CHAPTER 15
( Sekolah Langit Biru )
"Woi Olivia ? nanti sore jadi kan ke rumah si Rangga. Ajak juga si Baron " ucap Rani.
"Ah ? Baron ? emang dia mau ? " ucap Olivia.
Baron yang bersembunyi di celah kelas 3-1 itu, membuatnya keringat dingin dengan obrolan tersebut.
"Argh..... kok gw di ikut-ikutin, padahal baru ajah mau nikmatin " ucap Baron dalam hati.
"mana si Baron ? kita harus membicarakan hal ini dengannya ketua OSIS " ucap Rani sambil melihat berbagai tempat.
"Tadi baru ketemu, (berpikir karena sudah meminta wa Rangga ) ah di anu tangga tadi, tangga koridor" ucap Olivia dengan keringat dingin.
"Mungkin dia ingin pergi kantin, kita tunggu aja di sini, gimana ? " ucap Rani yang menyuruh Olivia untuk menunggu.
Di samping itu, Baron yang bersembunyi semakin berkeringat dingin dan takut ke kantin.
"Aku harus menghindarinya, Argh kenapa hari ini hidupku begitu sial. Pakai nunggu segala lagi adduh" ucap Baron dalam hati.
Sementara Olivia dan Rani menunggu dan Baron bersembunyi, tiba-tiba mereka di kejutkan dengan kedatangan Rehan dan temannya.
"Hey kenapa kamu lari pas aku berterima kasih tadi ? " ucap Rehan yang masih penasaran.
"Ah ? cuma itu Luh ngejer gw ? " ucap Rani yang bingung dengan Rehan.
Mereka yang mendengar ucapan tersebut membuatnya kesal dan Rafli menatap olivia dengan rasa penasaran di balik masker yang di pakainya setiap hari ke sekolah.
"He, ada ketos, Halo ketos. Btw kenapa kamu selalu memakai masker ? emang di sekolah berasap ? " ucap Rafli yang Ingin menggoda.
"Ah ? Luh siapa ? pake nanya-nanya segala ieuw. Sana pergi, urusan gw pake masker bukan urusan luh" ucap Olivia yang kesal.
Rafli yang mendengar hal tersebut sontak membuatnya terkejut.
"Wah kukira pendiam ternyata terbuka juga, btw kamu kok marah gitu sih sama aku" ucap Rafli yang masih menggoda.
"Woi Rehan !, suruh temen Luh pergi. Jijik tau pake gombalan segala" ucap Rani yang melihat Rafli
"Kalem, chill-chill bro. Woi Rafli, Luh udah di tolak pake segala cara aja supaya di terima, harga diri men harga diri ! " ucap Eko yang kemudian memukul pundak Rafli.
Rafli yang mendengar mereka berdua seketika kena mental dan terdiam merenung.
Sementara itu, Baron yang melihat mereka asik bersama Rehan dan teman-teman nya memikirkan ide agar bisa terhindar dari jerat Rani dan Olivia.
"Ini kesempatan untuk lari dari kebodohan mereka, tapi hmm mending kembali dululah" ucap Baron yang kemudian jalan sambil menjijikan kaki agar tak terdengar oleh mereka.
"Nampaknya mereka masih asik,"
"Ini kesempatanku !!! " ucap Baron dengan keringat dingin sambil berjinjit jalan menuju tangga.
Namun Rangga yang tidak sengaja melihat ke arah tersebut seketika mengingat kejadian dulu.
"Eh bukankah anak itu bersama Rangga waktu kejadian kemarin ? " ucap Rehan.
Baron yang menoleh ke arah mereka sontak membuatnya panik karena tatapan dan perhatian Rehan.
"Oh shit, semoga aja gak ingat" ucap Baron dalam hati.
sementara Baron tengah menoleh, mereka semua ikut menoleh terfokus ke arah pengelihatan Rehan.
(Menoleh ke arah Baron)
"Woi Baron ! sini dulu kau" ucap Rani yang berteriak.
"Eh anak itu ? bukannya dia...." ucap Eko yang kemudian di potong ucapannya.
