Chereads / Alexa's Dream And Love / Chapter 27 - Bab 27. Belajar cara mengelola perusahaan.

Chapter 27 - Bab 27. Belajar cara mengelola perusahaan.

Hari sabtu dan minggu biasanya adalah hari yang selalu ditunggu-tunggu bagi banyak orang untuk sekedar beristirahat setelah lelah bekerja. Akan tetapi bagi Alexa tidak ada bedanya antara hari biasa atau weekend sekalipun.

Gadis itu hanya bisa mendekam di rumah saja dan tidak bisa melakukan apa pun yang ia inginkan dengan bebas, mempunyai orang tua yang sangat protektif seperti Indra adalah mimpi buruk bagi gadis yang selalu berpenampilan tomboi tersebut.

"Bukankah kamu ingin belajar?! Ini .... Buku-buku yang harus kamu pelajari," ucap Indra seraya meletakkan buku tentang cara mengelola perusahaan di depan Alexa.

"Dan kamu, Daniel. Mulai sekarang, kamu yang akan bertanggung jawab untuk mengajari Alexa bagaimana cara berbisnis, bernegosiasi dengan klien, semuanya. Om Indra serahkan semuanya kepadamu," perintahnya kepada Daniel yang sedang duduk di depan tepat di hadapannya.

"Baik, Om." Daniel mengangguk pelan.

"Papa tahu, kalau kamu adalah anak yang sangat cerdas. Nilai-nilaimu selama ini sangat sempurna, bahkan kamu ikut kelas akselerasi. Jadi papa pikir tidak akan ada masalah kalau kamu juga belajar bisnis mulai dari sekarang," timpal Indra.

Alexa hanya menunduk dan diam seribu bahasa.

Dari samping tempatnya duduk, pria itu bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah Alexa. Kedua tangan gadis itu mengepal erat, hidung serta wajahnya memerah.

Gadis itu terlihat jelas sedang menahan emosinya sampai air matanya terjatuh tidak tertahankan. Rasa marah, sakit hati, kecewa dan tidak berdaya benar-benar berkecamuk di dalam dirinya saat ini.

Sekilas, sudut mata Alexa melirik ke arah Daniel yang sedang duduk di kursi samping tempat ia berdiri, pria itu terlihat sedang memberikan isyarat kepada Alexa. Seperti yang sudah Daniel sarankan kepadanya semalam, kalau ia harus bersabar saat berhadapan dengan sang papa.

Atas dasar itulah, Alexa bisa bersabar. Ia mencoba untuk menahan semua amarahnya. Gadis itu berusaha mematuhi semua yang papanya perintahkan.

Tanpa mengucap sepatah kata, tangan gadis itu terjulur dan mengambil buku yang papanya berikan lalu beranjak pergi dari ruang kerja papanya. Gadis itu berjalan menuju taman belakang rumah yang terdapat kolam renang yang berukuran sangat besar.

Alexa melempar sembarangan buku yang papanya berikan di atas rerumputan. Gadis beralis tebal itu berdiri tepat di samping kolam renang, matanya terpaku menatap birunya air kolam yang terlihat sangat jernih.

"Apa kamu mau melompat?" tanya Daniel tiba-tiba dari arah belakang.

Pria itu berjalan menghampiri Alexa yang sedang melamun di samping kolam. Ia berdiri tepat di samping Alexa.

"Aku bisa mendorongmu masuk ke kolam renang kalau kamu mau," celetuk Daniel mencoba mencairkan suasana.

"Tidak perlu! Aku bisa melompat sendiri tanpa bantuan siapa pun! Tapi sayangnya, aku tidak bisa berenang. Jadi aku tidak berpikir untuk melompat ke dalam kolam," jelas Alexa.

"Hmm .... Jadi, selain takut ketinggian kamu juga tidak bisa berenang?!"

Alexa mengangguk membenarkan ...

"Lalu .... Apalagi yang kamu tidak bisa lakukan? Atau hal apa yang paling kamu takutkan?" tanya Daniel penasaran.

Alexa menatap Daniel.

"Jatuh cinta kepada kak Daniel," jawab Alexa

Alexa dan Daniel saling berpandangan, mata pria itu melebar saat mendengar jawaban dari Alexa.

"A–apa? Ke–kenapa kamu berbicara seperti itu?" tanya Daniel gugup.

"Karena cinta bisa berubah menjadi benci! Sedangkan kak Daniel sudah Alexa anggap seperti kakak Alexa, jadi ... Alexa tidak mau hal itu sampai terjadi," ujar Alexa seraya mengalihkan pandangannya ke arah kolam.

