CHAPTER 10
Keesokan harinya, pagi buta menghampiri berjalannya waktu. Rangga yang diskors selama 4 hari kini tengah mengalami kesendirian, ia hendak pergi ke tokoh tempat penghasilannya itu.
(Toko)
"Apa aku akan berada di sini selama 4 hari berturut-turut ? ah hm rasanya membosankan juga." ucap Rangga yang masih pagi sudah berjaga di toko tersebut.
Seseorang tiba-tiba datang menghampiri tokoh tersebut,ia memakai sebuah seragam persis berasal dari sekolah Langit biru.
(Masuk) sambil melihat arah kekanan dan kekiri barang yang sudah tersedia di toko tersebut.
Siswa itu hendak mengambil sebuah roti dan minuman yang di sukainya, beranjak ke kasir namun tiba-tiba kejadian yang tak terduga menimpah Rangga pagi-pagi.
"Ini berapa semua ?" ucap siswa itu yang terlihat memakai masker sambil menunjukkan sebuah barang yang ia ambil.
Rangga yang hendak menoleh dari belakang di kagetkan dengan kedatangan siswa tersebut yang ternyata adalah Olivia.
"eh ? Olivia? apa yang kau"
Belum sempat Rangga melanjutkan ucapannya.
"Hey Rangga ! aku tahu semua ini akan terjadi bahkan kemarin aku sudah membaca situasinya. Kamu diskors bukan?" ucap Olivia yang memotong pembicaraan tersebut.
"Ah anu,semuanya 15 ribu." ucap Rangga yang kemudian mentotalkan barang yang di kemas ya, tidak memperdulikan segala ucapan Olivia.
Olivia yang mendengar hal tersebut kesal akan perlakuan itu.
"Hey ! jawab pertanyaanku ! bukankah pembeli adalah raja ? Rangga?".
Namun, lagi-lagi Rangga menghiraukan semua pernyataan Olivia tersebut. Ia hendak memberikan barang yang ia beli dan menyuruhnya pergi dari toko itu.
"Ini barangmu sekarang, harusnya kamu memberiku uang sebagaimana total yang kuberikan." ucap Rangga dengan wajah datar.
"Tidak!, aku tidak mau sebelum kau menjawab semua pertanyaan ku tadi." ucap Olivia yang menolak sambil membentak Rangga.
Rangga yang mendengar pernyataan tersebut, memberi barang yang dikemas itu dan mengatakan kalimat yang tidak biasa.
"Kau boleh mengambilnya, sana pergi. Aku tidak ingin mengobrol atau bersama siapapun hari ini." ucap Rangga dengan wajah kesal.
Olivia yang mendengar hal tersebut hanya bisa diam dan beranjak mengambil sebuah uang di sakunya dan pergi dari sana.
" (wajah kesal sambil berjalan keluar dari toko) Apa apaan dia itu. Sungguh aneh, aku salah apa coba ?." ucap Olivia yang kesal bercampur aduk.
Olivia beranjak keluar dan pergi dari sana menuju ke sekolah Langit Biru, namun secara. tak terduga lagi tiba-tiba sebuah handphone berbunyi.
"Tut...crik...crik....tut....."
"(mengambil hp di saku) ini siapa ? sebuah nomor baru ?" ucap Rangga yang kebingungnan karena sosok seorang asing menelponnya.
Di tengah Rangga yang bingung itu, tiba-tiba seseorang muncul masuk ke dalam tokohnya tersebut.
"( Menoleh ke belakang tepat pintu masuk dari toko ) Selamat datang, selamat berbelanja" ucap Rangga.
Namun di tengah Rangga mengucapkan kata-kata manis tersebut kemudian sosok yang datang itu ternyata seorang siswa.
"Hey Rangga sejak kapang kau belajar mengucapkan kalimat semanis itu kawan." ucap Anggi sambil tertawa keras.
"Mungkin Rangga sudah berubah hahahaha" ucap Fajar yang tergelitik akan ucapan Rangga tersebut.
Ditengah mereka datang, hp Rangga tersebut tak berhenti berbunyi menanda orang yang menelponnya bersikeras untuk berkomunikasi.
"Ah ternyata kalian ! sungguh menyebalkan. Apa yang kalian lakukan pagi buta buta begini ? sana ke sekolah, entar bapak luh nyari Anggi hahaha" ucap Rangga yang tertawa karena ingatannya dulu.
Anggi yang mendengar hal tersebut tiba-tiba di mengalihkan pembicaraan dan mengatakan bahwa siapa yang menelponnya di pagi buta seperti ini.
"Hey Rangga jangan bilang orang yang menelponmu itu ( Menunjuk hp Rangga di meja kasir ) seorang gadis ?" ucap Anggi yang penasaran.
