"Udah ah, Mamah gak usah banyak pikiran. Nanti yang ada Mamah malah sakit ...gitu lho... Sekarang ini saatnya bahagia mah"ujar Reynaldi lagi. Berusaha memulihkan keadaan.
Perdebatan antara Ibu dan Anak cukup menegangkan di pagi hari. Tiba-tiba Handphone bergetar. Sepertinya ada pesan yang masuk melalui Whatssap. Reynaldi langsung menghampiri benda pipih tersebut. Benar saja, nampak dilayar ponselnya beberapa panggilan dan pesan yang belum sempat ia buka.
Secepat kilat ia meraih benda itu dengan mata berbinar-binar. Kenapa ? Karena panggilan tersebut adalah Viona calon isterinya. Dengan tergesa -gesa menekan tombol handphone ia berusaha menelpon balik calon isterinya.
"Hallo Vi... Gimana ?Apakah hari ini kita jadi ?"
"Seperti yang udah dijadwalkan Rey, hari ini kita mulai sibuk mencari beberapa keperluan untuk acara kita nanti. Bagaimana menurut kamu? "Jawab Viona dari sebrang sana. Suaranya agak terputus-putus.
"Bagaimana apanya Vi...? Reynaldi malah balik bertanya.
"Iya justru aku nanya sama kamu.Menurutmu gimana ?So'alnya Ibu ku menyerahkan ke kita ! gitu lho Rey..! "ujar Viona dengan nada serius.
"Wadduh....Nyerahin sama kita? A.. aku kan uang sedikit juga udah aku serahin kemarin .Budget ku tidak ada lagi buat pesta "Sepertinya Reynaldi panik. Suaranya terbata-bata. Saat mendengar orang tua Viona menyerahkan segala sesuatunya sama mereka berdua.
"Rey... gak usah panik gitu donk calon suamiku sayang...!
"Gimana tidak panik Vi.. Aku udah tidak pegang uang lagi. Tabunganku cuma segitu. Sekarang aja aku kerja udah mau resign! "suara Reynaldi semakin tinggi nada nya dengan memotong ucapan Viona.
Sementara Viona sedikitpun tidak menimpalinya dengan nada tinggi. Apalagi sampai marah. Sebab dia sudah tahu sifat Reynaldi memang seperti itu. Kecantikan wajah Viona sebanding dengan kecantikan hatinya. Ia sabar menghadapi Reynaldi yang agak keras watak kepribadiannya.
Perlahan di rayunya kembali calon suaminya itu dengan lemah lembut,selembut bidadari. Sementara Reynaldi masih tegang dengan kepanikannya.Ia terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum Viona menjelaskan yang sebenarnya.
"Gini aja Vi, Aku tuh mendingan mundur yah daripada aku ditekan harus tanggung jawab semuanya. Keluargamu tidak akan terima kalau pernikahan ini kita lanjutin dengan acara sederhana. Beda dengan keluargaku. Keluargaku asal syah menurut hukum. Dengan biaya semampunya"Tiba-tiba kata-kata Reynaldi menyinggung keluarganya. Bahkan materi.Ditambah lagi nadanya tinggi
Dia Marah-marah melalui telepon yang belum jelas duduk perso'alannya. Sontak saja hal itu membuat Viona diam tidak bisa berbuat apa-apa. Hatinya pilu bagai teriris. Mendengar kata-kata Reynaldi yang begitu lantang. Terlebih lagi ia mengucapkan kata "mundur".Bagi Viona, ucapan Reynaldi itu menggelegar bagaikan petir di siang hari .
"Hallo, Hallo... kenapa malah diam? "Reynaldi setengah membentak.
"Ada apa marah-marah ?"Ibunya, yang dari tadi diam seribu bahasa. Pura-pura tidak mendengar percakapan mereka, Setelah melihat anaknya makin emosi, akhirnya beliau pun angkat bicara juga.
"Ada apa itu dengan viona si anak orang kaya memangnya? Apa mereka menghina kita? sudah Mamah bilang dari dulu . Kalau mau mencari isteri yang biasa-biasa aja. Gak usah nyari orang kaya. Yang ada nanti kita dihina habis-habisan"Ibunya malah ikut-ikutan ngedumel dengan nada suara ketus dan agak keras.
Namun, Reynaldi hanya diam.Ia tidak bisa menjelaskan apa-apa, karena saking emosinya. Ibunya malah ikut campur. Bicaranya tidak nyambung. Ia mengkerutkan wajahnya penuh kekesalan. Dalam batinnya"Mamah malah memperkeruh suasana "
Isak tangis terdengar dari sebrang sana. Yaitu Viona. Mendengar hal itu Reynaldi bukannya reda. Dia malah makin menunjukan kemarahannya.
