Chereads / Kehidupan Baru dari Ingatan Masa Lalu / Chapter 8 - Ch.8 SEBUAH PERMINTAAN

Chapter 8 - Ch.8 SEBUAH PERMINTAAN

CHAPTER 8

(RUANG BK)

Rangga hendak menghampiri ibu Sri untuk meminta sesuatu, namun disana masih ada seseorang yakni ibu Rehan yang tengah berbincang sesuatu yang penting bersama guru BK itu.

"Permisi, Bu ada yang ingin aku sampaikan sebelum masuk kelas" Ucap Rangga meminta sesuatu.

"Eh nak Rangga apa ibumu sudah pulang"

"Iya Bu baru-baru tadi."

"Apa yang ingin kamu sampaikan nak" Ucap ibu Rehan.

"Aku ingin hukuman yang ibu bicarakan sebelumnya bersama Rehan, aku ingin mengambil hal tersebut dari Rehan"

"maksudnya ?"

"Ya,biar aku yang menanggung diskors dari Rehan"

"Tidak nak, setiap hukuman harus di selesaikan oleh orang yang di berikan" Ucap guru BK itu.

"Tentu saja bisa bu, saya mohon dengan sangat. Ini sangat penting bagi Rehan, bukankah dia tidak lagi harus membuang waktu di tengah ia sudah kelas 3. Ini sangat penting baginya, memberi diskors selama itu (4 hari) tidak menguntungkan masa pendidikan Rehan.

Bukan kah seharusnya begitu (sambil menatap ibu Rehan) ?."

"Baiklah,dengan kebaikan mu aku akan memberi semua hukuman yang kau ucap kan tadi nak, aku akan meringankannya, sebab sekolah itu penting. Jadi jangan mengulangi perbuatan kamu lagi."

"Iya Bu".

Akhirnya guru BK tersebut menyetujui permintaan Rangga itu, Ibu Rehan hanya bisa diam dan bersyukur atas apa yang ia dengarkan.

Setelah itu, Rangga beranjak keluar dari ruangan tersebut. Ia hendak ingin kembali ke kelas, namun Ibu Rehan menghalanginya.

"Tunggu sebentar nak" Ucap ibu Rehan.

"Ada apa tante"

"Mengapa kamu bersikeras untuk membantu Rehan, bukankah ia yang memulai kejadian kemarin?."

"Itu tidaklah penting tan. Aku tahu alasan Rehan seperti demikian kemarin, namun ia sudah kelas 3 dibandingkan denganku masa depan Rehan sangat penting di pertaruhkan".

"Apa kamu baik-baik saja tidak datang ke sekolah dengan diskors sedemikian itu?"

"Tidak papa kok tan, waktu sangat penting. Setiap detik dan menitnya butuh bagi dia untuk berkembang di dunia pendidikan ini. Salah sedikit saja mungkin bisa di perbaiki tapi jika ketidakhadiran itu datang maka semuanya usai. Ia akan ketinggal sesuatu apalagi ia berada di puncaknya. Aku tidak ingin merengut masa depannya yang cemerlang, dibandingkan dengan ku yang layaknya pupil bola mata yang karatan nampak tidak jelas dan pada akhirnya gelap."

Ibu Rehan yang mendengar hal itu hanya bisa diam dan berterima kasih sekali lagi.

Ia hendak memberi sesuatu kepada Rangga.

"Tidak tan,aku tidak butuh sesuatu untuk lebih mengingatnya begitu jauh, aku hanya berjalan di atas bumi dengan bom waktu. Mungkin hari ini dan seterusnya begitu, Sekali lagi terima kasih namun aku tidak pantas mendapatkan hadiah itu" Ucap Rangga yang kemudian meninggal ibu Rehan.

Ibu Rehan yang mendengarkan hal tersebut bingun dan tidak paham, namun ia juga bersyukur.

"Entah aku bingun dengan ucapannya namun dia anak baik dan hidupnya penuh tanggung jawab. Aku sangat beruntung hari ini." Ucap ibu Rehan yang terkagum-kagum dan kebingungan.

Disamping itu jam pertama dimulai 10 menit yang lalu, Rangga kembali ke kelasnya seusai permintaan itu selesai.

Bel berbunyi menandakan jam istirahat. Semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelasnya untuk mengisi perut. Di tengah Rangga yang hendak ingin keluar melihat situasi, Baron menghampirinya.

"Hey, kenapa kau lama tadi Rangga"

"Hm, tidak papa" Ucap Rangga dengan ekpresi datar.

"Jadi apa hukumanmu atas kejadian kemarin"

".....".

"Bagaimana dengan si anak kelas 3 itu, apa dia mendapatkan hukumannya juga ?".

Baron yang terus mempertanyakan hal tersebut tidak di tanggapi oleh Rangga, namun tak selang beberapa lama Olivia datang menghampiri mereka berdua.