Daniel hanya terdiam mendengar perkataan Alexa. Jadi ... kebaikannya selama ini diartikan lain oleh Alexa, gadis itu hanya menganggap dirinya seperti kakak dan membuat hati Daniel merasa kecewa.

Daniel menghela napas berat, sudut bibirnya turun. "Oh iya, mulai kapan kamu ingin belajar tentang cara mengelola perusahaan?" tanya Daniel.

"Terserah kak Daniel saja! Alexa sedang malas membahas tentang bisnis atau apa pun itu," jawab Alexa dengan nada malas.

Daniel mengangguk. "Baiklah kalau begitu! Bagaimana kalau kamu mulai mempelajari buku ini dulu sebagai permulaan," ucap Daniel seraya menyerahkan sebuah buku tebal yang ia pungut di atas rerumputan.

"Shit!" Alexa mengumpat kesal, Ia memutar bola matanya lalu menghentakkan kaki kanannya sebagai wujud kekesalannya

Gadis itu merasa sangat kesal saat melihat buku terkutuk yang telah ia buang malah dikembalikan lagi kepadanya.

Alexa hanya bisa mengangguk pasrah. Ia sungguh tidak bisa menolak perintah sang papa kalau ia masih ingin selamat, lagi pula Daniel sudah berjanji akan membantunya. Jadi .... Apa lagi yang harus ia cemaskan?

"Si bos mafia tua itu pergi kemana? Tadi Alexa sempat mendengar kalau mereka hendak pergi ke suatu tempat," tanya Alexa kepada Daniel seraya menerima buku yang diberikan oleh pria itu.

Daniel mengangkat bahunya. "Entahlah .... Om Indra tidak bilang apa-apa tadi," jawab Daniel.

"Kak Daniel mau kembali ke kamar dulu! Kalau butuh apa-apa, kak Daniel ada di kamar," pamitnya lalu berjalan pergi meninggalkan Alexa sendirian di kolam.

***

Malam harinya ...

"Aiissh! Alexa tidak mau membaca buku terkutuk ini lagi!" Alexa menutup buku pemberian sang papa lalu melemparnya ke atas lantai.

Daniel menghela napas panjang lalu menggeleng melihat kelakuan Alexa, pria itu terlihat sangat sabar saat menghadapi Alexa yang selalu mengomel dan uring-uringan. Pria itu beranjak dari kursinya lalu mengambil buku yang dilemparkan Alexa tadi.

Daniel menghela napas panjang. "Ayo dong, Lex! Kalau Om Indra tahu, beliau pasti akan marah besar, kalau tahu kamu tidak mau belajar seperti ini," kata Daniel mengingatkan.

Alexa mendengkus kesal. "Benar-benar gila! Apa tidak sekalian saja, Alexa disuruh berhenti sekolah terus bekerja di perusahaan saja?!"

"Ide bagus! Kalau begitu ... besok kamu harus ikut pergi ke kantor! Supaya kamu bisa mengetahui kinerja para pegawai saat berada di kantor," perintah Indra.

Daniel dan Alexa terlihat sangat terkejut saat melihat Indra yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alexa secara tiba-tiba. Ternyata Indra sudah memperhatikan Alexa dan Daniel sedari tadi.

"Besok di sekolah, kamu tidak ada kegiatan apa-apa, 'kan? Jadi ... besok kamu harus ikut pergi ke kantor. Di sana kamu bisa belajar secara langsung, tidak hanya berdasarkan teori di buku saja," ujar Indra kepada Alexa.

"Tapi–"

"Tidak ada tapi-tapian! Papa sudah memutuskan kalau kamu harus ikut pergi ke kantor. Dan itu artinya, kamu harus pergi ke kantor," tukas Indra tidak mau dibantah.

"Besok pagi ... kamu bisa pergi bersama dengan Daniel," suruh Indra kepada Alexa. "Daniel .... Kamu awasi Alexa baik-baik! Kalau Alexa tidak mau menurutimu, laporkan kepadaku! Om Indra besok mau ke suatu tempat, jadi ... untuk urusan Alexa, Om serahkan kepadamu," perintahnya lagi.

Daniel mengangguk. "Baik Om."

Indra menatap tajam ke arah Alexa lalu lelaki itu berbalik dan meninggalkan kamar Alexa.

Alexa hanya bisa terduduk lemas di kursinya, gadis itu merasa sangat tersiksa dengan ambisi sang papa yang ingin menjadikannya sebagai pewaris tunggal.

Sanggupkah Alexa bertahan menghadapi tekanan dari papanya?

Lalu .... Apa yang akan Alexa lakukan, agar ia bisa terus berjuang meraih impiannya untuk menjadi seorang Dokter Spesialis bedah?

To be continued.