Chereads / Hello Mr. Wil / Chapter 15 - Kembali Menggoda

Chapter 15 - Kembali Menggoda

Mr.Wil dan Said menghadiri pesta pembukaan resort terbaru di Incheon. Mereka terlihat takjub akan pesona yang diberikan resort tersebut.

"Haruskah aku membawanya?" gumam Mr.Wil menatap seorang gadis yang dengan ceria membasuh kakinya pada kolam ikan.

"Maksudnya Rafida?" celetuk Said yang berdiri tepat di belakang Mr.Wil.

"Apa?" Mr.Wil terkejur. Ia benar-benar dibuat kesal saat melihat raut wajah Said yang mengejeknya.

"Kenapa kau meledekku huh? Apa kau mau saya pecat?" ancam Mr.Wil marah.

"Ahh maafkan saya Mr.Wil. Saya tidak bermaksud untuk melakukan itu. Tapi, bukan kah memang benar orang yang anda maksud adalah nyonya Rafida?"

"Sejak kapan kau memanggilnya nyonya?"

"Lalu harus saya panggil apa?"

"Haah ... Terserah kau saja. Saya hanya ingat bahwa dia suka ke tempat yang seperti ini. Dan saya berpikir jika dia juga datang, mungkin akan merasa sangat bahagia."

"Tapi, Mr.Wil banyak berubah sejak menikah dengan nyonya Rafida."

"Apa? Berubah bagaimana maksudmu?" tanya Mr.Wil bingung.

"Yang saya tau, Mr.Wil adalah penggila kerja. Tegas dan keras. Tak sekali pun membuang waktu untuk bermain seperti kemarin. Haruskah saya mengatakannya bahwa, Mr.Wil menjadi lebih lembut. Karena sedang jatuh cinta?" jelas Said dan membuat Mr.Wil berpikir dengan bingung.

"Tidak usah dipikirkan. Hanya orang lain yang bisa melihat, betapa Mr.Wil sangat menyukai nyonya Rafida."

"Astaga ... Jangan bicara yang aneh-aneh. Siapkan mobil. Saya ingin istirahat," perintah Mr.Wil dan langsung dilakukan oleh Said.

Sepanjang perjalanan pulang, Mr.Wil terngiang-ngiang akan ucapan Said. Batinnya terus berperang akan perasaannya yang sulit sekali untuk diterjemahkan.

"Haah ... Tambah beban pikiran saja," dumel Mr.Wil dan kembali membuka dokumen kerjanya.

***

Sesampainya Mr.Wil di apartemennya. Ia tak menemukan Rafida di mana pun.

"Di mana dia? Mungkin dia sedang di kamarnya?" pikir Mr.Wil dan langsung masuk ruang kerjanya.

Rafida yang sedari tadi gugup menunggu Mr.Wil, memutuskan turun menemui Mr.Wil.

Tok tok tok

"Apa Mas Wildan ada waktu sekarang? Ada yang mau Aku bicarakan," ucap Rafida dengan menongolkan kepalanya saja ke dalam ruangan kerja Mr.Wil.

"Katakan saja," ucap dingin Mr.Wil.

"Ini."

Rafida menyerahkan hadiahnya.

"Buat aku? Untuk apa?"

"Masalah kemarin itu, aku minta maaf. Semalam aku tak sengaja menarikmu dan membuat mas Wildan terjatuh di depan umum," jelas Rafida tak enak hati.

"Maafkan aku sekali lagi. Tidak seharusnya aku mempermalukanmu. Maafkan aku. Aku sungguh-sungguh minta maaf."

Mr.Wil luluh seketika. Ia sedikit tidak enak karena Rafida malah merasa bersalah.

"Baiklah, aku mengerti. Aku hanya terkejut saja. Untungnya aku bisa mengatasi hal itu dengan mudah."

"Haah ... Syukurlah-"

"Tapi rasa malu yang aku rasakan belum selesai dan tak hilang-hilang. Video dan foto-foto itu terus tersebar luas ke mana-mana. Aku bahkan harus memasang muka tebal dan bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi. Apa, kau akan bertanggung jawab?" sela Mr.Wil seolah masih marah.

"Maafkan aku sekali lagi Mas Wil, aku rela melakukan apapun yang mas inginkan asalkan mas Wil memaafkanku yaa?"

"Kau yakin?"

"Maksudku, sesuatu yang mampu kulakukan."

"Kau sudah melakukannya."

Rafida bingung maksudnya. Tapi sedetik kemudian dia mulai teringat kembali kejadian semalam saat dirinya yang langsung mengecup Mr.Wil.

OMG! Rafida langsung menutupi mulutnya dengan heboh.

"Kau ... malam itu?"

"Kau akhirnya ingat," ucap Mr.Wil tersenyum lebar.

"Jadi kita, benar-benar-" Rafida tergagap.

"Sepertinya kita harus melakukan nya sekali lagi," goda Mr.Wil lalu menarik Rafida mendekat ke kepadanya yang jelas saja membuat Rafida jadi tegang.

