Dengan pemandangan laut yang sangat indah. Angin yang berhembus sangat sejuk. Rafida dan Mr.Wil pun turun dan memasuki sebuah restoran yang cukup terkenal. Keduanya pun memesan masakan yang di sajikan disana. Bubur abalone.
Seorang koki pun mulai memasakanya dengan pertama-tama mencuci beras dengan air yang mengalir lalu memasukkan nya ke dalam panci yang besar. Selagi menunggu beras itu matang, koki itu pun mengambil kerang abalone yang di pajang dalam akuarium besar yang bisa di lihat oleh semua pengunjung. Rafida terkesima melihatnya. Ia pun membersihkan kerang abalone itu dengan sangat cepat dan besrih. Lalu memeotong-motong isi kerang abalone itu.
Setelah selesai mengiris bawang putih dan daun bawang, semua bahan pun di masukkan kedalam beras yang sudah mulai mendidih. Koki itu juga memasukan sedikit minyak wijen dan garam. Setelah menunggu sepuluh menit. Bubur abalone terlihat sudah mulai matang. Koki itu pun memasukkan telur dan mengaduknya sebentar lalu di tiriskan. Bubur itu di masukkan ke dalam sebuah mangkuk dan di beri irisan rumpt laut serta kimchi timun.
"Selamat menikmati." Ucap koki itu yang langsung menyajikan bubur abalone yang masih panas itu di atas meja Mr.Wil dan Rafida. Keduanya sangat terpukau dan tak sabar untuk mencicipi bubur abalone itu.
"Tiup dulu-"
"Aww- panas, panas duh!" Rafida tak sempat mendengarkan peringatan Mr.Wil. Ia sibuk mengipas-kipas lidahnya yang melepuh akibat bubur abalone yang masih panas itu mengenai lidahnya. Mr.Wil hendak marah tapi ia tahan.
"Kemarin lidahmu!" perintah Mr.Wil dengan senyuman yang di paksakan. Rafida tau, Mr.Wil sedang marah padanya. Rafida menggelengkan kepalanya dengan lidah yang masih menjulur keluar.
"Kesini Rara sayang." Ucap Mr.Wil lagi dengan manis. Reporter Kim Min Ju tersenyum malu melihat adegan romantis mereka.
Rafida pun mau tidak mau mendekatkan wajahnya. Dan dengan hati-hati Mr.Wil menaruh kimchi timun yang dingin itu ke atas lidah Rafida.
"Jangan dulu dikunyah. Tunggu sampai lidahmu benar-benar merasa baikan. Lalu kunyah dan telan." Ucap Mr.Wil lagi dan ia menyendok bubur abalone miliknya serta di tiup-tiup. Setelah merasa baikan, Rafida pun mengunyah dan menelan kimchi timun itu.
"Rasanya manis dan segar hehhe." Ucap Rafida merasa senang. Tak lama Mr.Wil pun mengangkat sendok buburnya dan mencoba menyuapi Rafida.
"Aaa," ucap Mr.Wil dengan membuka mulutnya. Menyuruh Rafida untuk membuka mulutnya juga. Rafida pun malu-malu membuka mulutnya dan mererima suapan romantis itu. Tentu saja, senyum manis merekah diantara keduanya. Membuat suasana terasa sangat hangat.
***
Kini keduanya sedang berada di Love Land. Awalnya keduanya tak menyadari ada salah dengan tempat itu. Lebih tepatnya kurang baik jika berjalan dengan anak-anak di bawah umur. Karena saat mereka ingin masukpun, keduanya di minta tanda pengenal untuk mengecek umur keduanya.
Rafida terpukau dengan dua buah patung yang cukup besar sedang berkecup mesra seperti angsa.
"Waah lihat itu, bukankah pahatan nya sangat bagus?" ucap Rafida. Mr.Wil hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Love Land? Kenapa kita berada disini?" gumam Mr.Wil mulai curiga. Rafida yang sudah berjalan terlebih dahulu terdiam di tempatnya saat melihat patung-patung yang tersebar di sekelilingnya. Matanya terbelalak tidak bisa mengedip. Bahkan otaknya masih berusaha untuk menerjemahkan dengan apa yang ia lihat. Pasalnya, dirinya melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat.
Mr.Wil datang dan melepaskan jas nya. Ia pun menutupi kepala Rafida dan menggiringnya untuk pergi dari sana.
***
Mr.Wil membawa Rafida ke Taman Halim. Taman ini merupakan rumah bagi tanaman yang sangat indah untuk menarik minat wisatawan. Selain itu, para pengunjung bisa menikmati Taman Bonsai, Taman air, taman botani, Jeju Stone, dan masih banyak lagi.
Mr.Wil menenteng sebuah sepeda dengan dua pedal. Ia memberikan isyarat agar Rafida menaiki sepeda bersama dengannya.
"Mas Wil, kau yakin dengan ini?" tanya Rafida sedikit ragu.
"Tentu saja. Ayo cepat naik!" Rafida pun naik dan Mr.Wil mulai menggoes. Awalnya sangat berat. Di tambah Rafida ikut membantu, tapi irama mereka berbeda sehingga membuat keduanya kesulitan.
"Kau diam saja, hanya buat agar sepeda ini tidak jatuh dan tetap seimbang." Ucap Mr.Wil dan mulai mengayuh dengan sekuat tenaga.
"Huuu ... Ahh segarnya." Rafida mulai tersenyum senang dan membentangkan kedua tangannya. Merasakan angin yang berhembus mengenai tubuh keduanya.