"Woi Rangga bukankah itu sebuah keberuntungan ? hahahaha mengingat kau tidak perna jalan bersama seorang gadis." ucap Fajar menggoda Rangga untuk mengangkat telepon tersebut.
Dia samping mereka yang tertawa karena hal tersebut, Rangga berpikir bahwa merekalah yang menjahili nomornya itu.
"Hey kalian ! bukan kah ini nomor mu untuk menjahiliku ?" ucap Rangga yang bertanya serius tentang hal tersebut.
Mereka berdua seketika bingung.
"Ah kami ?" ucap Anggi dan Fajar bersamaan.
"Jika bukan kalian maka dia siapa ?" ucap Rangga yang membalas perkataan mereka tersebut.
Seketika suasana jadi menegangkan, mereka bertiga bingun sambil menatap sebuah hp yang berdering karena sosok nomor misterius .
"Apa kau perna memberi seseorang nomormu Rangga ?" ucap Anggi.
"Tidak pernah. Bahkan di WhatsApp ku ini hanya sebuah grup, nomor orang tuaku dan kalian berdua." ucap Rangga bingun sambil menatap nomor yang menelpon itu.
"Angkat saja Rang, mungkin dari gurumu karena hari ini kamu berjaga berarti ada kejadian yang kami tidak tahu." ucap Fajar heran dengan Rangga yang berjaga di pagi buta.
"Ya kamu benar Fajar, kemarin aku masuk BK dan soal kejadiannya itu kalian tidak perlu tahu." ucap Rangga
Mereka yang mendengar ucapan Rangga tersebut hanya bisa diam. Fajar dan Anggi nampaknya mengetahui sifat dan karakter seorang Rangga.
"Jika itu keinginanmu maka kami tidak akan ingin mengetahui lebih dalam lagi, tapi apa itu ( menunjuk sebuah hp yang berdering ) baik baik saja" ucap Anggi yang mengkhawatirkan sosok misterius yang menelpon.
"Ya, ( mengambil hpnya dan menolak panggilan tersebut ) ini tidak begitu penting." ucap Rangga.
mereka yang mendengar hal tersebut mewajari sikap Rangga itu.
"Jadi berapa lama kamu tidak akan masuk sekolah ?" ucap Fajar yang membuka topik baru.
"Ah, oh itu. 4 hari." ucap Rangga.
"Kalau begitu bagaimana kalo sepulang sekolah kita kesini saja Fajar ? temani anak yang membosankan ini ? " ucap Anggi.
"Boleh juga tapi apakah kamu akan berada disini sampai toko tutup Rangga ? " ucap Fajar
"Oh, Ah itu. Entahlah, mungkin saja" ucap Rangga membalas pertanyaan tersebut.
Mereka berdua hendak ingin mengambil sesuatu namun tiba-tiba suara dering hp dari Rangga begitu berisik.
"Woi Rangga ! bukankah waktunya untuk mengangkat telepon ini itu ?" ucap Fajar. dengan wajah penasaran.
"angkat saja Rangga, bukan kah itu menganggu mu ? " ucap Anggi meyakinkan Rangga.
Rangga yang hendak mendengar mereka, secara tiba-tiba mengambil hp dan menolak panggilan tersebut.
"Aku sudah menduga hal itu akan ia lakukan" ucap Fajar
"Hm, kau benar anak ini benar-benar membosankan hahaha" ucap Anggi sambil tertawa.
Rangga yang mendengar ocehan tersebut menghiraukannya. Di samping itu ia hendak meletakkan hpnya kembali dan mengerjakan beberapa barang di dalam toko.
Mereka berdua sudah ingin pergi dari toko tersebut,namun sesuatu yang berbunyi bukan lagi sebuah telepon melainkan pesan yang dikirim dari nomor Rangga tersebut.
"Hey siapa hp yang bunyi ?" ucap Anggi sambil melihat Fajar.
"Bukan aku ! " ucap Fajrin yang membalas perkataan tersebut.
"Hey Rangga hp mu bunyi tuh, mungkin dari sekolah." ucap Anggi.
Rangga yang mendengar hal tersebut menghiraukannya.
"Biarkan saja, mungkin itu pesan yang gak penting (sebuah pemberitahuan dari suatu media)." ucap Rangga sambil mengemas sebuah barang.
Mereka yang hendak ingin pergi setelah mendengar ucapan tersebut tiba-tiba di kagetkan lagi dengan bunyi hp yang menandakan seseorang menelpon.
"Tit...crick....crick...tit.."
Rangga yang kesal mendengar hal tersebut kemudian mengangkat telepon dengan nomor yang misterius tadi.
Mereka berdua setika melangkah kembali ke hadapan Rangga. Ia yang sudah menggegam hpnya mengangkat telpon tersebut.
(Tut...)
"Halo ini siapa ?" ucap Rangga.
(To be continued)