Chereads / SEGITIGA TOXIC / Chapter 24 - Terjerat Dendam Sang Mantan

Chapter 24 - Terjerat Dendam Sang Mantan

Elen dan Cika merasa terkejut dengan apa yang tengfah dilakukan oleh Fany. Siapa yang akan menyangka bahwa luka yang mantan pacar Fany berikan berhasil merenggut kewarasan dari Fany. Terlihat dnegan jelas, pergelangan tangan Fany yang terluka dengan tangan satunya yang menggenggam sebuah pisau.

"Lo gila ya?" tanya Elen.

Sementara Cika langsung menyingkirkan pisau itu dari tangan Fany. Terlihat wjaah kesal yang Elen tunjukkan di hadapan Fany, tetapi Fany tidak merespon apapun. Tatapannya kosong, seperti sedang tidak memikirkan apapun.

"Fan? Sadar Fan," ucap Cika.

Cika sesekali menggoyangkan pundak Fany, dengan tatapan tajam Elen menampar dengan ringan pipi Fany. Elen berpikir bahwa ini adalah salah stau cara yang dapat ia lakukan untuk membuat Fany tersadar dan kembali berpikir layaknya manusia normal pada umumnya. Terlihat sangat bringas memang, tetapi ini adalah Elen.

Elen mampu melakukan hal apapun sesuai dnegan isi kepalanya, apa lagi menyangkut temannya. Fany menerima tamparan yang tangan Elen jatuhkan di pipinya tanpa penolakan. Bahkan terlihat tangis yang mulai Fany keluarkan setelah beberapa saat berusaha untuk menahan air matanya itu.

Tubuh Fany jatuh tersungkur dengan pergelangan tangan yang maish bercucuran darah, terlihat bibir Fany yang pucat pasi setelah menyadari bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. Cika memeluk tubuh Fany. Sementara Elen berusaha untuk menghubungi seorang teman yang kebetulan bekerja di salah satu klinik untuk segera datang dan membantu Fany mengobati luka akibat kecerobohannya itu.

"Gue capek," keluh Fany.

Cika terus memeluk Fany, smenetara Elen berusha memberikan beberapa ajian mengenai kebodohan yang sudah Fany lakukan hanya karena kesalahan yang dilakukan oleh mantan pacarnya.

"Lo harus sadar, lo kehilangan dia, orang yang gak benar-benar tulus mencintai lo. Tapi ingat, dia kehilangan lo yang benar-benar tulus mencintai dia, dalam hal ini dia yang rugi, Fan," ucap Elen.

Fany tidak merespon apa yang Elen katakan, sementara Elen merasa bahwa Aldo, mantan pacar Fany berhasil merusak kejiwaaan Fany. Hal ini bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Mungkin seseorang bisa terlihat tegar untuk beberapa kejadian, tetapi kejadian yang menyakiti dan mengganggu kejiwaan seseorang mau ditutupi seperti apapun juga tetap akan terlihat ke permukaan setelah diri seseorang tidak mampu untuk menampung dan membendung rasa kecewanya sendiri.

Hal ini adalah hal yang pernah Elen alami, itu sebabnya Elen tahu seperti apa efek dari patah hati akibat dikecewakan orang yang sudah dengan sangat dipercaya.

"Sebentar lagi temen gue dateng buat ngebantu ngebersihin lukanya, gue harap gak aka nada lagi kejadian bodoh kayak gini," ucap Elen.

Elen memang memiliki watak yang keras, tetapi dibalik wataknya yang keras, Elen adalah sosok yang pengertian, hanya saja ia sulit untuk menunjukkan simpati dan respeknya kepada orang di sekitarnya.

Di dalam kamar Fany hanya tinggal Fany bersama dengan Cika. Tidak berhenti Cika terus berusaha untuk menenangkan Fany yang saatitu maish terlihat murung, anehnya rasa sakit dalam hati seseorang membuatnya tidak merasakan sakit yang ada di fisikinya.

Itu adalah salah satu bukti nyata bahwa efek patah hati memang sangat dahsyat.

Terlepas dari kejadian yang sudah terjadi pada Fany, Elen berusaha untuk memberikan pelajaran kepada Aldo. Dalam lubuk hati Elen, tersimpan dendam sendiri kepada laki-laki yang bahkan tidak ia ketahui pasti seperti apa kejadian yang sebenarnya terjadi kepada Fany dan Aldo. Tetapi satu hal yang pasti insting seorang Elen tidak pernah salah.

