Sepulangnya mereka dari Korea, Mr.Wil langsung di sibukan dengan pekerjaan. Bahkan belum ada lima menit sampai di rumah, Mr.Wil sudah harus kembali ke kantor. Rafida hanya menghela napas sedih.
Bahkan keesokan harinya, Rafida terbangun dengan hanya seorang diri di dalam kamarnya. Ia kembali merengut sedih. Hingga saat keluar kamar, ia mendengar seseorang sedang sibuk di dapur seolah sedang membuat sesuatu. Tapi, alangkah kecewanya Rafida saat melihat seorang ibu-ibu tua sedang membuat sarapan.
"Eh- sejak kapan ada orang lain dirumah ini selain aku dan Mas Wildan?" ucap Rafida dengan keras tanpa sadar.
"Loh nyonya Rafida sudah bangun? Kaget ya ada saya. Perkenalkan saya mbo Ijah. Panggil aja begitu. Sebenar nya saya dulu pengasuhnya Mas Wildan dari orok sampai besar. Tapi, karena suatu alasan saya cuti selama lima tahun."
"Lima tahun? Dan sekarang balik kesini lagi buat ngasuh Mas Wildan?"
"Hahaha, nyonya ini lucu sekali. Ya enggak lah. Tapi, buat ngasuh anak kalian." Goda mbo Ijah.
"Apa?" teriak Rafida kaget.
"Hehehe, bercanda. Saya hanya di suruh untuk menemani nyonya Rafida. Karena seperti nya Mas Wildan takut nyonya kenapa-kenapa kalau sendirian."
"Eh manggilnya gak usah nyonya juga. Panggil aja Rafida."
"Gak enak ah."
"Tapi, mbo Ijah enak aja manggil Mas Wildan dengan sebutan itu."
"Itu panggilannya dari kecil. Nyonya Rafida pasti orang yang sangat beruntung, karena gak semua orang boleh memanggilnya dengan begitu. Kalau begitu, saya mau ke belakang dulu ya non. Ini sarapannya." Mbo Ijah pun mengganti panggilan Rafida dengan non yang terasa lebih nyaman.
"Hmm enak juga. Apa Mas Wildan belajar masak dari Mbo Ijah juga? Rasa nya hampir mirip." Ucap Rafida dan menghabiskan nasi gorengnya dengan lahap.
***
Rafida bosan dan memutuskan untuk keluar. Ia pun berjalan-jalan di sekitar taman dekat sana. Tak sengaja Rafida menemukan seekor anjing yang sepertinya ditinggalkan pemiliknya.
"Wah lucu sekali. Dimana majikan kamu hmm?" ucap Rafida dan memutuskan untuk menemani si anjing dulu mumpung dia lagi nganggur sekarang.
Sking lucunya Rafida langsung mengajak si anjing selfie tanpa menyadari pria baik yang memberinya dasi kemarin sedang memperhatikannya dari belakang dengan senyum licik. Mengapa dia bisa berada di Indonesia sementara mereka bertemu di Korea.
Tapi, pria itu terlihat seperti penguntit. Karena diam-diam ia memotret Rafida dari jauh.
Karena pemiliknya tidak muncul-muncul, Rafida akhirnya berinisiatif membawa anjing itu pulang.
"Astaga, non Rafida kenapa bawa anjing segala? Dapat dari mana?" tanya Mbo Ijah panik.
"Kenapa emang nya Mbo Ijah? Takut anjing ya?" tanya Rafida dengan memeluk gemas anjing itu.
"Bukan begitu. tapi Mas Wildan tidak mengizinkan ada hewan peliharaan di rumah."
"Kenapa? Jadi Dia yang takut anjing?"
"Bukan begitu. Dia pernah punya anjing waktu masih kecil. Tapi karena ayahnya menderita asma, jadi hewan peliharaan sekarang dilarang."
"Terus apa yang harus aku lakukan sekarang? Pak sekuriti bilang akan butuh waktu cukup lama untuk menemukan pemiliknya." Tanya Rafida yang rupanya sudah bertanya pada pak sekuriti.
"Kalau begitu, bagaimana jika nona Rafida berdikusi dulu dengan Mas Wildan. Siapa tahu Mas Wildan akan setuju." Saran Mbo Ijah.
