Di rumah, Rafida sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan. Ia memasak banyak jenis masakan rumahan yang jarang sekali Mr.Wil makan. Ia juga membuat kue tart dengan hiasan yang cukup manis bahkan ada inisial nama keduanya.
Rafida menunggu didepan mejam makan, sambil meminum segelas coklat hangat. Ia bahkan sudah berdandan dengan sangat cantik. Ala-ala istri rumahan yang tak kenal shopping. Namun, jam sudah menunjukkan pukul delapan, Mr.Wil tak kunjung juga datang.
Mbo Ijah sampai prihatin melihatnya dan menyarankannya untuk makan duluan saja.
"Tidak. Ini kan hari ultah kita berdua, jadi aku dan Mas Wildan harus makan bersama. Aku sudah membuat semuanya dengan tulus, aku akan menunggunya dengan senang hati." Rafida begitu sabar menunggu. Ia pun mencoba menghabiskan waktu dengan melihat-lihat sosmed. Tapi, Rafida terkejut saat mendapati postingan terbaru Min Young tentang acara spesial yanag dia siapkan untuk ultahnya Mr.Wil. Jelas saja Rafida jadi kesal.
"Wah ternyata Mas Wildan sudah janjian merayakan ultah dengan Min Young, dan dia malah tidak bilang-bilang padaku. Dan aku harus menunggu lama untuk ini? Ish menyebalkan." Rafida yang kesal, akhirnya langsung memakan semua hidangan itu seorang diri. Wajahnya menunjukkan kesedihan dan kekecewaan yang sangat besar.
***
Mr.Wil tiba di restoran tapi malah mendapati Min Young yang tidak mabuk sama sekali.
"Happy birthday!" teriak Min Young dengan menyalakan lilin dan beberapa konfeti yang terbang menghujani tubuh Mr.Wil.
"Apa ini? Aku dengar kau mabuk?"
"Surprise! Tentu saja, aku kan cuma mau memberi kau kejutan." Ucap Min Young dengan tesenyum bahagia.
"Jangan membuat candaan seperti ini. Aku pergi." Ucap Mr.Wil tidak suka.
"Oppa Wil, kau kan sudah datang, makan saja bersamaku." Min Young mengalungkan tangannya pada Mr.Wil dan menariknya untuk duduk.
"Min Young, kau tahu apa arti hari ini bagiku. Rara sedang menungguku di rumah."
Mr.Wil berusaha melepaskan pegangan tangan Min Young, tapi Min Young kontan mencengkeramnya makin erat.
"Selalu saja Rara, memangnya kalian sudah saling mengenal berapa lama? Kenapa Rara bisa merayakan ultah bersama Oppa Wil sedangkan aku tidak bisa?"
"Dia istriku, dan kau adalah adikku."
"Tapi aku tidak mau jadi adikmu! Oppa Wil, kau tahu kalau aku sudah menyukaimu sejak aku masih kecil."
Tak nyaman, Mr.Wil langsung melepaskan tangan Min Young.
"Aku sudah pernah bilang bukan, aku memang pernah menyukaimu, tapi itu hanya sekedar perasaan suka seorang kakak dan adiknya. Kau pun begitu. Perasaan yang kau rasakan bukanlah cinta. Melainkan perasaan sayang dan ingin memilikiku seperti koleksi boneka barbienya."
"Tidak! Aku benar-benar mencintai oppa. Karena itu, aku sangat menginginkan oppa Wil hanya untukku huh?"
"Min Young, aku sudah menikah dan aku tidak akan mengkhianati pernikahanku. Apa kau mengerti?"
"Wildan Kusuma! Jika aku tidak pergi ke Jepang selama dua tahun, apakah orang yang akan menikahimu adalah aku?"
"Min Young, beberapa hal di dunia ini sudah ditakdirkan. Tak peduli berapa kalipun kau mengulangnya, hasilnya akan tetap sama. Pulanglah." Ujar Mr.Wil lalu pergi meninggalkan Min Young yang cuma bisa menangis sedih.
***
Mr.Wil pun tiba di rumah, dan mendapati Rafida yang sedang memakan kue ultah dengan muka merengut.
"Ini caramu merayakan ultahku?"
"Katanya kau sibuk, aku menyiapkan semua ini untuk diriku sendiri." Ketus Rafida.
"Bukankah seseorang mengirimku foto dan bilang kalau dia akan menungguku?"
"Kau kan tidak bilang kau akan pulang atau tidak. Aku tidak mau menunggu. Aku tidak bodoh."
"Apa kau marah?"
"Nggak tuh, Aku malah senang banget bisa memakan semua hidangan ini." Mendengar itu, Mr.Wil tampak sedikit kecewa. Tapi, ia langsung saja memberikan buket bunga yang Mr.Wil sembunyikan sejak tadi di belakang tubuhnya.
"I-ini semua untukku?" tanya Rafida dengan tidak percaya. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
"Rara, selamat ulangtahun. Ku harap kau semakin cerewet hingga nenek-nenek," doa Mr.Wil.
"Itu doa atau ledekkan?" keluh Rafida. Namun, detik kemudian ia tersenyum dengan sangat lebar.
"Oke, kalau begitu bukalah."
"Ini apa?"
"Hadiah ulang tahunmu."
Rafida pun membuka kadonya dan langsung kaget mendapati isinya ternyata sebuah sertifikat bangunan.
"Kau membelikan aku sebuah gedung? Tidak, tidak. Hadiah ini terlalu mahal, Aku tidak bisa menerimanya."
