Mr.Wil kebingungan saat kehilangan jejak Rafida. Namun, ia melihat taxi yang digunakan Rafida sedang mengangkut penumpang lain nya. Reza pun turun dari taxi nya dan menyusul taxi itu. Saat taxi itu hendak berjalan, sang supir di kejutkan dengan kehadiran Mr.Wil di depan mobilnya tiba-tiba.
(B.Korea)
"Yal! Mau mati ya?" teriak sang supir.
"Maafkan saya pak. Saya terburu-buru. Dimana bapak menurunkan wanita ini?" tanya Mr.Wil sembari memperlihatkan foto Rafida dari dalam ponsel nya dan memberikan dua lembar uang.
"Ah wanita ini, turun di ujung jalan ini. Kau hanya harus lurus saja." Jawab si supir sembari mengambil uang yang di berikan Mr.Wil.
Tanpa menunggu lama, Mr.Wil pun berlari menyusuri jalan. Mata nya terus menari kesana-kemarin untuk menemukan Rafida. Namun, tak kunjung ia temukan. Hingga seseorang mirip Rafida membuat Mr.Wil menyentuh pundak nya.
"Ye?" ucap wanita itu dan mengejutkan Mr.Wil.
"Ah, mian." Mr.Wil menunduk tidak enak. Ia berhenti untuk menarik napas sejenak. Tampak kecemasan dari wajah nya itu. Hingga sebuah lampu kerlap-kerlip membuat Mr.Wil menoleh dan baru menyadari keberadaan nya saat ini.
"Namsan Tower?" Mr.Wil kembali berlari dan terus mencari keberadaan Rafida. Ia melirik ke satu tempat hingga ke tempat lain. Hingga akhir nya, Mr.Wil pun memutuskan untuk naik ke atas Namsan Tower. Ia masih berkeliling memeriksa setiap sudut Namsan Tower itu, hingga akhir nya menemukan sosok yang sudah mencuri hati nya itu.
Rafida terpaku saat menemukan sesuatu yang tak pernah ia pikirkan sebelum nya. Gembok yang Mr.Wil beberapa hari yang lalu. Yang dengan berat hati, ia tuliskan nama nya saja dan memasang nya begitu saja. Ternyata terdapat tulisan lain di bawah tanda hati. "Rafida love Wildan"
"Rafida!" teriak Mr.Wil dengan napas yang terengah-engah. Wajah nya terlihat lega karena akhirnya menemukan Rafida.
Rafida menoleh dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menatap kedatangan Mr.Wil dengan pandangan yang berbeda. Dan Mr.Wil bisa merasakan hal itu. Ia melirik ke arah Rafida berada dan menyadari apa yang membuat Rafida hingga menangis begitu.
"Maksud nya ini apa? Mas Wildan, aku gak ngerti sama sekali. Kapan Mas Wildan menuliskan hal itu? Kenapa terus bersikap tidak jelas begini-"
Mr.Wil terus melangkah cepat saat Rafida mulai mengomel dan mengeluarkan semua yang ada di kepala nya. Tapi, Mr.Wi yang sudah lelah langsung menutup mulut nya dan mengecup nya lama. Ia menunduk lebih rendah dan merengkuh wajah Rafida.
Matanya tertutup menyesapi manis nya bibir mungil itu. Rafida pun mulai terbuai dan memejamkan matanya. Ia bahkan mulai membalas setiap kecup demi kecup yang Mr.Wil berikan. Hingga salju turun dan menghujani mereka. Udara yang begitu dingin tak membuat kedua nya terhenti. Justru hati kedua nya semakin membara, akan perasaan yang mulai berkobar tanpa kata. Biarlah tubuh mereka yang memberikan sinyal untuk tidak melepaskan diri dan terus menyalurkan atas perasaan yang mati-matian kedua nya sembunyikan.
***
Said sedang menunggu kedatangan Mr.Wil dan Rafida yang tak ia ketahui keberadaan nya di luar gedung. Hujan salju yang tiba-tiba turun membuat nya bingung. Seseorang berdiri di samping Said dan menengadahkan tangan nya sambil menatap langit.
