Chereads / Pulau OCD / Chapter 6 - Misteri Makanan Cepat Saji

Chapter 6 - Misteri Makanan Cepat Saji

"Kita udah berhasil duduk? Terus kita mau makan apa?" tanya Friska pada Nanta. Beberapa saat yang lalu kedua orang itu kebingungan dengan kursi yang mereka telah duduki, awalnya kursi tersebut benar benar tak bisa diduduki, dan ternyata setelah mencari tahu kursi tersebut, terlebih dahulu mereka harus verifikasi dengan menggunakan sidik jari mereka, baru lah mereka bisa menduduki kursi mereka masing-masing.

"Aku juga gak tahu," jawab Nanta pelan.

Friska berdecak, kemudian perempuan itu beranjak dari duduknya. Bisa duduk di kursi aneh ber-finger print itu sama sekali tak membuatnya menjadi kenyang, maka dari itu lah ia pun membuka satu persatu laci yang ada di bawah meja, berharap jika ia bisa menemukan makanan.

"Ini emang apaan sih, dapur atau apa, masak makanan satu pun gak ada," omel Friska kesal. Pasalnya di dalam laci yang hampir semua telah ia buka, tak ada satu pun yang di dalamnya terdapat makanan. Semua kosong, barang-barang pun tak ada di sana.

Nanta ikut beranjak dari duduknya. Ia melangkah mendekati benda besar yang nampak seperti kulkas, tapi memang dugaan Nanta itu adalah kulkas.

Nanta mengerutkan keningnya, menajamkan matanya untuk mengamati benda besar empat pintu yang ada di hadapannya saat ini.

Di depan benda seperti kulkas itu terdapat sebuah menu seperti yang ada di beranda telepon pintar. Ada beberapa tombol-tombol dan juga ada berbagai informasi seperti tanggal dan juga cuaca saat ini. Ia tak begitu terkejut dengan itu karena sebelumnya ia telah melihat kulkas dengan model seperti ini di media sosialnya, kurang lebih sama.

"Air fryer," gumam Nanta membaca salah satu ikon menggoreng dengan tulisan air fryer di bawahnya. Sepengetahuannya itu adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk menggoreng sesuatu tanpa menggunakan minyak dan langsung dimasukkan begitu saja, nantinya makanan akan matang layaknya digoreng. Karena penasaran, Nanta pun memencet tombol tersebut membuat salah satu pintu di sana bergetar dan akhirnya terbuka. Beberapa detik setelah pintu terbuka, di susul-lah sebuah benda seperti panci keluar. Nanta yakin jika itu adalah alat untuk menggoreng.

Karena merasa tak tahu ingin menggoreng apa, Nanta pun langsung memencet tombol cancel. Sesuai dengan firasatnya, benda seperti panci itu masuk ke dalam kembali, disusul dengan pintu yang juga ikut tertutup.

"Nanta, tadi apa?" tanya Friska yang sempat melihat alat tersebut bergerak.

Nanta tak mengeluarkan suara, ia hanya menaikkan kedua bahunya.

"Aku lapar, Nan. " Friska mendekat ke arah benda besar seperti kulkas itu. Tangannya kemudian terulur untuk membuka salah satu pintu yang ada di sana. Tangan Friska berhenti bergerak, matanya kemudian mengamati lebih detail tentang benda yang ada di hadapannya. Tak ada holder untuk membuka pintu di sana, ia menekan nekan benda tersebut, berharap jika akan ada sensor yang membuat pintu itu terbuka secara otomatis. Namun nyatanya tidak, benda tersebut tak terbuka, melainkan memperlihatkan touch screen yang menyala dengan beberapa pilihan menu di sana yang dikemas seperti sebuah aplikasi yang ada di telepon pintar. Tapi itu tak disadari oleh Friska, Nanta lah menyadari. Setelah melihat lebih lanjut, lelaki itu pun memencet tombol food. Sedetik kemudian muncul sebuah menu yang menampilkan beberapa makanan yang terlihat. Ada pilihan makanan yang ada di sana, Nanta dengan asal pun memencet salah satu menu yang ada di sana tanpa memperhatikan tulisannya.