"Terima saja. Aku sudah lelah memikirkan harus memberikan mu apa. Dan memang, ini sudah ku siapkan sejak lama. Karena kita kan sudah menikah. Jadi semua hartaku adalah hartamu juga. Dan-" ucapan Mr.Wil terpotong matanya tertuju pada kartu ucapan yang melekat pada buket bunga. Namun, Rafida tak melihatnya.
"Dan apa?"
"Ah tidak, bukan apa-apa." Mr.Wil tersenyum manis dan memandangnya dengan sendu.
"Ku pikir mas Wildan akan merayakan ulangtahun dengan Min Young. Ku lihat di medsos dia bahkan sudah menyiapkan tempat yang sangat romantis dan makanan yang mewah."
"Untuk apa? Jika disini lebih mewah dan istimewa. Jadi, mana kado untukku?" tanya Mr.Wil penasaran.
"Ah itu, sebenarnya aku sudah membuat kue tart sebagai hadiah untukmu. Tapi, sudah aku makan semuanya. Lain kali aku akan membuatkannya lagi." Ucap Rafida tidak enak.
"Tapi aku maunya sekarang." Ucap Mr.Wil dengan wajah sedihnya.
Mau tidak mau, Rafida pun akhirnya membuatkan kue tart lagi untuk Mr.Wil. Rafida pun membawa Mr.Wil ke dapur. Ia pun mengeluarkan semua bahan-bahan dan mulai mencapurnya. Mr.Wil melepaskan jasnya dan membantu Rafida.
Saat Rafida sedang menuangkan terigu, Mr.Wil mengambil sebagian dann mencolekkannya ke wajah Rafida.
"Ahh Mas Wildan!" Rafida terkejut. Ia pun membalasnya dan keduanya mulai berlarian saling mengejar dengan wajah yang penuh dengan tepung.
Rafida mengambil kue tart yang sudah di oven dan memindahkannya ke alas kue.
"Mas Wildan tau, menghias kue itu butuh waktu yang lama. Dan tentu saja butuh kemampuan seni yang sangat luar biasa." jelas Rafida.
"Oke," Mr.Wil pun ikut membantu menghias kuenya.
Saat Rafida terlihat sangat serius, Mr.Wil tampak terpesona dan mulai mengambil potret Rafida. Ia juga mulai mengganggu Rafida hingga membuat hiasanya tergores. Rafida kesal dan menyolek Mr.Wil dengan krim warna tersebut.
Mr.Wil pun memanfaatkan hal itu dengan memeluk Rafida dari belakang.
Mereka benar-benar menikmati saat-saat berdua mereka dengan penuh kegembiraan. Saling kejar-kejaran, berdansa. Hingga momen yang ditunggu pun tiba.
Rafida menyalakan lilin lilin mereka dan menyuruh Mr.Wil untuk make a wish sebelum meniup lilin bersama.
"Cepat, sebelum jam dua belas kita sudah harus meniup lilinnya." ucap Rafida dan langsung menyatukan kedua tangannya dan memejamkan mata. Ia sedang berdoa.
Mr.Wil awalnya hanya menatap Rafida, namun Rafida sangat serius sehingga membuat Mr.Wil ikut berdoa.
"Aku harap bisa terus membuatnya bahagia hingga akhir pernikahaan kami," doa Mr.Wil dalam hati.
Merekapun meniup lilin bersamaan hingga suasana di antara mereka jadi semakin intens dan Mr.Wil pun langsung mendekat lalu mengecup bibir Rafida mesra. Keduanya pun mulai larut dalam dahaga cinta yang mulai membara. Mr.Wil menggendong Rafida dan membawanya ke kamar. Rafida pun direbahkan diatas ranjang. Mr.Wil menatapnya sendu.
"Aku, akan memberikan kado yang sebenarnya." ucap Mr.Wil dan mulai mengecupi wajah Rafida.
Mulai dari dahi. Pipi kanan dan kiri. Mata kanan dan kiri. Hidung lalu berakhir di bagian favorit Mr.Wil.
Bibir ranum nan manis milik Rafida. Ia mengecupnya dengan sangat lembut.
Rafida diam menerima semua yang dilakukan Mr.Wil padanya. Perlahan tapi pasti, kecupan Mr.Wilpun turun ke leher jenjang Rafida. Mengecupnya lama dan menandai merah leher itu. Tangan berototny itupun mulai melepaskan kancing-kancing pakaian Rafida hingga menampilkan bongkahan indah yang tak akan bisa menipu mata. Rafida bergelenjang saat sapuan lidah Mr.Wil terasa dingin dan hangat pada bagian sensitifnya itu.
Mr.Wil menyukai suara lenguhan Rafida saat ia mulai mencapai puncak. Namun, Mr.Wil tak membiarkan hal itu. Ia pun melepaskan pakaianya dan memulai langsung menyatukan tubuh keduanya.
Rasa cinta yang semakin mendalam dan membesar, membuat keduanya merasa sangat bahagia. Saling berbagi kehangatan dimalam yang sangat spesial. Tak ada keraguan lagi. Cinta sudah mengikat keduanya. Pada batas yang tak akan bisa dilewati lagi.
****
Epilog:
Suatu malam, Mr.Wil hendak masuk ke kamarnya saat tiba-tiba dia mendengar suara Pink anak anjing dari dalam kamarnya Rafida.
Rafida sendiri sudah terlelap nyenyak dan Pink tampak sedih. Maka kemudian Mr.Wil membawa Pink turun dan memberinya makan. Mr.Wil masih menyukai anjing.