(B.Korea)
"Hujan salju di akhir musim gugur? Seperti nya akan ada kisah cinta yang begitu romantis tapi berakhir tragis. Sayang sekali." Ucap wanita yang ternyata adalah suzy. Ia menoleh ke arah Said yang terpana akan kecantikan nya itu.
Sementara, Min Young yang kecewa atas sikap Mr.Wil yang pergi begitu saja pulang bersama dengan Min Seok. Min Young hanya diam dengan sedih sembari memandangi hujan salju yang menghiasi malam di kota Seoul itu.
***
Mr.Wil dan Rafida pun pulang ke apartemen mereka dan memberitahu Said bahwa mereka pulang menggunakan taxi. Said menghela napas sedih dan kesal bersatu menjadi satu. Ia benar-benar malang.
Rafida berjalan tertatih karena kaki nya yang terkilir serta tubuh nya yang mulai menggigil. Mr.Wil datang tak lama kemudian dengan membawa obat, dia mau mengobati Rafida.
"Tidak usah mas. Aku gak papa kok." Tolak Rafida.
"Apa nya gak papah. Liat sudah merah begini. Bahaya kalau tidak di obati."
Rafida pun membiarkan Mr.Wil memijit kaki nya yang terkilir.
"Sekarang berbaringlah. Cepat!" Rafida hanya diam dan menuruti perintah Mr.Wil.
Mr.Wil mengambil selimut dan menutupi bagian bawah Rafida dan mengangkat gaun Rafida hingga sepinggang. Rafida merasa tak nyaman.Mr.Wil pun mulai mengoles obatnya dan memijat pnggang Rafida sampai membuat membuat Rafida meringis kesakitan.
"Diamlah, atau kau ingin aku bersikap tidak baik padamu?"
Rafida masih saja sok jaim, tapi ujung-ujungnya mengeluhkan sakit di kakinya juga.
"Kenapa langsung pergi begitu saja? Padahal kau bisa menamparku atau Min Young.' Ucap Mr.Wil di sela pijitan nya.
"Kenapa aku juga harus menampar Min Young? Ku pikir kalian saling menyukai."
"Sudah tidak lagi. Sejak beberapa bulan yang lalu. Aku sudah tidak bisa menyukai nya lagi." Jelas Mr.Wil dan mengundang senyum kecil di wajah Rafida.
"Kenapa? Karena Min Young lebih memilih kursus akting di banding menemani mu saat itu?"
Mr.Wil terdiam sejenak. Namun, kembali melanjutkan pijitan nya.
"Ya kurang lebih. Sebenar nya aku tidak begitu menyukai nya. Aku hanya berpikir, jika aku bisa menikah dengan nya mungkin aku bisa terlepas dari tali rantai kakek Brimo."
"Ah, maaf."
"Kenapa kau yang meminta maaf?"
"Karena aku, mas Wildan jadi semakin menjadi pesuruh mereka."
"Bahkan jika aku tidak menuruti mereka, aku yakin mereka tidak akan membuang ku begitu saja."
"Kenapa begitu?"
"Karena perusahaan yang saat ini bisa berkembang pesat adalah hasil kerja keras ku bersama tim. Jika tidak, aku yakin perusahaan nya akan hancur berantakan."
"Hah ... Kau benar. Jika itu aku, aku mungkin akan terus menjadi pesuruh mereka hingga akhir ajalku."
Mr.Wil terdiam tak tau harus bicara apa.
"Tapi, kenapa tadi mas Wil-"
"Sudah selesai. Aku harus kembali kerja." Ucap Mr.Wil memotong ucapan Rafida dan keluar kamar. Seolah menghindari pertanyaan Rafida.
"Ish dia kenapa sih! Padahal aku benar-benar penasaran. Kenapa tiba-tiba dia-"
Rafida teringat akan apa yangterjadi di Namsan Tower tadi. Ia menutup mulut nya dan menarik selimut nya malu.
Sementara Mr.Wil di balik kamar Rafida sedang mengatur napas nya yang tidak beraturan. Ia benar-benar sudah kacau. Wajah nya bahkan memerah tak tertahankan. Mr.Wil tersipu malu.