Layar yang tadi menyala kini berubah menjadi hitam dengan tulisan 'please wait.' Di bawahnya juga terdapat timer 5 menit yang berjalan mundur.

Detik demi detik berlalu, Nanta menunggu detik yang sekarang menunjukkan angka 01.12 bergerak ke angka yang lebih sedikit dengan matanya yang terus saja mengamati benda tersebut, sedangkan Friska sendiri hanya bisa bengong, ia juga menunggu, namun dilihat dari wajah Friska yang bingung bisa dipastikan jikalau Friska tak tahu sedang menunggu apa.

Detik telah menunjukkan empat angka nol dengan tanda titik di tengahnya. Seketika itu juga bunyi bel pelan terdengar berdenting membuat kedua orang itu langsung memusatkan pandangannya ke benda tersebut. Pintu di bagian bawah terbuka, Nanta langsung melihat isi di dalamnya yang nampak seperti microwave itu, lelaki itu melihat ada sebuah telur dan juga nasi di sana, telur yang masih berupa telur mentah dan juga nasi yang telah siap dengan wadah berupa mangkok besar yang mungkin saja bisa digunakan untuk dua orang.

"Apa itu, Nan?" tanya Friska dengan nada heboh. Wajah perempuan itu juga nampak sekali terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Nasi," jawab Nanta.

Mengingat sesuatu, Nanta pun langsung meletakan nasi tersebut ke meja dan segera membuka salah satu pintu yang ada di sana dan segera menggoreng telur menggunakan air fryer. Beberapa saat kemudian Nanta telah siap dengan makanannya, pun dengan Friska, lelaki itu dengan telatennya melakukan apa yang ia lakukan tadi hingga benda tersebut bisa mengeluarkan makanan untuk Friska.

Kedua orang itu kemudian langsung duduk di meja makanan dengan makanan yang telah tersaji di depan mereka. Nanta dengan nasi dan telur ceploknya, dan Friska dengan nugget dan sosis yang juga di goreng.

"Gila banget sih, aku bingung tadi itu apa ya kok bisa," ujar Friska heboh sembari memakan makanannya dengan lahap, maklum perempuan tersebut sudah cukup lama tak mengisi perutnya, jadilah mendapatkan makanan yang sebenarnya tak terlalu favorit itu tetap membuatnya sangat senang.

"Aku juga gak tahu," jawab Nanta.

"Tapi beneran deh tadi itu sungguh, uhuk...." Friska tersedak. Beberapa kali perempuan itu terbatuk karena tadi berbicara sangat heboh dengan keadaan mulutnya masih makan.

Nanta yang panik itu langsung memberikan Friska minuman, dan itu langsung membuat Friska berhenti tersedak. Melihat itu Nanta langsung bernafas lega, berbicara saja perempuan itu sangat amat ceroboh.

"Eh, Nan-"

"Makan dulu," sela Nanta.

Friska meletakkan sendoknya dan mendorong piringnya sedikit menjauh. Pandangan perempuan itu tertuju pada Nanta dengan serius. "Kamu lihat gak orang di sini?"

Nanta mengangkat alisnya. "Emang kenapa?"

"Kamu emang gak takut?" Friska mendengarkan pandangannya, perempuan itu lalu memeluk tubuhnya sendiri.

"Ini udah malam, aku takut deh," bisik Friska.

"Aku yakin, siang pun kamu takut."

Friska menggelengkan kepalanya dengan wajah yang serius. "Tapi aku serius, tempat ini tuh tadi sepi banget, kamu tahu kan? Aku takut deh kalau cuma ada kita berdua di sini."

"Masih ada aku," jawab Nanta santai sembari menyuapkan makanannya.

"Tempat ini tuh aneh, kamu percaya kan sama setan cit cit dan setan laci yang aku lihat tadi? Apalagi ini nih." Friska menunjuk makanannya sendiri.

"Aku takut kalau itu makanan yang buatin setan. Soalnya tadi tiba-tiba makanannya jadi gitu aja kan. Tapi gimana ya, aku lapar banget makanya terpaksa aku makan. Semoga aja setannya lagi baik hari ini."