CHAPTER 13
( Toko )
Rangga yang kemudian sadar, terkejut melihat ayahnya sudah berada di toko.
"Ayah kenapa disini ? eh tunggu, eh ? eh ? wanita ? ayah apa kamu melihat seorang wanita paruh baya pergi ? " ucap Rangga yang kemudian panik hingga berdiri mencari wanita itu.
Ayah Rangga yang melihatnya panik kemudian berusaha menenangkan Rangga.
"woi Rangga ! tenanglah, Wanita itu sudah pergi" ucap ayah Rangga .
"Apa dia mengambil barang tanpa membayarnya ? maaf ayah aku membuatnya jadi kacau" ucap Rangga dengan wajah penyesalan.
Ayah Rangga yang mendengar keluh kesah tersebut kemudian mengatakan bahwa wanita tersebut lari ketakutan.
"Hey nak ? apa kamu pingsang tiba-tiba hingga membuat wanita itu pergi dengan rasa takut ? " ucap ayahnya yang bertanya.
Rangga yang mendengar hal tersebut mengingat kejadian ketika ia hendak menulis di kamarnya.
"Sial aku lupa sesuatu itu ! waduh pantas saja aku tidak bisa menahannya. Harusnya aku tidak perlu melakukan itu, hingga tanpa sadar aku tidak tertidur di sini" ucap Rangga dalam hati.
"Hey Rangga ! kenapa kamu melamun, ayah sedang bertanya " ucap Ayahnya dengan nada yang lantang.
"Tidak ayah, aku tidak pinsang. Hanya mengantuk gak bisa tertahankan ayah" ucap Rangga dengan nada penyesalan.
Ia yang mendengar hal tersebut kemudian menyuruhnya untuk berkemas dan pulang.
"Hm... kamu pulang saja biar aku yang berjaga dan kerja pagi ini, entar sore kamu kesini gantiin ayah" ucap ayah Rangga yang memaklumi keadaannya.
"Maaf, harusnya ini tugas ku. Yaudah ayah aku pulang dulu" ucap Rangga masih memikirkan wanita paruh bayah itu.
Disamping itu.....
( Sekolah Langit Biru )
Bel berbunyi menandakan waktu jam istirahat, semua siswa sontak bergembira dan berbondong-bondong keluar dari kelasnya.
"Wah akhirnya ! otakku butuh isitirahat, perutku juga butuh asupan" ucap Baron yang menggumam dan bersemangat.
sementara itu, di sebelah kelas Baron nampak Rani yang menuju ke kelas 2-3.
"Argh... menyebalkan, Aku harus meminta bantuan lagi sama si cunguk itu" ucap Rani dengan wajah kesal.
Rani yang tengah berjalan keluar, tiba-tiba secara kebetulan bertemu dengan Olivia yang hendak ingin ke kelas 2-3 juga.
"Hey Ketua OSIS ! kau mau kemana ? apa kau masih mengingat janjimu dengan perkataan yang kau ucapkan tadi pagi ? " ucap Rani yang masih kesal dan kesal.
Olivia yang mendengar itu hanya mengiyakan dan sontak meninggalkannya, ia tidak jadi ke kelas 2-3 karena suatu alasan.
Di samping itu, Baron yang sudah tidak sabar ingin kekantin kemudian tanpa sengaja menoleh ke kanan.
"Oh shit !! Mengapa dia mengarah ke sini, dengan wajah menankutkan seperti tadi pagi. Waduh aku harus pergi ! " ucap Baron yang menggumam ketakutan.
Namun Rani yang melihat Baron keluar dan berlari, Kemudian berteriak.
"Woi....!!! Baron...!!! kau mau kemana ah ? " ucap Rani dengan suara yang lantang.
Semua siswa yang berada di sana kaget dengan teriakan tersebut, di samping itu Baron yang hendak belok menuju tangga kemudian terhenti dan merasakan ketakutan yang belum perna ia rasakan.
"Argh apasih maunya itu anak, gw nyesel bantuin kemarin. (menghembuskan nafas) huu...fuu... menakutkan ! hmm , ( berteriak) ada apa Rani ? Aku ingin ke kantin. Perutku sudah demo nih" ucap Baron dengan rasa deg-degan.
Rani yang melihat Baron berhenti berlari, kemudian menghampirinya dengan ekspresi menakutkan.
"Baron ! ini penting, nanti aja kekantinnya. Kau harus membantuku, jadi kau mau kan ? kalau tidak aku akan,"
"Iya iya iya, apa ? " ucap Baron dengan wajah yang sangat memperihatinkan.
"Telepon Rangga sekarang ! " ucap Rani.
