Setelah ia mendapatkan panggilan telepon dari pihak rumah sakit. Leo berserta istri dan putrinya bergegas menuju ke rumah sakit. Ia merasa terpukul karena kehilangan satu lagi kerabatnya. Ditambah adik kesayangannya sedang berjuang di ruang UGD
Kini, Leo duduk di sebuah bangku besi yang tersedia di ruang tunggu dengan kepala tertunduk lemah. Kedua tangan tampak mencengkram erat rambutnya. Ia telah memerintahkan Sam untuk mengambil alih pekerjaannya sementara. Yaitu mengurus semua yang dibutuhkan dalam acara pemakaman Theo esok hari. Kemudian sebuah tepukan pelan di pundak, membuat pria itu mengangkat pandangan matanya.
Ia menemukan Eve tengah berdiri di hadapannya. Memberikan pelukan hangat kepada dirinya. Seolah hal itu dapat sedikit meredakan kesedihan di dalam hati. Tidak jauh darinya, berdiri seorang gadis kecil yang terisak pilu tepat di depan pintu ruangan tempat Rea dirawat. Siapa lagi kalau bukan Kim putri semata wayangnya.
"Rea adalah gadis yang kuat! Jadi kau juga harus kuat sepertinya, sayang!" bisik Eve sambil mengusap punggung suaminya.
"Ya, kau benar!" sahut Leo lirih.
Beberapa menit kemudian team dokter keluar dari ruang UGD. Leo dan Eve segera menghampiri dokter untuk menanyakan keadaan Rea. Rupanya gadis cantik itu mengalami cidera otak yang disebut gegar otak. Tidak mengancam jiwa tetapi efeknya bisa menjadi sangat serius. Sehingga butuh perawatan yang tepat.
Beruntung Dokter mendiagnosis bahwa Rea tidak mengalami pendarahan otak yang dapat menyebabkan resiko tinggi pada kerusakan otak. Benturan keras yang terjadi pada gadis itu akan membuatnya hilang ingatan atau amnesia dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Bisa cepat atau lama tergantung pemulihan pada pasien itu sendiri. Luka sobek pada kepala Rea telah dijahit.
Pihak keluarga diminta bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi pasien. Setelah Rea siuman, dokter akan kembali melakukan serangkaian tes untuk mengetahui tingkat keparahan cidera tersebut. Setelah itu, dokter pamit undur diri kepada Leo dan Eve. Karena masih harus menyelesaikan tugasnya yang lain.
Atas permintaan keluarga, akhirnya Rea dipindahkan ke rumah sakit yang lebih memadai, dimana David dan Eve bekerja menjalankan profesinya. Malam itu, gadis tersebut dibawa ke rumah sakit terbesar di kota Zurich. Puluhan pengawal mengiringi mobil ambulance hingga sampai di tempat tujuan. Supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama perjalanan. Disisi lain, David dan team telah menunggu kedatangan Rea.
David dan teamnya yang akan menangani gadis cantik itu secara intensif. Leo merasa jauh lebih aman menyerahkan Rea ke tangan salah satu bawahannya tersebut. Dimana David sendiri diberitakan memiliki julukan si tangan dewa. Kemudian Leo segera memesan satu kamar vvip untuk istri dan putrinya.
Kedua wanita kesayangannya itu terlihat kelelahan dan perlu istirahat. Mengingat keesokan paginya mereka harus menghadiri upacara pemakaman Theo. Sedangkan Leo memilih untuk menunggu Rea di kamarnya. Pria itu telah menghubungi kedua adiknya yang lain. Menyampaikan berita tentang kecelakaan yang dialami oleh Rea dan Theo.
Disisi lain, Livia bergegas meninggalkan kamar hotel, setelah mendengar kabar buruk yang menimpa adik kecilnya. Rencananya satu hari lagi ia akan berada di kota Basel. Untuk menjadi pembicara dalam seminar pendidikan di University of Basel salah satu universitas tertua di Swiss. Namun, ia memilih membatalkan sesi terakhirnya dan berjanji menggantinya pada hari lain.
Dua jam waktu yang ditempuh oleh Livia untuk kembali ke kota Zurich dengan kendaraan pribadi. Beruntung ia membawa supir, sehingga tidak perlu mengemudikan kendaraannya sendiri. Mengingat sang suami lebih sering berada dalam misi daripada bersamanya. Mobil yang ditumpangi Livia memasuki halaman The Matilda Hospital.
