Begitu Friska keluar dari kamarnya, ia langsung melihat ada Nanta yang sedang berada di meja makan. "Nanta," panggilnya sembari berlari ke arah lelaki itu.
Nanta yang sedang makan itu langsung menoleh ke arah Friska yang telah duduk di sampingnya. "Kenapa?" tanya Nanta.
"Tadi aku lihat ada orang," ucap Friska dengan wajah yang heboh.
"Kamu mimpi," jawab Nanta. Melihat penampilan Friska terutama rambut yang masih sangat berantakan itu membuatnya menyimpulkan jika Friska baru saja bangun dari tidurnya dan bermimpi melihat ada orang.
Friska menggelengkan kepalanya. "Enggak. Aku enggak bohong, tadi waktu aku bangun tidur aku lihat dari jendela ada orang yang lewat," ucap Friska menggebu-gebu.
"Iya, terus?"
"Ayo kita keluar buat lihat orang itu." Friska beranjak dari duduknya dan langsung menarik tangan Nanta yang masih duduk. Tatapannya tertuju pada Nanta dengan serius.
"Kita keluar, kita lihat orang-orang yang ada di sini," ucap Friska lagi dengan nada yang meyakinkan.
Tanpa menjawab, Nanta pun beranjak dari duduknya dengan Friska yang ada di depannya menarik dirinya untuk berjalan ke luar rumah.
Kedua orang itu sekarang telah keluar dari rumah, bahkan telah keluar dari luar gerbang.
"Mana orangnya?" tanya Nanta sembari mengedarkan pandangannya. Dan matanya sama sekali tak menangkap tanda-tanda jika ada orang yang ada di sini, semuanya nampak sepi seperti semalam.
"Aku yakin pasti ada orang di sini, mending kita jalan terus kita cari," ucap Friska sembari berjalan mendahului Nanta.
Sedangkan lelaki yang masih belum bergerak itu hanya bisa menghembuskan nafasnya dan mulai melangkahkan kaki mengikuti perempuan yang ada di hadapannya.
"Sepi kan? Gak ada orang sama sekali," ucap Nanta. Mereka sudah berjalan cukup jauh dari rumah, namun kedua orang itu belum menemukan satu orang pun.
"Aku yakin tadi ada orang," jawab Friska kekeh.
Saat berjalan, Nanta melihat sesuatu yang aneh tak jauh dari tempatnya sekarang, sesuatu yang membuat matanya tertarik. Tanpa pikir panjang ia pun langsung mendekatinya.
"Nanta, kok sepi ya," ucap Friska saat melihat tak ada satu orang pun yang terlihat di sana.
"Nan," panggil Friska lagi saat tak mendapatkan jawaban dari Nanta. Beberapa saat tak mendapatkan jawaban lagi, ia pun langsung mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Nanta. Matanya terlalu fokus untuk mencari orang selain mereka hingga sampai tak sadar jikalau Nanta sudah tak ada lagi di sampingnya dan saat ia cari-cari ternyata sekarang Nanta berada tak jauh darinya tak tahu sedang apa.
Melihat Nanta yang seperti sedang mengamati sesuatu, ia pun langsung berjalan mendekat ke arahnya.
"Lihat apa sih, Nan?" tanya Friska sembari melihat apa yang ada di depan Nanta.
"Hah? Itu apa? Spongebob?" tanya Friska dengan wajah yang sangat terkejut saat melihat suatu benda yang mungkin ukurannya sama persis dengan tokoh kartun bernama spongebob dengan versi warna hitam sedang berjalan pelan. Benda asing itu memiliki dua tangan dan juga dua roda yang mungkin fungsinya sama seperti kaki.
"Aku gak tahu," jawab Nanta sembari mengamati benda yang bergerak itu.
Nanta yang melihat benda tersebut sedang berada di jarak yang tak jauh darinya itu pun langsung mendekat dan langsung mengamati bagian benda asing semacam robot itu.
Mata Nanta melihat ada sebuah benda seperti monitor di bagian depan benda tersebut. Ada beberapa tulisan dan juga simbol-simbol yang tak ia ketahui. Belum juga Nanta mengamati lebih lanjut tentang benda itu, terlebih dahulu benda yang kata Friska seperti spongebob itu telah berjalan kembali.
Kedua pasang mata itu mengikuti ke arah benda tersebut pergi, robot tersebut bergerak maju dengan tubuh yang sesekali melihat ke arah kiri dan kanan seperti sedang mengecek dan memastikan sesuatu.
"Itu robot ngapain ya, Nan?" tanya Friska dengan tatapan yang masih tertuju pada robot yang sekarang sudah mulai menjauh.
"Aku enggak tahu," jawab Nanta. Ia sama penasarannya dengan Friska.
"Lucu banget sih kayak spongebob," ucap Friska sembari tertawa kecil. Sedangkan Nanta hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari terkekeh saat mendengarkan celotehan lucu dari Friska.
"Udah ayo, lupain robot itu, kita harus pergi cari orang." Perempuan yang rambutnya masih sangat berantakan itu menarik Nanta untuk berjalan kembali mencari orang lain.
Nanta berdecak. "Enggak. Mending kita ikutin robot itu."
Friska menggelengkan kepalanya. "No, lebih baik kita cari orang lain aja. Kan kalau kita nanti ketemu orang, kita bisa tanya tentang robot itu."