"Ish Mas Wildan tidak bisa diajak diskusi, mending aku sembunyiin aja." Ucap Rafida pesimis dan langsung membawa anjing nya ke taman belakang.
***
Saat Mr.Wil pulang malam harinya, Rafida mendadak bersikap sangat baik dan manis yang jelas mencurigakan bagi Mr.Wil. Ia bahkan terus mengekori Mr.Wil hingga di ruang pakaian.
"Apa kau membuat kesalahan?" tanya Mr.Wil curiga.
"Tidak!"
"Hmm, kalau begitu apa kau kangen padaku?" goda Mr.Wil sembari membuka kancing-kancing kemejanya dan menatap liar pada Rafida.
"Wah aku- ah tidak. Hanya saja, ada sesuatu yang ingin aku diskusikan." Ucap Rafida dengan menunjukkan mata kucingnya.
"Apa?" tanya Mr.Wil kembali dingin.
"Aku ingin pelihara anjing selama beberapa hari."
"Jadi karena itu kau bersikap manis padaku? Tidak boleh!" bentak Mr.Wil sembari membanting pintu lemarinya dengan keras dan membuat Rafida patah hati lemas.
***
Mr.Wil masih bekerja di ruang kerjanya. Ia menatap pintu kamar Rafida yang terus tertutup sejak tadi.
"Apa dia marah padaku? Hah ada-ada saja permintaan nya itu." Gumam Mr.Wil dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Sementara Rafida ternyata tidak berada dikamarnya. Melainkan sedang berada di halaman belakang. Ia juga sedang memberikan anjing itu makan.
"Kau pasti sedih karena tidak boleh tinggal disini. Pria tua itu emang jahat. Apa? Kau mau tinggal diam-diam disini? Oke aku persilahkan. Hmm, pertama-tama kita kasih kamu nama dulu. Namanya Pink. Lucu hhehehe." Rafida tertawa sendiri dengan gemas atas pemberian nama yang ia pikirkan. Tanpa menyadari seseorang yang berjalan ke arahnya.
"Apanya yang lucu?" tanya Mr.Wil dan mengejutkan Rafida. Ia bahkan langsung menyembunyikan Pink di balik kakinya.
"Hah? Tidak itu aku sedang melihat semut. Mereka sangat lucu." Mr.Wil menatap sinis.
"Tidur! Jangan berbicara sendiri di luar tengah malam begini. Kau akan di pikir orang gila!" perintah Mr.Wil dan langsung di turuti oleh Rafida.
"Dah pink!" pamit Rafida namun, ia lupa mengunci pintu belakang.
Hingga saat Mr.Wil terbangun keesokan harinya, ia malah mendapati seekor anjing di ranjangnya.
"Wahh argh siapa kau? Mau apa? Mau pati huh?" teriak Mr.Wil langsung heboh merutuki si anjing. Parahnya lagi, si anjing malah buang air di selimutnya.
Rafida sendiri sedang bingung mencari anjingnya yang hilang saat tiba-tiba saja dia mendengar teriakan Mr.Wil dari dalam kamar. Rafida masuk ke kamar itu dan langsung panik menyeret si anjing dari kasurnya Mr.Wil.
"Kau tidak lihat anjingmu buang air di kasurku? Apa kau tidak mengindahkan kata-kataku?"
"Aku sudah membawanya sebelum kau pulang. Bolehkan aku memeliharanya selama beberapa hari?"
Mr.Wil ngotot menolak.
"Kenapa?" tanya Rafida memelas.
"Tidak ada alasan! Tidak boleh yah tidak boleh!" Mr.Wil masih pada pendirian nya. Rafida pun sama pantang menyerah.
"Kalau begitu sampai aku menemukan pemiliknya. Yaa hmm,"
"Kau tidak mau mengusirnya? Kalau begitu, akan kuhubungi Said untuk mengusir anjing itu!" Mr.Wil bahkan langsung mengambil ponselnya saat itu juga.
"Kenapa kau tidak berperasaan?! Baiklah, panggil saja Said dan usir aku sekalian!" Ancam Rafida lalu menyeret anjing itu kembali ke kamarnya dan mengomeli si anjing.
Mr.Wil terduduk dengan lemasnya. Bagaimana bisa Rafida tidak menuruti perintahnya dan membawanya masuk. Mr.Wil menatap kotoran anjing itu dengan sangat kesal.
***