"Hey tunggu ! (berlari) aku ingin membicarakan sesuatu" ucap Rehan yang berlari mengarah Baron.
"Eh Rehan mau apa lagi ? " ucap Rafli yang heran melihat Rehan berlari mengarah Baron.
sementara itu Baron yang melihat reaksi mereka semua membuatnya gemetaran dan mati kutu.
"Anj***, gw pengen hidup tenang aja kagak bisa. Argh.... mending gw turu aja, nyesel ke sekolah" ucap Baron menggugam
Disamping itu....
(Kamar Rangga )
"Semoga gak ada yang nelpon lagi" ucap Rangga yang menggumam.
Namun ketika Rangga hendak ingin Baron di atas empuknya kasur, tiba-tiba ibu Rangga masuk.
"Nak apa kamu mau tidur sekarang, aku pengen titipin ini (rantang) ke ayahmu di toko" ucap ibunya.
Rangga yang hendak ingin terbaring lemas itu seketika mengambil rantang tersebut.
"Sini Mak " ucap Rangga tanpa sepatahkan kata pergi.
Ibu Rangga yang melihat ia mengambilnya dan pergi, membuat ia khawatir.
"Mengapa anak itu kantung matanya hitam sekali. Jangan-jangan ia tidak tidur dari kemarin" ucap ibu Rangga.
Sementara itu....
( Sekolah Langit Biru )
"Hey Baron ! kau ikut ke toko Rangga sepulang sekolah nanti" ucap Olivia.
Rehan dan teman-temannya yang mendengar hal tersebut berantusias untuk di ajak ikut.
"Eh ? toko Rangga ? gw juga mau ikut ! " ucap Rehan yang penasaran dengan toko Rangga itu.
Sementara mereka semua meminta agar Baron ikut begitupun dengan Rehan dan temannya, tiba-tiba suara bel berbunyi menandakan masuk jam akhir.
" Sial udah masuk, gw belum makan apapun lagi, mana haus juga " ucap Baron dalam hati.
Mereka yang berkumpul mengobrolkan hal tersebut dikagetkan dengan banyak siswa yang berlarian karena bunyi bel tanda masuk jam akhir.
" Woi guru killer hari ini masuk, ayo kita pergi " ucap Rafli memperingati mereka berdua.
Tanpa banyak bicara, Olivia kiang berlari kencang. Ia tidak memperdulikan apapun, sementara itu Rani yang melihatnya sontak membuatnya ikut di belakang.
" Hey Baron (sambil berlarik dan teriak) sepulang sekolah kamu jangan langsung keluar " ucap Rani yang kemudian menghampiri langkah Olivia.
Sementara itu Baron yang melihat para siswa berlarian, kemudian ke kantin. Ia sendiri siswa di sana.
" Akhirnya bisa ngisi perut yang dari tadi demo " ucap Baron sambil melihat sebuah cemilan.
Disamping itu...
( Toko Rangga )
Rangga yang kini sampai ke toko dengan rantang yang di genggaman nya, sontak membuat ayahnya terkejut.
" Hey nak ! kenapa kamu kembali. Bukannya tadi mengantuk " ucap Ayah Rangga keheranan.
" Gak apa-apa pa, lagian ibu suruh nitip ini " ucap Rangga sambil memperlihatkan rantang yang ternyata berisi makanan.
"Wah ibumu baik juga, hm Rangga kamu bisa jaga toko sebentar. Ayah ingin membeli beberapa barang" ucap ayah Rangga yang meminta tolong.
Rangga yang mendengar hal tersebut sontak membuatnya semakin frustasi, tetapi di samping itu ia tidak bisa menolak perintah kedua orang tuanya.
" Iya pa, gak papa. Biar aku yang jaga " ucap Rangga dengan wajah yang pasrah.
Ayah Rangga yang mendengar hal tersebut, kemudian bersiap untuk keluar dengan sebuah motor klasik.Di samping Ayahnya yang hendak ingin berangkat nampak Rangga mulai tidak tahan akan rasa kantuk.
"Hoam .....( menguap ) Ah gak tahan lagi dah " ucap Rangga yang kemudian terbaring lemas di meja kasir.