Elen merasa bahwa selain perselingkuhan yang sudah Aldo lakukan untuk menyakiti Fany, tersimpan sebuah tanda tanya besar yang harus ia pecahkan demi membalaskan rasa sakit temannya kepada Aldo.

Ini memang terlihat snagat tidak penting, untuk apa ikut campur masalah orang lain? Tetapi hal ini tidak berlaku untuk Elen sebagai seorang perempuan yang berzodiak Leo. Leo dengan lambang singanya adalah sebuah lambang keberanian dan ketangguhan. Seperti apapun rintangan yang ada di depannya, maka Elen siap untuk menerjangnya.

Ambisi untuk balas dendam kepada Aldo saat ini mulai membara dalam diri Elen. Elen bahkan menjanjikan dalam hatinya sebuah tawa yang tidak akan pernah Fany dapatkan selain dari apa yang akan Elen lakukan untuk membalas setiap tetesan darah yang keluar dari pergelangan tangan Fany akibat Aldo.

Tidak lama kemudian seseorang emngetuk pintu kos Elen, ternyata itu adalah teman Elen yang datang untuk membantu meredakan luka dan darah yang menetes dari pergelangan tangan Fany.

"Untungnya tidak terlalu dalam," gerutu teman Elen.

Elen dan Cika menghela nafas, melihat kondisi Fany yang mulai membaik, air matanya juga sudah berhenti mentes, tetapi tetap saja matanya sembab. Setelah disuntikkan cairan vitamin, Fany tertidur. Terlihat saat tidur, Fany lebih tenang.

Sebagai seorang teman, Elen dan Cika merasa sanagt tidak tega dengan kondisi yang menimpa Fany. Mereka tahu seperti apa rasanya di khianati oleh orang yang sangat mereka cintai. Itulah salah satu masalah yang terjadi kepada anak muda di zaman sekarang, miris memang.

"Gue gak habis pikir, kenapa Fany bisa dnegan bodohnya ngelakuin hal itu," ucap Elen.

"Kita gak pernah tau apa yang lagi Fany rasain wkatu itu, menurut gue, dia ngelakuin hal itu tanpa kesadaran," lanjut Cika.

Cika dan Elen saling menatap satu sama lain.

Terlepas dari tragedy yang menimpa Fany, tiba-tiba saja hp milik Elen berdering, terlihat ada nomor yang tidak dikenal menghubunginya. Elen masih terdiam, ia tidak tahu siapa pemilik dari nomor itu. Elen berusaha mengingat kembali, tetapi ia merasa tidak orang baru yang ia beritahu terkait nomornya.

Satu sampai tiga kali panggilan itu Elen abaikan, sampai akhirnya ada sebuah pesan masuk dari nomor yang sama. Dalam pesan singkat itu diberitahukan bahwa seseorang mengajaknya untuk bertemu di salah satu café yang letaknya tidak jauh dari sekitar kampusnya.

"Aneh," gerutu Elen.

Cika mendengar gerutuan Elen.

"Kenapa?" tanay Cika.

Elen memperlihatkan nomor dari orang yang telah mengiriminya pesan singkat itu. Terlihat wajah bingung yang Cika perlihatkan. Ini pertama kalinya, ada nomor baru yang langsung mengajak Elen untuk bertemu di sebuah café.

"Jangan, gak ada yang tahu niat orang itu apa," ucap Cika.

Elen berpikir untuk tidak mengikuti apa yang pesan itu kirimkan, bahkan Elen ingin mengabaikan isi pesannya. Tetapi nomor itu kembali menghubungi Elen lagi, akhirnya Elen memutuskan untuk menerima panggilan dari nomor tidak dikenal itu.

"Halo?" ucap Elen ragu.

Belum ada suara ataupun jawaban.

"Halo?" untuk kedua kalinya Elen memulai panggilan.

Sampai akhirnya, Elen hendak mengakhiri panggilan itu, tetapi terdengar suara laki-laki yang kembali mengingatkan Elen untuk menemuinya di café yang sudah dijadikan sebagai tujuan. Elen merasa bahwa ia tidak asing dengan suara itu.

Siapa orang itu?