Chereads / The Scenario / Chapter 2 - a Scena-Rio

Chapter 2 - a Scena-Rio

Di antara rasa kejut Sena. Rio masih melanjutkan kalimatnya dan tak menghiraukan bagaimana reaksi Sena saat ini. Seperti itu semua tak ada yang penting bagi Rio. Hanya apa yang ia inginkan dan yang ia mau adalah yang ada di atas segalanya.

"Belakangan ini, kau sudah mulai merangkap sebagai asisten pribadiku, bukan? Jadi, aku ingin kau menjadi asisten pribadiku secara resmi," Sambungnya.

Sena masih terdiam. Otaknya mendadak beku dan tak berfungsi dengan benar.

Rio majukan tubuhnya dan melihat Sena persis pada bagian mata dengan lekat seolah tengah mengintimidasi lawan bicaranya dengan sempurna.

"Sangat pribadi. Kau bisa berada di atas kasur dan di bawah selimut yang sama denganku," sambungnya lagi setengah berbisik.

Sontak saja tanpa permisi. Satu kekehan remeh muncul dari Sena. "Maksudmu, untuk menjadi asisten pribadimu yang sangat pribadi itu. Aku harus tidur denganmu?" Sena sudah tidak lagi menggunakan sopan santunnya saat bertanya karena memang itu yang sepantasnya Rio dapatkan saat ini.

Rio terlihat mengedikkan bahunya dengan tatap yang tak kalah remehnya. "Entahlah! Hanya saja, kau memang terlalu menggairahkan, Nona Russ. Seluruh lekuk tubuhmu, bahkan mendengar suara merdumu saja ... Waaah!" Dia tak melanjutkan kalimatnya dan berakhir dengan menjilat bibir bawah lantas menggigitnya dan terakhir mengulas senyum nakal sembari kembali menyandarkan tubuhnya pada badan kursi.

"Kau tahu 'kan, jika ini tidak sopan?" tanya Sena.

"Memang!" jawab Rio dengan segenap kepercayaan dirinya. Sialan! B*jingan! Seketika saja batin Sena mengumpat atas nama Artan Mario ini.

"Baiklah. Aku akan meminta maaf atas ucapanku baru saja. Hanya saja, aku tidak akan melakukan seks tanpa sebuah persetujuan. Meski semua orang juga tahu jika aku ini brengsek, dan aku bisa saja menyetubuhimu di ruangan ini, sekarang ini juga dengan mudahnya.

"Wow! Pasti mengesankan! Aku—kau, di balik pintu dengan rok sedikit terangkat. Kau menungging, aku menjelajah dari belakang dan kau mendesah dengan suara merdumu. Menyebut namaku dengan nada manja bahkan mendengar bagaimana kau merancau dan merintih dalam dekapanku. Ah, sial! pasti seksi sekali, bukan?"

Hening sejenak.

"Jadi, bagaimana?" sambung Rio tanpa pikir panjang.

Makin sempurna saja ke tidak pemahaman Sena atas jalan pikiran lelaki kemarin sore ini.

"Sorry, I got carried away. Tapi aku benar-benar menginginkanmu dan rasanya aku sudah tidak bisa menahannya untuk lebih lama lagi, Nona Russ."

Rio masih berucap panjang lebar menyuarakan isi otak kotornya kepada Sena tanpa harus ada yang ditutup-tutupi. Gila! Pria itu benar-benar gila!

"Jadi, jika kau setuju. Ayo selesaikan kesepakatannya pagi ini dan malam nanti kau akan pulang ke apartemenku. Karena aku benar-benar mementingkan sebuah consent. Dan satu lagi, aku bukan pria yang kasar saat di atas ranjang," sambungnya lagi, masih mengoceh.

Butuh beberapa menit bagi Sena hanya diam termangu. Otaknya tegah beku dengan pikiran yang ke sana-kemari mengenai tawaran gila dari bosnya ini.

Baiklah, mungkin dengan menerima tawaran Rio bukan hal yang buruk, karena setiap orang punya caranya sendiri untuk tetap bertahan hidup di atas bumi yang tak pernah melunak ini.

Namun tawaran ini—tidakkah berbahaya? Bagaimana jika ini akan berakhir dengan bisnis perdagangan manusia atau bahkan organ-organnya sekaligus?

"Tawaran itu hanya untuk sekali melakukan seks, bukan?" Bodoh sekali! Gadis itu malah bertanya dengan sedemikian rupa. Lenyap saja, kau Scenasia!

Dan satu lagi. Bagaimana bisa, Sena seketika mengangkat dagunya ketika bertanya. Wajahnya berubah menjadi angkuh seolah menunjukkan jika itu adalah sebuah bisnis yang sesungguhnya yang akan ia jalani dengan Rio setelah ini.

Rio terkekeh seperti ada secercah harapan yang akan segera bisa terwujud setelah ini.

"Tentu saja. Dan uang adalah imbalan yang paling adil bukan, setelah kita—" jawaban Rio menggantung namun lelaki itu kembali menampakkan wajah dengan fantasi kotornya kepada Sena secara terang-terangan.

"Tapi, jika kau tidak hanya ingin sekali. Misal, kau ingin di atas meja kerja ini. Di atas sofa itu. Di dalam mobilku atau bahkan di dalam bilik kamar mandi sekalipun. Katakan. Apa pun yang kau mau pasti akan kuberikan

"Bukan hanya uang. Kau mau apa, perhiasan atau mungkin beberapa lembar saham dari perusahaan incaranmu? Asal kau mau jadi asisten sangat pribadiku. Apa pun akan kuberikan untukmu, Nona," timpal Rio dengan begitu bersemangat.