Berbeda Louis yang harus menempuh perjalanan sekitar 15 sampai 17 jam. Wanita cantik itu segera memerintahkan para bawahan, supaya menyiapkan pesawat jet pribadi milik suaminya. Ritz sendiri memilih mengikuti kemanapun sang istri pergi. Meninggalkan si kembar Hamazaki tanpa merasa khawatir. Selain mandiri dan bisa melindungi diri sendiri, putra dan putrinya terbiasa ditinggal berpergian oleh kedua orang tuanya.
Keesokan paginya, Leo meminta bantuan Bibi Elen untuk berjaga disisi Rea selama ia tidak berada di tempat. Pria itu berserta keluarganya ingin menghadiri upacara pemakaman Theo. Sehingga ia hanya bisa memperketat penjagaan di sekitar kamar Rea. Dini hari tadi adiknya sempat tersadar sesaat, tetapi segera diberikan suntikan penenang. Supaya gadis itu dapat beristirahat dengan tenang tanpa merasakan sakit.
Pasalnya Rea terus mengerang merasakan kesakitan dan memaksa ingin membuka perban di kepalanya. Sehingga David segera mengambil tindakan medis untuk menenangkan gadis itu. Untuk sementara waktu ia akan menyerahkan sisa tugasnya kepada asistennya. Dikarenakan ia akan ikut menghadiri upacara pemakaman sahabat seperjuangannya.
Pagi itu langit terlihat mendung disertai gerimis rintik- rintik. Seolah langit ikut berduka merasa kehilangan seperti yang tengah dialami oleh keluarga besar Hansel grup. Disisi lain, gerimis tersebut tidak menghalangi niat mereka untuk mengikuti upacara pemakaman sampai selesai. Seluruh orang berbondong- bondong hadir untuk melakukan penghormatan terakhir kepada Theo.
Mereka mengenal sosok Theo sebagai pribadi yang selalu bertanggung jawab dalam setiap misi. Ia tidak sungkan untuk membantu teman seperjuangannya. Theo juga sangat memanjakan nona mudanya. Sehingga ia bersedia menuruti kemauan Andrea untuk hidup melajang sampai gadis itu menemukan seseorang yang dapat menjaganya.
Namun, sekarang semua itu hanya tinggal kenangan di hati para kerabatnya. Sebuah tangan terulur mengusap pelan batu nisan berbentuk prasasti tersebut. Tetap terlihat tegar tetapi Leolah yang merasa paling kehilangan. Pasalnya Theo sudah banyak berjasa dalam menjaga keselamatan keluarganya.
Suara isak tangis terdengar tidak jauh dari sisinya, membuat Leo memalingkan wajahnya ke sumber suara. Ia menemukan putri kecilnya tengah menangis tersedu -sedu. Kemudian Leo bangkit berdiri dari posisi jongkoknya. Pria itu berjalan menghampiri putri semata wayangnya dan berjongkok di hadapan Kim. Supaya ia bisa berbicara dengan leluasa kepada gadis kesayangannya.
"Hei, Apa yang membuatmu menangis?" tanya Leo dengan suara seraknya sambil memberikan pelukan hangat kepada putrinya.
"Uncle Theo jahat! Uncle pergi meninggalkan kita semua, Daddy!" sahut Kim berusaha mengeluarkan keluhannya.
"Ya, Daddy mengetahui hal itu sayang! Tetapi Uncle Theo sudah berada di surga sekarang, seharusnya Kim merasa senang... karena Uncle tidak akan merasakan sakit lagi!" ucap Leo disertai senyum menenangkan.
"Tapi..."
"Kim mau lihat Uncle bahagia?" tanya Leo dengan sabar
"Mau Daddy!" jawab Kim diiringi anggukan kepala.
"Kalau begitu berhenti menangis! Kim cukup kirimkan doa setiap hari buat Uncle! Pasti Uncle bahagia di surga sana!" sambung Leo.
"Baik Dad, Kim akan berdoa setiap hari untuk Uncle!" seru gadis kecil itu penuh semangat.
"Good job my little girl!" puji Leo.
Langit menjadi semakin gelap dan gerimis kecil berubah menjadi hujan deras. Sehingga semua para pelayat mulai membubarkan diri satu- persatu. Leo langsung menggendong putri kecilnya. Kemudian mengulurkan salah satu tangan ke hadapan sang istri. Tanpa sepatah kata Eve menyambut uluran tangan suaminya.
"Selamat tinggal Uncle!" ucap Kim pelan.