CHAPTER 7
(Rumah Rangga)
"Telpon dari sekolah,ada apa ini Rangga" Ucap ayah Rangga dengan rasa khawatir.
"Angkat saja, aku ingin ganti baju dulu"
"Hmm, mungkin ayah dan ibu akan ke sekolah besok" Ucap Rangga.
Perkataan polos itu membuat mereka bingun hingga menjawab telepon tersebut.
Besoknya.
(Di sekolah)
Pukul 07.00 pagi, sangat membuat para siswa berbondong-bondong memasuki sekolah melalui pintu gerbang.
"Eh bukankah itu Rangga ?"
"Lah tumbeng" Ucap Baron dengan ekpresi kaget.
"Oi Rangga" (Rani yang berteriak)
" Tunggu,mengapa kemarin kau pergi begitu saja" Ucap Rani.
Semua mata siswa tertuju pada Rangga, satpam yang menjaga seketika terkejut.
"Tunggu sebentar ! (menghalang Rangga)"
"Apa aku terlambat ?"
"Tidak, tentu saja ini belum waktunya menutup gerbang. Tapi bukankah ini hal aneh?"
"Apa yang merasukimu hari ini." Ucap satpam yang bingun ketolong.
"entahlah" Ucap Rangga yang kemudian pergi meninggalkan satpam tersebut.
ditengah itu Rani yang sebelumnya memanggil Rangga dari luar menghampiri si satpam.
"Mengapa kau melepaskan Rangga ?"
"Ia tidak terlambat,jadi aku lepaskan" Ucap satpam.
"Ia juga sih, tapi kan aku tadi berteriak memanggilnya seharusnya kamu peka dong" Ucap Rani dengan muka kesal.
Semua siswa nampak membersihkan ruangan kelasnya masing-masing. Rangga yang baru kali ini datang begitu cepat ke sekolah bingun, ia hendak mengambil tindakan untuk membersihkan halaman kelasnya.
"Hm,mana sapunya" Ucap Rangga bertanya pada ketua kelasnya itu.
"He, Hem (dengan rasa gugup dan takut) itu disana (menunjuk belakang lemari"
"Ok."
Ketua kelas tersebut deg-degan hingga ingin pindah dari kelas tersebut, ia takut karena kasus yang menimpa Rangga kemarin tersebar luas hingga seluruh siswa di sekolah tahu akan kejadian itu.
Baron yang memperhatikan mereka berdua menghampiri ketua kelas.
"Ada apa Sindi"
"Tidak papa, ia hanya si anu Rang eh anak pemalas itu, ia ingin mengambil sapu"
"Oh, kenapa kau takut"
"Ah hm anu, tidak papa" Ucap ketua kelas yang bernama Sindi itu.
Di samping itu, Baron yang membersihkan halaman depan sekolah membuat seluruh siswa kelas 2 kaget tak karuan.
"Bukankah itu Rangga, hey apa aku salah lihat"
Ucap Olivia yang baru saja datang.
Rani yang tiba-tiba keluar dari kelas dan menoleh ke kelas Rangga.
"Tunggu sebentar, kenapa kamu tiba-tiba rajin begitu Rangga"
".....".
Rangga yang tidak peduli akan tatapan dan ocehan orang lain, ia menyibukkan diri membersihkan halaman depan kelasnya.
Bel berbunyi,jam pertama segera di mulai. Di saat semua guru hendak siap memberi pembelajaran, sebuah pengumuman dari Koridor.
"Pengumuman, Siswa yang bernama Rangga, Baron dan Rehan harap segera menuju ke ruang BK untuk menghadap".
Baron yang mendengar hal tersebut seketika pucat tak karuan, siswa yang berada di kelas 2-3 semuanya menatap Rangga,guru jam pertama yang belum sampai membuat kelas 2-1 dan kelas 2-2 berbondong-bondong menuju kelas 2-3 untuk melihat Rangga.
"Aku akan keluar, apa kau ikut ?" Ucap Baron yang bertanya pada Baron.
"Iya, tapi anu ah"
"Oh, aku akan menunggu mu di luar"
"Anu, tunggu baiklah".
mereka berdua memutuskan untuk pergi ke ruang BK. Baron yang takut meminta Rangga untuk pergi duluan karena ia ingin ke WC buang air kecil.
Ditengah perjalanan tersebut Rehan dan Rangga kembali bertemu di tengah lapangan.
"Apa ini ulahmu ?" Ucap Rangga yang bertanya tanya mengapa ia dipanggil ke BK.
"Tentu saja bukan"
"Terus mengapa ini bisa terjadi"
"entahlah, tumbeng kau datang pagi sekali"
"ini bukan urusanmu"
"ah?".