Baron yang mendengar hal tersebut sontak membuatnya bingun dan bertanya-tanya dalam hatinya.
"Bukan kah dia sudah punya wa Rangga kenapa gw yang harus ngubungin" ucap Baron dalam hati dengan nada yang kesal.
"Hey Baron ! kubilang hubungi sekarang ! kenapa kau malah bengong ? ah ?" ucap Rani dengan kemarahan bercampur kesal.
Baron yang sudah tidak tahan akan jeratan dan gangguan Rani, bergegas mengambil hp nya di saku dan menelpon Rangga.
Sementara itu....
(Ruang OSIS)
Olivia yang terlihat sibuk yang dimana sisa beberapa hari lagi pameran seni di adakan sementara rencana tersebut belum tertuntaskan.
"Sial ! apa sih di dalam otaknya itu. Bisa-bisanya dia ngambil jatah diskors nya si Rehan. Argh mana acara pameran dekat lagi di adakan" ucap Olivia yang bergumam dan merasa kesal dengan Rangga.
kemudian, Olivia bersiniatif untuk menghubungi Rangga. Ia berusaha mencari kontaknya di grup OSIS, Namun semua usahanya sia-sia hingga membuatnya semakin stress dan kesal.
" Argh....kenapa tidak ada (scroll isi kontak grup OSIS ) ah ? apa dia memakai nomor palsu untuk masuk GB ? wah anak itu benar-benar ! " ucap Olivia bergumam dengan rasa kesal dan penuh amarah.
Olivia yang kesal akan akan hal tersebut, kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan OSIS dan menuju ke kelas 2-3.
Sementara itu, Wakil Ketua OSIS yang sudah tiba dan berada di depan pintu, seketika di kagetkan dengan Olivia yang membuka pintu dengan keras.
"Eh ? (ekspresi ketakutan) ketua kenapa ?" ucap wakil OSIS.
Namun Olivia menghiraukan kehadiran wakilnya itu, ia beranjak pergi tanpa sepatah katapun.
"Ada apa dengan ketua hari ini ? dia tidak seperti biasanya" ucap wakil ketua OSIS dalam hati.
Disamping itu, Baron dan Rani tengah menghubungi Rangga.Namun di tengah ia menelpon tiba-tiba ketua kelas menghampiri Baron.
"Hey Baron ! sampai kapan Rangga diskors ?" ucap ketua kelas Rangga.
Ditengah Baron menelpon, ketika ia ingin menjawab pertanyaan tersebut,
"Kau pergi saja di BK ! bukan kah kau ketua kelas ? mengapa juga kau harus kahwatir? " ucap Rani yang masih kesal karna Rangga belum mengangkatnya.
Ketua kelas yang mendengar perkataan tersebut membuatnya kesal,
"Apa maksud mu ? aku hanya bertanya kepada Baron ! apa peduliku denganmu ah ?"
ucap ketua kelas tersebut.
Suasana mulai menegangkan, kedua wanita di hadapan Baron membuatnya semakin frustrasi.
"Hey kalian jangan berdebat, tunggu dulu yah Cinta aku sedang berada di ambang kematian " ucap Baron yang semakin bingun akan situasinya.
Rani yang mendengar kata "di ambang kematian" itu membuatnya semakin kesal.
"Apa maksud mu Baron? apa aku mencoba seperti malaikat maut ? ah ? " ucap Rani dengan amarahnya.
Cinta yang merupakan ketua kelas dari Rangga membuatnya bingun dengan situasi sekarang.
"Apa susah nya sih jawab pertanyaanku Baron? " ucap Cinta dengan kesal.
Rani yang dari pagi sudah kesal karena Rangga membuatnya semakin sekal dan kesal.
"Bisa gak Luh diam ah ? siapa sih Luh ? apa hubunganmu sama Rangga ? apa kau pacarnya ? ah ? hahaha mustahil, bikin naik darah aja" ucap Rani yang memprovokasi.
Cinta yang mendengar hal tersebut muak dan kemudian membisik Baron.
"Hey Baron kau harus menanyaiku tentang dia dan Rangga, pertanyaan ku juga tadi.Kalau tidak hidupmu tidak akan tenang" dengan emosi dan kekesalan yang luar biasa, Cinta mengancam Baron hingga pergi sambil menatap tajam Rani.
Disamping itu, Rangga yang kini pulang dan berada di kamarnya hendak ingin mengambil sesuatu. Namun ketika kakinya melangkah di suatu tempat, tiba-tiba suara hp berbunyi.
"(bunyi dering) tit.....tut....."
"Ah ? nomor berbeda ? tapi ini bukan Rani, siapa yang menelpon ? " ucap Rangga kebingungan.
( To be continued )