Reynaldi yang biasa akrab dengan panggilan Rey adalah Lelaki berusia 26 tahun ia harus kehilangan kariernya sebagai manager di salah satu perusahaan. Karena harus segera menikahi anak seorang duta besar di salah satu negara yang bernama Viona .Gadis tersebut, sudah delapan tahun menjadi teman dekatnya. Setelah menikah ia harus ikut menemani istrinya tersebut melanjutkan study S2 ke Amerika.
Sore itu ketika ia pulang kerja dari kantornya. Sesampainya dirumah tempat kostnya, Rey tampak menghentikan langkahnya tepat diambang pintu rumah. Sebelum sempat memegang knop pintu untuk membuka kunci, Tiba-tiba ada suara notifikasi Whatsapp. Secepat kilat dia merogoh saku jaket hitam untuk mengambil ponsel miliknya .Dan membuka pesan yang melalui whatsapp tadi.
Ternyata ada beberapa pesan yang masuk dan belum sempat ia buka tadi karena sedang dalam diperjalanan dan mengendarai motor. Salah satu pesan tersebut yaitu dari viona. Tidak sabar langsung ia membacanya sambil membuka kunci pintu rumah tersebut
Viona :
Rey, kamu dimana? udah pulang kerja belum?
Rey :
Sudah, Vi. Ini baru aja sampe rumah, Ada apa, Vi?
Pesan Rey belum dibaca oleh viona. Dia berniat menutup Handpone nya itu sambil berpikir, 'Ah mungkin viona khawatir karena aku masih dijalan,' gerutunya.
Akan tetapi, baru saja Rey masuk rumah dan hendak meletakan handpone dimeja, Tiba-tiba ponsel itu kembali berdering.Begitu dilihat ternyata viona yang menelepon.
Tanpa berpikir panjang lagi dia angkat telpon itu
"Hallo,Vi, ada apa ?"
"Hallo, Reynaldi, apa kamu bisa datang ke rumah saya malam ini"? tiba-tiba terdengar suara lelaki terdengar disebrang sana, otomatis Rey kaget dan sedikit tertegun
'Bapaknya viona ada apa nelpon gue, salah gue apa?' Rey bertanya-tanya dalam hati.
"Hallo, Rey. Apa kamu dengar suara saya?" sambung lelaki itu
"I-iya, Pak, saya dengar," jawab Rey terbata-bata "Ba-baik, Pak. saya akan datang malam ini," tambah Rey sesaat sebelum telepon itu berakhir.
Dengan perasaan cemas dia bergegas ke kamar mandi. Kala itu hari menjelang malam, Rey pun mandi sekalian ambil air wudlu untuk melaksanakan salat maghrib.
Seusai salat maghrib Rey dandan rapi mengenakan kemeja berwarna coklat susu, cocok sekali dengan wajah tampan dan kulit yang sawo matang itu. Tak ketinggalan ia pun menyemprotkan parfum mahal yang beberapa bulan lalu dihadiahkan sama Viona, ole-ole dari luar negri.
Setelah itu, dengan sedikit tergesa-gesa Rey pun mengambil kunci motor yg ada dimeja kerjanya. Secepat kilat ia menyalakan mesin motor. Suara motor yang menderu-deru cukup membuat kegaduhan di sekitar rumah indekostnya, menandakan Rey akan segera pergi.
Namun, baru saja dia akan menancap gas, tiba-tiba salah seorang penghuni kostan keluar dari balik pintu, bersebelahan dengan rumah kost yang dia tempati.
"Bray, mau keman lu?" tanya Davin, teman kerja sekaligus tetangga kostnya. "Muka gila ... udah tampan aja lu!" serunya kemudian.
"Apaan, sih lu!" tukas Rey seraya mengibaskan tangannya. "Eh, untung aja lu keluar, gua ada penting dulu sebentar. Sorry, gue titip kostan gue. takut-takut nanti ada maling, maklumlah ... banyak barang berharga itu," kelakar Rey dengan begitu angkuhnya. Tentu saja dia tidak serius.
"Sok-sokan lu!" umpat Davin seraya mencebikkam bibirnya. Namun, Rey hanya terbahak menanggapi.
"Ya udah, gue tinggal. Gue titip rumah gue, seriusan!" ujar Rey sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf "V"
"Hati-hati lu, Bray, jangan ngebut!" seru davin sedikit berteriak saat Rey baru saja melajukan motornya.