Semua orang keluar dari kelasnya.Ia menyaksikan 2 orang siswa yang baku hantam kemarin. Semua mata siswa tertuju pada Rangga, bahkan kelas 1 dan menikmati pertemuan itu kembali. Ketua basket dan volly menyoraki Rehan, begitu pun dengan mantan OSIS tersebut.
Baron yang usai dari buang air kecilnya hendak menuju menghampiri situasi tersebut, namun ia kaget dengan apa yang dilihatnya.
"Aku tidak ingin kesana, demi tuhan mereka berdua sangat menakutkan." Ucap Baron yang ingin buang air kecil 2 kali.
Sementara itu, guru BK yang melihat mereka berdua berada di tengah lapangan segera memanggilnya.
"Hey kalian, apa yang kalian lakukan disana".
Rangga yang melihat guru BK memanggilnya pergi dan menghiraukan Baron yang sebelumnya meminta untuk buang air kecil
Rehan juga beranjak ke ruang bk, sedangkan Baron menyusul dengan tubuh yang gemetar.
(Ruang BK)
"Silahkan masuk" Ucap Ibu Sri yang menjadi guru BK selama 7 tahun di sekolah Langit Biru.
Rangga, Baron dan Rehan hendak duduk.
"Siapa yang memulainya kemarin ?" Ibu Sri yang tanpa basa basi tiba-tiba bertanya kepada mereka bertiga tentang kejadian kemarin.
Mereka bertiga diam dan tidak ingin mengaku satu sama lain, namun di tengah suasana yang begitu panas tiba-tiba orang tua Rangga dan Rehan muncul secara bersamaan.
"Selamat pagi" Ucap Ibu Rangga dan Rehan yang sama-sama datang ke ruang tersebut.
"Pagi ibu"
"Begini Bu, kemarin ada kejadian dimana seorang siswa Bernama Rangga dan Rehan sedang melakukan perkelahian di depan sekolah pada saat jam pulang, disaat bersaman satpam tidak berjaga di akhir jam sekolah kemarin karena ia izin untuk ke RS, jadi kepada nak Rangga dan Rehan agar bisa menjelaskan situasi kemarin".
Ibu Rangga yang mendengar hal tersebut hanya bisa diam dan bingun, ia tidak bisa memarahi Rangga.
"Rehan, apa-apaan situasi ini"
"Mohon tenang Bu, kita bisa membicarakannya dengan baik. Jadi siapa yang memulainya kemarin"
"Aku Bu" Ucap Rehan sadar akan posisinya hari ini.
Rangga terkejut, ia tak menyangka bahwa Rehan akan jujur begitupun dengan Baron.
"Jadi apa yang aku lakukan untuk di panggil kesini" Ucap Baron yang gemetaran.
"Kamu sebelumnya melihat kejadian awal mula perkelahian tersebut, tapi karena Rehan sudah mengatakannya maka kamu duduk disini dan menyaksikan kebenaran yang ada jika itu suatu kebohongan maka pendapatmu akan lebih penting" .
Baron yang mendengar penjelasan Ibu Sri hanya mengangguk-ngaguk kepala dan merasa takut.
Disamping itu, orang tua Rehan yang mendengar penjelasan Baron dan Ibu Sri tersebut membuatnya ingin memberhentikan Rehan dari sekolah tersebut tapi tiba-tiba Rangga mengatakan hal tak terduga.
"Jangan seperti itu. Setiap orang mempunyai masalah yang tidak di duga sama sekali. Mungkin bagi anda itu lebih baik tapi bagi Anak anda sangat berpengaruh bagi masa depannya. Anda harus memikirkan kata-kata tersebut sebelum mengeluarkannya apalagi dimana ada orang lain. Aku hanya siswa pemalas yang tidak harusnya mengatakan hal ini tapi setiap orang punya masalah yang akan mendorongnya hingga menjadi sesuatu yang lebih baik."
Semua orang terkejut dan orang tua Rehan seketika diam mendengar perkataan Rangga itu, Baron pun tidak menyangka bahwa Rangga sedewasa itu. Rehan yang hanya bisa menangis ketika mendengar ibunya mengatakan bahwa ia ingin di berhentikan.
Guru BK mempertimbangkan hukuman pada Rehan dan Rangga dan berterima kasih kepada kedua orang tua tersebut telah hadir dalam membahas permasalahan kemarin sampai selesai.
"Rangga, Aku tidak menyangka kalo panggilan ini karena kasus perkalahian" Ucap ibu Rangga, ia bernama Ibu Asriani maulidya dengan panggilan akrab ibu Ani.
"maaf"
"Tapi itu bukan ulahmu,kamu hanya membela orang yang lemah. Namun kamu harus mengerti posisimu sekarang, kamu mengerti kan maksudku"
"Iya".
Rangga mengucapkan terima kasih kepada Ibunya, ia hendak ingin mengatakan sesuatu kepada ibu Sri sebelum ia kembali ke kelas.
(To be continued)