Nanta pasrah saja saat tangannya ditarik paksa oleh Friska untuk mencari orang yang ada di tempat itu. Padahal lelaki itu merasa sangat penasaran dengan benda kotak berjalan itu. Namun apalah daya, ia harus mengikuti perintah Friska.
Sepanjang perjalanan, pandangan Nanta benar-benar dibuat kagum dengan tempat itu. Jalanan yang sangat bersih, di sepanjang jalan juga terdapat banyak sekali pepohonan yang tumbuh sejajar antara satu dengan yang lain.
Kedua orang itu sama-sama menghentikan langkahnya saat melihat ada sebuah taman yang tak jauh dari posisi mereka. Di sana terlihat ada sebuah taman yang sangat asri yang di tengah-tengahnya terdapat sebuah lapangan kecil dengan rumput hijau dan juga kursi taman yang berjajar di tepi taman.
"Nanta, itu ada o-"
"Ada orang," potong Nanta saat melihat dari kejauhan ada seorang lelaki yang memakai sebuah hoodie berwarna hitam sedang berjalan.
Friska menganggukkan kepalanya. Wajah perempuan itu begitu berbinar saat melihat ada seseorang di sana. Namun ekspresi perempuan itu langsung berubah menjadi bingung saat melihat ada sesuatu yang aneh dengan lelaki tersebut. Friska melihat jika lelaki itu berjalan tak seimbang dan terhuyung. Dan benar saja baru beberapa langkah lelaki itu berjalan, lelaki itu langsung terjatuh membuat Friska dan Nanta secara refleks mendekati lelaki malang itu.
Saat Nanta dan Friska mendekatinya, mereka melihat lelaki yang mungkin umurnya tak jauh dari mereka sedang terjatuh dengan keadaan masih sadar, wajahnya sangat pucat dan keringat benar-benar mengucur di wajahnya.
"Mas gak papa?" tanya Nanta sembari berjongkok di hadapan lelaki itu hendak membantu, Nanta mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri, namun lelaki itu sudah terlebih dahulu beranjak untuk duduk dan menjauhkan tubuhnya dari Friska dan Nanta.
Kedua orang sahabat yang melihat lelaki itu mengesot menjauh dari mereka itu pun langsung terkejut.
"Mas kenapa wajahnya pucat banget?" tanya Friska padanya. Namun sama saja seperti Nanta tadi, ia malah semakin menjauh dan malah terlihat sedang berusaha hendak beranjak berdiri.
"Heh, mas jangan berdiri, wajah mas pucat banget, pasti lagi sakit kan?" ucap Friska memberi tahu agar lelaki yang tak ia kenal itu tak berusaha untuk menjauh.
Namun ucapan Friska sia-sia, lelaki itu tetap beranjak berdiri. Saat Nanta dengan sigap hendak memegangi tubuh lelaki itu agar tidak jatuh kembali, justru lelaki itu malah yang mendorong tubuh Nanta agar menjauh. Tapi karena lelaki itu sedang sakit, justru tubuh lelaki itulah yang jatuh dengan sendirinya.
Nanta melihat jika lelaki itu masih sadarkan diri, namun terlihat dari wajah dan kondisi tubuhnya yang sedang menahan sakit, sepertinya dia sudah tak bisa bergerak kembali.
Melihat itu pun, Nanta dengan paksa langsung menggendongnya untuk ia bawa agar tidak tergeletak di aspal begitu saja.
"Bawa ke kursi itu aja, Nan," ucap Friska menunjuk kursi yang ada di sebuah taman tak jauh dari posisi mereka.
Nanta Dengan sigap langsung bergegas menuju ke sana dan meletakkan lelaki itu di kursi panjang taman. "Mas apa yang sakit? Ada rumah sakit di sekitar sini?" tanya Nanta.
Melihat lelaki itu yang hanya diam saja membuat ia langsung melihat ke sekeliling, ia melihat ada sebuah tas tergeletak di tempat lelaki itu terjatuh. Dengan cepat Nanta langsung mendekat ke arah tas tersebut dan segera membuka isinya, siapa tahu ada sesuatu hal yang membuat lelaki yang sedang memasang dadanya kesakitan itu bisa sembuh.
Saat membuka-buka tasnya, Nanta melihat ada sebuah Tumblr minum, ia langsung mengambilnya dan menyerahkan pada lelaki itu. Tapi lagi-lagi lelaki itu hanya diam saja tak bergerak, tak mengeluarkan suara.
"Mas ini diminum siapa tahu bisa mengurangi sakitnya," ucap Nanta masih mengulurkan botol minum itu. Namun lagi dan lagi lelaki itu tak bergerak, dia hanya menghirup nafas panjang dan menghembuskan ya perlahan-lahan beberapa kali. Bahkan kehadiran Nanta dan Friska seperti tak dianggap ada di sana.
Beberapa saat kemudian lelaki itu bergerak, tak menerima uluran minuman dari Nanta mau pun berucap apa-apa. Lelaki itu justru beranjak dari duduknya dan dengan tertatih-tatih berusaha untuk berjalan meninggalkan mereka. Kedua orang sahabat itu pun juga hanya diam saja, tak mencegah atau mengejar lelaki itu.
Friska dan Nanta saling tatap. Kedua orang itu sama-sama bingung dengan lelaki itu, apa dia tak melihat atau mendengar kehadiran mereka berdua?