POV Aksara
"Brengsek!"
"Apa-apaan kau?" bentakku dengan penuh amarah.
Pemuda bertubuh tegap masuk ke ruangan ku. Di belakangnya, Resti, salah satu sekretaris ku yang bertugas di depan ruangan, nampak ikut masuk dengan wajah takut-takut. Terlihat dari tatapan dan wajahnya yang gugup serta pucat.
"Ma-maafkan sa-saya, Pak! sa-saya sudah mencoba melarang. Tapi beliau memaksa masuk," cicit Resti sambil meremas jari-jari tangannya.
"KELUAR!" teriakku. Membuat Resti terburu-buru meninggalkan ruangan.
Tentunya dia merasa ketakutan dengan kemurkaanku. Bagaimana tidak? saat tengah asyik bermain dengan Maya, tiba-tiba orang asing datang begitu saja. Dia yang seharusnya bisa melarang orang untuk tidak sembarang masuk, malah kelolosan.
Jangankan memberitahu terlebih dahulu. Bahkan masuk ke dalam ruangan pun melupakan etika. Main nyelonong tanpa mengetuk pintu. Dia pikir ini rumahnya sendiri?