Harusnya penjelasan Rio mengenai jaminan uang itu sudah cukup jika hanya untuk sebuah hubungan ranjang dalam satu malam. Sayangnya, itu tidak cukup meyakinkan Sena. Iris gadis itu menelisik lebih dalam pada manik Rio. Ada satu hal yang tengah ditutupi oleh atasannya ini.

Sena kembali tersenyum angkuh. "Jika aku menerimanya. Apa kau akan memberiku pernyataan, maksud dan tujuan, atau apa pun yang lebih masuk akal?" jeda Sena.

Dia menegakkan tubuhnya dan menatap intens setengah licik pada Rio. "Setidaknya aku butuh jaminan kebebasan dan keamananku jika aku benar-benar menerima tawaranmu ini. Ya, karena tanpa aku jujur sekali pun. Kau itu lebih berkuasa ketimbang aku. Bisa saja malam ini aku digagahi olehmu dan besoknya aku yang akan digilir sana-sini lalu berakhir ditelantarkan begitu saja.

"Jadi, Tuan Mario, jangan ada yang kau tutupi. Katakan saja apa yang kau inginkan dari tawaran setengah gila ini, Tampan!" final dari Sena.

Sengaja! Sengaja sekali Sena menyebutkan jika Rio itu tampan. Bukan apa-apa, selain memang Rio yang tampan. Itu mungkin akan jadi salah satu cara agar Sena bisa tahu apa maksud yang sebenarnya tengah Rio inginkan saat ini.

Tidak, maksud Sena. Di luaran sana banyak sekali pelacur yang lebih andal ketimbang dirinya yang bahkan tak pernah melakukan seks selama hampir dua tahun belakangan ini. Jangankan melakukan seks dengan lawan jenis. Menyentuh dirinya sendiri saja, dia tidak pernah. Jadi, jika sampai Rio memiliki pemikiran bahwa dirinya akan bisa memuaskan lelaki itu di atas ranjang nanti malam. Sena sendiri juga tak terlalu yakin. Tapi, jika hanya untuk mendesahkan nama Rio dengan lenguhan panjang saja. Siapa yang tak bisa. Dia bahkan sudah didukung oleh Tuhan dengan anugerah suara merdunya.

Menanggapi ucapan Sena baru saja. Yang mulanya Rio selalu mengerling menggoda dan nakal. Kali ini, lelaki itu yang terlihat datar pada wajahnya. Ada sedikit kejut yang dapat Sena tangkap dengan satu alis yang menukik ke atas.

Sena jadi berpikir. Apa ucapannya baru saja itu, terlalu vulgar sampai membuat Rio serasa ditelanjangi dalam waktu bersamaan? Haha! Sena tidak akan peduli, hanya agar dia tak terpengaruh begitu saja.

Di detik berikutnya. Rio malah tertawa terbahak-bahak seolah sedang tersudut dalam sekali waktu. Sena jelas melongo makin tak percaya. Apa benar dengan pertanyaan Sena tadinya itu. Ada satu hal lain yang sedang ditutupi Artan Mario, namun dalam seketika itu juga dapat ditebak dengan mudahnya oleh Scenasia Russ?

"Apa yang akan kau lakukan saat sudah terlanjur basah? Tetap berenang dan menyelam, bukan?" tanya Rio tiba-tiba dan Sena jelas hanya mengendikan bahunya karena dia memang tak mengerti dengan maksudnya Rio baru saja.

"Kau memang pantas mendapat gelar menjadi sekretaris kesayanganku, Nona Russ. Selain menarik dan menyenangkan. Kau juga begitu menantang.

"Jadi baiklah, aku memang butuh bantuanmu selain hanya menjadikanmu sebagai sekretaris andalan dan kesayangan juga sebagai asisten yang sangat pribadiku tadi. Ada satu posisi lagi yang harus kau isi jika kau benar-benar menerimanya,"

"Maksudmu?" Tak mengerti Sena dengan ucapan panjang lebar Rio baru saja.

"Jadilah kekasihku," satu jawaban dengan nada penuh kepercayaan diri yang tinggi, yang tengah Rio lontarkan pada Sena.

Well, sudah berapa banyak plot twist yang telah Sena dapatkan dari sesi tawar menawar ini?

"Ke—kekasih?" Sena gugup kerannya. Dan Rio malah terkekeh melihat perubahan drastis yang Sena tampilkan saat itu

Rio mengangguk mantap. "Ya. Meski hanya pura-pura saja. Seperti gabungan nama kita bukan? Kau dengan Scena dan aku dengan Rio. Jadi, mari lakukan sebuah Scena-Rio di balik tawaran gilaku ini? Bagaimana?"

"Akan kupikirkan," malah jawab Sena dengan santainya. Kelewat santai malah.

"Maksimal 1x24 jam. Lebih dari itu. Kau hanya harus masuk pada tawaran gila yang pertama di waktu bersamaan, tanpa sebuah consent!" timpal Rio, setengah acuh.

Sena tak lagi peduli. Daripada memikirkan tawaran pertama untuk melakukan seks dengan Rio. Dia malah tertuju pada tawaran kedua. "Pura-pura menjadi kekasih Artan Mario."