Kediaman keluarga Hansel,
"Tolong letakkan semuanya di kamarku, Uncle!" perintah Andrea kepada pengawal pribadinya.
"Baik, Nona." jawab Theo.
Bibi Elen segera membantu uncle Theo membawa sebagian kantong belanjaan milik nona mudanya. Sehingga pria itu dapat bernafas lega. Keduanya segera berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Andrea.
Sedangkan Rea memilih beristirahat di atas sofa empuk yang terletak di ruang tamu. Moodnya hari ini hancur karena ulah menyebalkan wanita tadi. Dengan wajah cemberut, ia terus merutuki wanita itu dalam hati. Sesekali ia menghela nafas perlahan untuk menenangkan diri.
"Eh, sudah pulang? Kok mukanya malah ditekuk begitu?" tanya Eveline sambil berjalan menghampiri Rea di sofa.
"Capek." sahut Rea sekenanya.
"Biasanya paling semangat kalau belanja? Coba cerita ke Kak Eve, ada masalah apa?" tanya Eveline dengan sabar, ia memutuskan duduk di atas sofa yang masih kosong.
"Hari ini aku bernasib sial karena bertemu dengan seorang penyihir tua yang ingin merebut gaunku!" Adu Rea dengan manja.
"Penyihir tua? Bukankah itu hanya tokoh dongeng?"ucap Eve merasa heran, sekaligus geli melihat tingkah kekanak- kanakan Rea.
"Tidak, penyihir tua ada di dunia nyata, Kak." sahut Rea dengan wajah serius.
Eveline tersenyum kecil melihat tingkah adik dari suaminya tersebut. Ia bersyukur dapat mengenal sosok Andrea. Baginya gadis itu adalah setitik cahaya yang dapat menghangatkan hati. Dahulu hatinya nyaris membeku dan mengeras seperti gunung es di kutub utara.
Namun, Rea berhasil memberi warna ke dalam dunianya yang penuh dengan kegelapan. Kini, malaikat kecilnya telah beranjak dewasa. Akan tetapi, ia dan suaminya semakin posesif menjaga gadis itu dari kelamnya dunia luar.
"Aku bisa membantumu mendapatkan gaun yang kau inginkan." ucap Eve sambil mengamati ekspresi adiknya.
"Benarkah? Apa waktunya masih cukup sampai nanti malam?" tanya Rea dengan mata berbinar.
Gadis itu berharap sang kakak dapat membantunya. Malam ini adalah pesta perayaan kelulusan dari universitasnya. Sekaligus acara perpisahan untuk dirinya dengan teman- teman. Acara wisuda Rea telah usai dari dua hari yang lalu.
Acara tersebut diselenggarakan di hotel termewah dan terbaik yang ada di kota Zurich. Andrea membutuhkan satu buah set gaun yang dapat menggambarkan kepribadiannya. Setelah semua itu, ia akan menerima tawaran untuk menjadi dokter muda di sebuah rumah sakit milik Uncle David.
"Semoga saja... Aku akan menghubungi sahabatku, kuharap ia masih memiliki gaun yang cocok untukmu." tandas Eve sambil meraih sebuah ponsel yang sebelumnya sempat ia letakkan di atas meja.
Dengan harap cemas Andrea menunggu kabar dari Eve. Kedua tangannya saling meremas menandakan ia sedang merasa gugup. Terlihat sang kakak mencoba meminta bantuan temannya yang berprofesi sebagai designer. Sebuah senyuman tersemat di paras cantik Eve, kala ia telah selesai melakukan panggilan telepon.
"Sekitar satu jam lagi Paula akan datang ke sini, dan ia akan membawa beberapa gaun rancangan miliknya yang bisa kau pilih." terang Eve.
"Ahh! Kau yang terbaik!" teriak Andrea penuh antusias, ia beranjak berdiri lalu melompat ke dalam pelukan Eve dengan penuh semangat.
"Hoho... Adik kecilku kembali." canda Eveline sambil membalas pelukan Andrea.
"Hari ini kau tidak memiliki pasien?" tanya Rea baru menyadarinya.
"Tidak, karena hari ini aku sengaja cuti." jawab Eve dengan santai.
"Adakah yang spesial?" tanya Andrea penasaran. Ia melepaskan pelukannya dan kembali duduk di atas sofanya seperti semula.
"Ya, hari ini Kim akan kembali, Leo sedang menjemputnya di bandara." jawab eve sambil tersenyum manis.
"Ehh, kenapa tidak ada yang memberitahuku?" keluh Andrea sambil memasang wajah cemberutnya.
"Bukankah Leo mengatakan kepadamu, setelah selesai sarapan tadi pagi." balas Eve sambil menggelengkan kepalanya pada saat melihat tingkah Andrea.