"Baiklah. Aku memaafkanmu. Tapi ini yang terakhir kalinya, tidak boleh terulang lagi." Mr.Wil langsung menempelkan kepala Rafida ke dadanya dan mendekapnya erat.

***

Rafida sudah kembali ke kamarnya. Mr.Wil langsung merebahkan dirinya dan termenung dengan apa yang sudah ia lakukan tadi. Pikirannya kalut, karena sikapnya yang berubah terus menerus.

Terlebih Mr.Wil sangat menyukai saat menggoda Rafida dan menyentuhnya sedikit saja. Bagai candu yang tak bisa ia lepas dan tinggal. Rafida begitu mempesona dan sangat sulit untuk ditolak.

"Hahh ... Bisa gila aku. Kenapa tidak bisa sedetik saja tidak memikirkannya? Kenapa aku terus saja ingin pulang? Padahal lusa sudah harus kembali ke Indonesia," ucap Mr.Wil dengan menutupi wajahnya yang memerah. Deru napas nya masih tak karuan. Ia benar-benar sudah jatuh hati.

***

Besok paginya, Mr.Wil kembali sudah berangkat lebih pagi dari Rafida yang bangun kesiangan. Ia menatap meja makan yang sudah tersaji menu sarapan.

Rafida pun menghela napas karena tak bertemu dengan Mr.Wil pagi itu. Tak lama ponselnya berdering dan tanpa melihat nama nya ia langsung mengangkat telepon nya.

"Iya mas Wildan?" ucap Rafida dengan senang.

(B.Korea)

"Unni, ini aku Min Young. Unni lagi sibuk gak?" ucap Min Young yang ternyata menelpon Rafida.

"Ah iya, maaf saya baru saja bangun. Ada apa?"

"Bisa temenin aku shopping gak?" tanya Min Young dengan nada manja.

"Oh iya, bisa. Kebetulan aku emang lagi gak ada kegiatan."

"Oke, aku tunggu ya unni." Min Young pun menutup teleponnya.

Min Seok yang berada di depannya mengernyitkan dahinya bingung.

"Kamu ngapain shopping bareng Rara?" tanya Min Seok.

"Aku Cuma ingin jadi lebih deket aja sama dia. Gak boleh?"

"Kamu gak akan macam-macam kan?"

"Ish apaan sih. Emangnya aku anak kecil apa?"

Min Young tersinggung dan langsung pergi meninggalkan Min Seok yang menatapnya sendu.

***

Kedua wanita itu bertemu di toko sepatu. Min Young tampak ramah pada Rafida, bahkan meminta maaf karena mendadak meneleponnya.

"Unni, maaf yaa karena aku mendadak nelponnya hehhe," ucap Min Young terlihat manis.

"Iya gak papa kok. Aku memang rencananya mau beli sepatu. Soalnya sepatu yang kemarin bikin aku tersandung. Aku merasa kurang nyaman."

"Ah aku melihatnya. Oppa Wil hampir terjatuh dan malu, tapi dia berhasil membuatnya seolah sebagai pertunjukkan. Hebat bukan?"

"Ya begitu lah. Kau mau beli sepatu juga?"

"Oh iya, kebetulan ada acara pers nanti malam. Apa kau mau datang juga unni?"

"Oh begitu. Aku tidak tau. Aku harus minta ijin terlebih dahulu."

"Ijin sama siapa?"

"Suamiku. Mas Wildan hehhe."

Min Young berdengus kesal mendengarnya. Namun, ia kembali tersenyum dan memilihkan sebuah sepatu.

"Apa unni mau mencoba yang ini?"

"Hmm ini bagus," jawab Rafida dan langsung mencoba sepatu yang dipilihkan oleh Min Young.

"Lalu bagaimana hubungan kalian berdua? Apa oppa Wil tidak bersikap kasar padamu?"

"Lumayanlah. Tapi terkadang dia terlalu bossy."

"Sebenarnya temperamennya baik, dia hanya terbiasa memerintah orang lain pada waktu kerja. Jadi bisa dimaklumi jika dia bossy dalam kehidupan sehari-hari."

"Kau benar. Apa-apa yang tidak dia sukai, benar-benar tidak bisa dinegosiasikan. Dia selalu melarangku melakukan ini dan itu."

"Kupikir sepatu itu tidak cocok denganmu. Bagaimana dengan yang hitam itu."

Min Young cemburu, dan mencoba mengalihkan pembicaraan.

Tapi saat Rafida melihat harga sepatu itu, dia langsung menolak sepatu itu.

"Cari yang lain saja, aku tidak bisa membayarnya," tolak Rafida.

"Kalau begitu, biar Oppa Wil saja yang membelikannya untukmu. Dia banyak memberiku hadiah loh. Tidak seharusnya dia kejam padamu," ucap Min Young langsung sinis. .

"Tapi kalau Unni galau, aku bisa kok membelikannya untuk Unni."

"Ah tidak perlu. Sebenarnya, aku punya kartu kredit lain kok," ucap Rafida langsung mengeluarkan black cardnya yang jelas saja membuat Min Young semakin kesal dan cemburu.