Mr.Wil pun membawa Rafida berkeliling taman itu. Sesekali mereka masih berseda gurau. Memandang indahnya taman yang di penuhi oleh berbagai macam bunga.
***
Sore harinya, keduanya pun berjalan santai sembari memandang pemandangan pantai sore hari. Matahari masih tinggi, angin bertiup sepoi-sepoi. Keduanya saling bergandengan tangan. Dengan bertelanjang kaki, Rafida menggoda Mr.Wil dan menyuruhnya untuk mengejar Rafia.
"Mas Wil, ayo kejar aku!" teriak Rafida dengan senyuman yang sangat indah. Mr.Wil terpana melihatnya. Dan tanpa berpikir dua kali, Mr.Wil pun mengejar Rafida dengan riang nya.
"Aaa.."
"Jangan cepat-cepat!" keluh Mr.Wil yang kelelahan. Ia berhenti dan menunduk lelah. Rafida cemas dan berjalan mendekati Mr.Wil. Tapi, tiba-tiba saja Mr.Wil langsung menangkap Rafida dan menggendong nya. Tanpa berpikir panjang, Mr.Wil mengikuti arus yang sudah mengalir dengan indahnya. Ia pun membawa Rafida untuk masuk ke dalam air. Rafida berteriak tidak mau.
"Tidak! Jangan! Aku gak mau-" belum selesai bicara, Rafida sudah di ceburkan ke dalam air laut yang setinggi pinggang Mr.Wil. Dan tentu saja itu berarti lebih tinggi dari pinggang Rafida.
"Hahaha," tawa Mr.Wil pun pecah menertawakan Rafida yang cemberut basah kuyup.
"Ish jahat!" Tiba-tiba Rafida tersenyum licik dan langsung mendorong Mr.Wil. Tidak terima Mr.Wil pun menarik Rafida sehingga keduanya terjatuh bersama.
Suasana romansa pun tercipta. Keduanya saling melempar senyum dan memandang penuh dengan cinta.
Pakaian mereka masih basah. Tapi, mereka tak berniat untuk menggantinya. Melainkan duduk berdampingan memandang sunset yang akan segera tenggelam. Sembari menikmati air kelapa yang manis. Rafida menyenderkan kepalanya di bahu Mr.Wil dan dengan tangan yangsaling bertautan.
"Jika aku boleh meminta, aku harap tak ada hari esok." Batin Mr.Wil dengan mata yang memandang Rafida yang tak hentinya tersenyum menantikan bola orange itu tenggelam di telan laut. Seolah cinta telah mengetuk pintu hatinya. Mr.Wil merasa sangat nyaman dan bahagia. Untuk pertama kalinya, ia tak ingin hari berlalu dengan sangat cepat.
***
(B.Korea)
"Terimakasih atas kerja sama nya Mr.Wil. Saya sangat senang bisa meliput kegiatan bulan madu anda dengan istri." Ucap reporter Kim Min Ju.
"Ya sama-sama. Saya harap hasilnya bisa memuaskan semua yang menonton."
"Tentu saja. Saya akan mengemasnya dengan sebaik mungkin."
"Bu Rafida, selamat atas pernikahan kalian. Maaf karena baru mengucapkan nya. Ini ada sedikit bingkisan dari kami. Saya harap kalian menyukainya." reporter Kim Min Ju memberikan sebuah bingkisan yang cukup besar untuk keduanya. Rafida menoleh bingung sekaligus senang.
"Terimakasih reporter Kim Min Ju, tentu kami pasti akan sangat menyukainya."
Mr.Wil dan Rafida pun berlalu untuk kembali pulang ke Indonesia. Mereka bahkan sudah berada di dalam pesawat. Rafida memandangi jendela dan tampak sangat sedih.
"Kau tidak mau pulang?" tanya Mr.Wil yang melihat wajah Rafida yang merengut sedih.
"Hmm, tidak juga. Disini sangat menyenangkan. Tapi, bukan berarti aku harus betah disini bukan?"
"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau ucapkan. Tidurlah. Kau pasti kelelahan karena seharian ini." Ucap Mr.Wil penuh perhatian. Rafida memandang nya dengan tatapan sendu. Membuat Mr.Wil bingung di buatnya.
"Kenapa aku memandangi ku seperti itu?"
"Mas Wildan, kau tau aku merasa kita benar-benar berbulan madu disini. Kau ingat apa yang terjadi beberapa malam yang lalu-"
"Kau laparkan. Habiskan semua kue itu!" Mr.Wil terburu membungkam mulut Rafida seolah tidak mau membahas masalah ini. Rafida mendelik malu. Pipinya merona seolah mengerti jika Mr.Wil enggan karena malu.
"Padahal kau gak usah malu-malu. Aku juga sangat menikmatinya dan sangat mengharapkannya. Kau juga kan Mr.Wil. Terlebih sepanjang hari ini kau bersikap sangat romantis dan hangat tidak seperti biasanya. Aku merasakan sangat bahagia-" Rafida terdiam saat menyadari Mr.Wil yang menatapnya dengan tajam dan dingin.
"Tidur!" ucap Mr.Wil tegas.
"Oke." Rafida pun langsung memasang penutup mata dan menyetel musik. Ia bersiap untuk tidur. Tanpa menyadari Mr.Wil yang ternyata tak bisa menahan senyum malunya sejak tadi. Ia merasakan sesuatu yang sangat sulit ia jelaskan. Bahkan napasnya naik turun tidak berarturan. Mr.Wil sudah jatuh cinta pada Rafida.