"Aish! Bagaimana aku bisa melupakan hal penting seperti ini?" tanya Andrea, ia langsung menepuk dahinya sendiri.
Kimberly yang sering disapa Kim adalah putri Eve dengan Leo. Di usianya yang masih sangat muda, Kim telah berhasil memenangkan lomba diberbagai bidang akedemik maupun non akademik. Andrea bangga memiliki keponakan seperti Kim. Ditambah ia dan gadis kecil itu selalu menjadi patner in crime.
Kebetulan hari ini adalah hari kepulangan Kim ke rumah. Setelah ia selesai mengikuti lomba sains di Jerman. Gadis kecil itu meraih peringkat pertama dalam pertandingan. Membuat seisi rumah tidak sabar untuk menyambut kedatangannya.
"Baiklah, aku harus menyiapkan sebuah kado untuknya." ucap Andrea dengan antusias.
"Jangan terlalu memanjakannya." pesan Eve kepada adik iparnya tersebut.
Andrea segera beranjak dari sofa empuknya. Ia bergegas menaiki anak tangga tanpa menghiraukan pesan dari Eve. Gadis itu ingin segera memeriksa kantong belanja miliknya. Ia berharap dapat menemukan sebuah benda yang cocok untuk dijadikan hadiah.
Satu jam kemudian...
Sebuah mobil berjenis suv memasuki gerbang kediaman Hansel. Setelah mobil terparkir sempurna, seorang gadis turun dari kendaraan diikuti oleh dua orang pengawal pribadinya. Kemudian sang ayah yang baru saja turun dari arah berlawanan segera berjalan menghampiri putri semata wayangnya. Ia mengulurkan salah satu tangan ke hadapan gadis kecilnya.
Gadis bernama Kim itu langsung menyambut uluran tangan ayahnya dengan wajah sumringah. Kemudian pasangan ayah dan anak tersebut melangkahkan kaki menuju bangunan megah yang berada di hadapan mereka. Senyum riang menghiasi parasnya yang menggemaskan. Kim tidak menyadari bahwa keluarganya telah menyiapkan pesta kecil- kecilan untuk menyambut kepulangannya.
Suara terompet menggema kala gadis kecil itu berjalan memasuki rumah. Seluruh anggota keluarga dan para pelayan rumah tersebut telah menunggu kedatangannya sejak tadi. Eve sendiri secara khusus menyiapkan semua makanan yang menjadi kesukaan putrinya. Setelah acara penyambutan, mereka semua menuju ruang makan untuk mengisi perut.
Tak lama waktu berselang Andrea kedatangan seorang tamu. Wanita cantik yang berprofesi sebagai perancang busana ternama datang bersama asistennya. Tidak tanggung- tanggung beliau membawa sepuluh set gaun hasil rancangannya. Berserta beberapa perhiasan yang menjadi pasangannya.
"Silakan pilih gaun yang kau suka, aku akan menjelaskan sedikit tema dari gaun rancanganku!" tawar Paula sambil tersenyum ramah.
Andrea berjalan menghampiri gaun off shoulder dress dengan bagian bawah memiliki model A-line. Gaun malam itu terlihat seksi karena memperlihatkan bahunya. Ditambah panjang gaun tersebut hanya selutut. Mempermudahkan dirinya bergerak bebas saat pesta berlangsung.
Gaun berbahan satin tersebut berhasil menarik perhatian Andrea sejak awal. Sehingga ia tidak memiliki keinginan untuk memilih yang lain. Seulas senyum menghiasi parasnya Eve maupun Paula. Pasalnya gaun yang dipilih oleh Andrea memiliki daya tarik tersendiri bagi pemakainya.
"Aku menginginkan gaun ini!" ucap Andrea dengan tegas.
"Baiklah, sekarang kita tinggal memilih perhiasan yang cocok dengan gaunmu!" sahut Paula.
Lima buah kotak diletakkan di atas ranjang king size milik Rea. Setiap kotak memiliki satu set perhiasan berlian dengan gaya yang berbeda. Pandangan kedua mata gadis itu jatuh pada satu set single diamond. Karena memberi kesan simpel dan klasik.
"Ok, Paula! Tolong masukan semua tagihannya ke akunku!" ucap Eve tanpa ragu sedikitpun.
"Baiklah Eve!" jawab Paula terlihat menganggukkan kepala.
"Tidak! Aku yang akan membayarnya!" tolak Andrea cepat.
"Ayolah Rea! Anggaplah semua ini hadiah kelulusanmu!" balas Eve berupaya meyakinkan.
" Oh, maaf... aku harus segera kembali ke butik! Aku berharap semoga pesta kelulusanmu berjalan dengan baik dan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan!" sela Paula sambil membantu asistennya membereskan barang- barang.
"Terima kasih atas waktunya Paula! Maafkan aku, telah merepotkanmu!" ucap Eve dengan tulus.