Beberapa Jam kemudian.....
( Sekolah Langit Biru )
Bunyi bel begitu keras menandakan berakhirnya jam terakhir sontak membuat para siswa merasa lega, di samping itu Olivia yang kiang pusing akan pameran tersebut ia berinisiatif untuk membujuk Rangga agar pergi rapat besok.
"Aduh pusing pala, kenapa juga harus dia yang buat rencananya" ucap Olivia yang menyesal.
Di samping itu, Rani yang mendengar bel berbunyi sontak berlari keluar duluan untuk menemui Baron dan Olivia.
Di sisi lain, Baron yang mengetahui setiap langkah dan rencana Rani dan Olivia berusaha untuk menghindar.
" Hmm...., yaps lewat kantin. Aku harus lewat belakang untuk menghindari 2 orang bodoh itu " ucap Baron yang menggumam sambil merangkul tasnya.
Baron yang kini bersiap untuk keluar dari kelas tersebut setelah gurunya pergi, tiba-tiba ia di kagetkan dengan kedatangan Rani yang begitu berisik hingga seluruh kelas 2-3 tertuju pada perhatian Rani .
"Woi Baron ( Teriak ) ayo ke rumah Rangga sekarang ! " ucap Rani yang nampak semangat.
Baron yang melihat kedatangannya itu, hanya bisa pasrah sebab setiap rencana Baron selalu saja jadi hancur dan tidak perna berhasil sedikitpun.
"Ya, ya hm. Serah dah" ucap Baron dengan wajah murung.
Di samping Rani yang ngobrol dengan Baron, Cinta menatapnya Dari luar.
"Ah ? kerumah Rangga ? sekarang ? hm aku harus pergi lebih cepat dari ini " ucap Cinta dengan tatapan sinis ke Rani.
Namun Rani yang menoleh ke kelas melewati kaca jendela kemudian tersadar. Mereka berdua adu mekanik dengan tatapan tajam, setelah itu Cinta mengambil tasnya dan keluar.
"Hey Baron, jangan lupakan soal itu yah " ucap Cinta sambil berjalan melewati mereka berdua.
Rani yang melihat kecentilan tersebut membuatnya kesal, disamping itu Olivia datang menghampiri mereka berdua.
"Ayo kita pergi sekarang. Aku juga butuh beberapa pertanyaaan tentang OSIS untuk Rangga " ucap Olivia.
"Oh, ok " dengan singkat Rani mengatakan hal tersebut kemudian mereka bertiga hendak keluar dari sekolah.
( Depan gerbang )
Di luar sekolah tepatnya depan gerbang, Rehan dan temannya kiang menunggu mereka bertiga. Ia ingin ikut untuk melihat Rangga, namun Baron yang melihat hal tersebut dari dalam sekolah sontak membuatnya takut keluar.
"Hey bukankah itu Rehan dan teman-teman nya ? " ucap Baron yang tiba-tiba gemetaran.
"Eh iya, btw kenapa kamu takut. Lagian mereka sekarang udah berubah jadi gak usah gemetaran begitu" ucap Olivia meyakinkan Baron.
Baron yang mendengar hal tersebut sontak membuatnya lega, namun di samping itu ia juga berjalan membelakangi mereka berdua.
Tak selang beberapa lama mereka semua akhirnya berkumpul, di samping itu Cinta sudah berada di sebuah angkot dalam perjalanan.
" Eh, bukannya itu ketua kelasmu Baron ? " ucap Rani yang menoleh fokus kepada Cinta.
Mereka yang menyadari hal tersebut sontak ikut menoleh hingga Cinta melihat mereka semua dan mengacungkan jari ibu.
Rani yang melihat hal tersebut nampak kesal dan curiga.
"Hm, kenapa dia tiba-tiba seperti itu, seolah dia mengetahui apa yang kami ingin lakukan. Apa jangan-jangan....." ucap Rani yang kemudian mobil berada tepat di hadapannya.
Mereka semua berjalan masuk ke dalam angkot tersebut, Rani yang menaruh curiga kepada Cinta seakan menjadi hantu di dalam benaknya.
( To be continued )