarang kau terang-terangan mengungkapkan tidak menyukai seseorang. Saya, sangat kecewa sekali." Mr.Wil menatap sendu dan membuat Min Young merasa sedikit tak nyaman.
"Sudahlah, oppa juga akan tau seiring jalannya waktu kalau semua wanita akan berubah menjadi tidak selugu dulu. Lagian gak ada gunanya menjadi wanita lugu yang selalu dimanfaatkan. Terserah oppa maunya gimana. Aku pulang!" Min Young yang merasa tersinggungpun pergi pamit. Ia benar-benar kesal atas sikap yang diberikan Mr.Wil padanya itu.