"Hey Rangga, sebentar lagi pameran seni akan diadakan, jadi bersiaplah" Ucap Olivia sambil menatap mata Rangga.

Di tengah Olivia yang berbicara tentang pameran tersebut, Rangga pergi meninggalkan mereka berdua. Olivia merasa jengkel karena sikap Rangga yang aneh tersebut.

"Apa-apaan dengan dia itu, mengapa dia selalu menghindar".

Rangga yang hendak berjalan dari tangga pergi ke kantin untuk mengisi perut tiba-tiba di hampiri oleh wali kelas Rehan.

"Hey nak Rangga"

"Ya Bu, ada apa ?"

"Tidak papa,terima kasih aku sudah mendengar semuanya dari ibu Sri".

"(senyum)".

Setelah percakapan itu Rangga hendak pergi dari sana dan menuju ke kantin.

(Kantin sekolah)

Seperti biasa jam istirahat di penuhi oleh para siswa di kantin untuk mengisi energinya, tak terkecuali dengan Rani dan kawan-kawan. Mereka selalu stay di sana sambil mencicipi beberapa makanan di tempat ibu Lia bekerja.

Rangga yang sampai ke tempat tersebut, tiba-tiba di lihat oleh Rani.

"Hey Rangga !" Ucap Rani sambil meneriakinya.

Semua siswa menoleh pada Titik tersebut ia adalah Rangga. Semua orang berbisik membicarakannya atas kejadian kemarin.

Tiba-tiba dari belakang Rangga di hampiri oleh seseorang siswa.

"Bagaimana kejadian kemarin, apa itu kau yang memenangkannya ?".

"..." .

Rangga hanya diam mendengar ucapan siswa itu, dan ia hendak beranjak pergi namun di hadang oleh siswa tersebut.

"Tunggu, namaku Steve ketua basket".

Namun lagi-lagi Rangga tidak memperdulikan hal tersebut dan lekas pergi dari sana.

"Ada apa dengan anak kelas 2 itu, sombong sekali" ucap Steve yang kebingunan.

Rani yang melihat hal tersebut tidak tinggal diam, Ia menghampiri Steve.

"Hey ada apa dengan Rangga,Apa kau temannya Rehan ?".

Steve yang hendak membalasnya berkata.

"Tentu saja dia seangkatan kami, meski gak kenal dekat satu sama lain namun kami tahu bahwa itu adalah Rehan".

Rani yang mendengar hal tersebut bergegas meninggalkan Steve, dalam hatinya ia berkata.

"Semua kelas 3 mengincar kini mengincar Rangga. Aku harus mengawasinya dengan hati-hati" Ucap Rani di dalam hati.

Di samping itu, Rangga berjalan hendak menuju kelasnya kembali. Rehan yang melihat Rangga dari jauh menghampirinya.

"Hey Rangga"

"Ada apa ?"

"Apa kau yang meminta hukuman itu dari ku? "

"....."

"Kenapa?".

Rangga yang diam dan tidak ingin memberi tahu alasan mengapa Rangga mengambil hukumannya.

sementara itu Rani yang melihatnya dari jauh kemudian berlari menghampiri mereka.

"Hey Rehan ! apa kau masih ingin mempermasalahkan hal kemarin?" Ucap Rani sambil menatap sinis Rehan.

"Tidak,tentu saja semuanya sudah selesai"

"Tapi kenapa kau masih menghadang jalan Rangga?".

Rangga yang mendengar hal tersebut kemudian pergi lagi meninggalkan situasi tersebut,Rehan yang melihat Rangga pergi kemudian beranjak pergi juga.

"Ada apa dengan mereka, hey tunggu Rangga! Mengapa kau menghindar dariku." Ucap Rani yang kebingunan.

Di saat perjalanan Rangga hendak kembali ke kelas, bel berbunyi menandakan jam masuk pemebelajaran. Semua siswa dari kantin berlari mengarah kelasnya masing-masing.

Ditengah situasi itu Rangga berjalan sambil melihat para siswa tersebut dalam hati ia berbicara.

"Besok dan waktu yang di tentukan akan selalu menemani kesendirianku kali ini, itu begitu menyenangkan. Aku tidak ingin membuat sebuah memory lebih jauh lagi, Aku tidak seharusnya mengingat kejadian kemarin tapi selalu saja menghantui emosi yang tidak terkendali itu. Hukuman ini sangat cocok buatku, mungkin mereka yang mengenalku lebih dekat akan mencariku besok namun aku sangat senang! tidak ada lagi yang mengganggu. Aku bisa menikmati hal itu sambil membuat sesuatu." Ucap Dalam hati Rangga sambil berjalan di tengah siswa berlari menghampiri kelasnya.

(To be continued)