"Kenapa jawaban kamu malah nangis,ha ? Kamu bisa bicara enggak si..."
"Rey...?" Desis Viona perlahan ia membuka suara disela-sela isak tangisnya. "Kamu marah-marah tanpa mendengar penjelasanku dulu. Aku belum selesai bicara. Tapi kamu sudah memotong ucapanku dengan marah-marah tidak jelas"Akhirnya Viona memberanikan diri untuk mrnjelaskan yang sebenarnya terhadap Reynaldi.
"Hallo.. Rey, Apakah kamu dengar suaraku? Kalau enggak, terpaksa aku sekarang ke rumahmu"Lanjut Viona lirih.
"Ti.. tidak usah, Aku mau ke kantor"Tukas Reynaldi dengan nada masih kesal.
"Lantas ?Masalah kita gimana ini? Percuma kamu ke kantor. Kalau kamu masih emosi.Kamu itu sayang aku enggak sih Rey...? "Viona memekik tersedu-sedu.
"Sejujurnya Aku sayang sama kamu Vi, tapi biar ku pendam rasa sayangku ini"Ucapan Reynaldi makin ngawur. Omongan dia asal bunyi saja.
"Jangan Rey... Tolong dengarkan dulu penjelasanku. Kamu salah paham Rey... "Viona meronta-ronta .Karena calon suaminya tidak mau mendengar ucapannya.
Disitulah Reynaldi baru sadar.Ia baru diam tanpa bicara sepatah katapun.Dalam batinnya ia bertanya-tanya. Salah paham? Apa yang dimaksud Viona? Koq dia bilang salah paham ?
Viona mulai berusaha tenang untuk bicara. Menjelaskan semuanya kepada calon suaminya.
"Rey...kamu masih dengerin aku kan ?"desisnya
"Ya.. "jawaban Reynaldi singkat dan pelan.
"Rey... Ibu menyerahkan semua sama kita itu, maksudnya kita yang mencari Wedding organizer dan lokasi buat pesta pernikahan kita. Kata ibu, silahkan kita yang pilih maunya dimana ?Di gedung apa ditaman ? Nanti orang tuaku terima bayar aja. Karena ibu sibuk dengan kantornya. "Jelas Viona.
"Oh my god..ternyata begitu ceritanya, gua bodoh sudah menuduh Viona dan keluarganya.Ampuni aku ya Allah"Gerutu Reynaldi dalam hatinya, Ia merutuki dirinya sendiri.
"Menurut kamu gimana Rey... ?"Karena Reynaldi masih diam. Belum ada jawaban, maka Viona agak mendesak dengan pertanyaannya.
"Kalau kita yang nentuin nanti gimana dengan budgetnya? Apa tidak akan kemahalan? "Dengan polosnya Reynaldi bertanya.
"Ibu bilang sih gak masalah.Justru kalau bisa, lokasinya Outdor gitu Rey. So'alnya tamu ibu lumayan banyak. Rencana nyebar undangan lima ribu helai"Kata viona menjelaskan dengan tenang.
"Apa ?Lima ribu? "Reynaldi terperangah kaget. "Apa gak salah tuh ?"Sambungnya lagi.
"Iya Rey... makanya ibu suruh nyari tempatnya yang luas. Belum lagi nanti pasangannya .Otomatis double"jelas Viona.
Sementara, ibunya yang dari tadi menyimak pembicaraan mereka,beliau penasaran mendengar kata-kata lima ribu yang bikin kaget anaknya.
"Apa yang lima ribu de? Kecil amat cuma lima ribu"Tanyanya. Ketika Reynaldi nampak selesai bicara sama Viona melalui telepon.
"Itu mah.. Tamu undangan Ibunya Viona"jawab Reynaldi .Ketika ia sudah menutup obrolannya dengan Viona. Dan memasukan handphone miliknya ke dalam saku jaketnya.
"Apa? Tamu undangan lima ribu? mau disimpan dimana tamu sebanyak itu ? "Ibunya Reynaldi, yang hanya tahu , Walaupun rumah rumah Viona terbilang cukup besar, tapi tidak mungkin bisa menampung tamu sebanyak itu.Sontak saja beliau bertanya seperti itu. Seraya matanya membesar.
"Justru itu mah... ini yang lagi di omongin Rey sama Viona ,mulai hari ini bisa gak bisa Rey harus bisa "jawabnya lagi.