"Yo'i!" teriak Rey sambil melambaikan tangannya ke atas, tanpa menoleh ke arah Davin.
Dengan dihantui rasa was was reynaldi memberanikan diri pergi menuju rumah Keluarga Priyo Hadi Wicaksono.Beliau adalah Seorang pejabat yang bertugas diluar Negri. Sebagai Duta Besar yang tentu saja sangat dihormati di lingkungannya, bahkan dipemerintahan, sehingga menjadikan warga-warga sekitar itu merasa segan kepada beliau termasuk Rey.
Hanya butuh 15 menit,dengan mengendarai sepeda motor sampailah rey dihalaman depan kediaman Pak Pri, sebutan akrab untuk bapak Viona.
Walaupun sudah memberanikan diri berhadapan dengan Pak Pri, tetap saja Rey merasa kikuk dan sedikit sungkan. Bagaimana tidak? Rumah yang begitu megah dengan halaman taman yang luas, dihiasi kolam kecil dan beberapa mobil mewah yang berjejer digarasi.
Sungguh membuat Rey merasa terkesima. Sekilas pandangan matanya tertuju ke sekitar halaman, bermaksud mencari tempat parkir motor karena khawatir jika sampai parkir sembarangan.
Rey sesekali mendongak ke arah balik gerbang bagian dalam, seakan-akan ada yg dicarinya seketika itu dia mendengar suara seseorang berteriak padanya tanpa menyebutkan nama.
"Sebentar, Den, biar mamang yang bukain pintunya!" teriak lelaki paruh baya yang berlari tergopoh-gopoh menghampiri pintu gerbang rumah itu.
Lelaki itu tampak memakai sarung yang diselendangkan ke leher, sementara di tangannya tampak anak kunci yang akan dia gunakan untuk membuka gerbang. Dengan gerak yang sedikit tergesa-gesa dia membuka kunci gembok tersebut.
"Selamat malam, Den, ada yang bisa mamang bantu? Silakan masuk!" pinta lelaki itu sambil tersenyum dan sedikit membungkukan badan, sebagai tanda hormat. dia kemudian menyodorkan sebelah tangan kanannya, mempersilahkan Rey untuk masuk.
Memang seperti itulah. Sang Tuan rumah selalu memberi peringatan kepada seluruh pekerja di rumah itu agar selalu hormat dan memperlakukan dengan baik tamu yang datang ke sana.
Kirno, lelaki paruh baya yang sudah mengabdikan diri selama beberapa tahun. Bahkan dia menjadi orang kepercayaan Pak Priyo selama melaksanakan tugas di luar negeri.
Ia tinggal bersama keluarga Pak Priyo, istri dan satu anaknya yang masih kecil, bahkan keluarga Pak Priyo Hadi Wicaksono pun sudah menganggapnya bagian dari keluarga mereka
"Saya ada janji dengan Tuan Priyo," ujar Rey meyakinkan lalu mendorong motornya diparkir samping motor kirno .Lalu ia membuka helm dan menampakan wajahnya .Kemudian helm tersebut ditaruh diatas kaca spion motornya.
"Baiklah, silahkan masuk, Den," Mang kirno mengulangi ajakannya, "Tuan sudah menunggu di ruang tengah bersama nyonya," imbuhnya.
Rey pun melangkahkan kaki dengan perlahan ke arah pintu utama bagian depan rumah. Dia diantar langsung oleh Mang Kirno.
"Makasih mang," kata Rey, kirno pun balik kanan ke arah taman belakang. Di situ ada sebuah gajebo terbuat dari hiasan bambu yang sengaja dibuat untuk duduk santai.
Sementara itu,dengan sedikit keraguan. Ia menekan tombol bel yang terpasang disamping pintu.
"Ting-tong ting-tong," suara bel memecah heningnya malam.Rey berdiri melingkarkan kedua tangan di dadanya, menunggu dibukakan pintu sambil menatap ke arah taman depan. Disitu terdapat dua kursi taman dan satu meja bulat yang terbuat dari bahan besi yang diukir,Seketika dari dalam ,terdengar ada orang berjalan ke arah pintu,
"Halo, Rey!" Terdengar suara lembut yang tiba-tiba memanggil namanya.