Chereads / Kehidupan Baru dari Ingatan Masa Lalu / Chapter 12 - Ch. 12 Berita Melawan Waktu

Chapter 12 - Ch. 12 Berita Melawan Waktu

CHAPTER 12

( Toko )

Rangga yang terbaring tak sadarkan diri membuat wanita paruh baya tersebut cabut dari toko dengan wajah yang panik. Di samping itu Ayah Rangga yang hendak berada di luar tiba-tiba di kagetkan sosok wanita yang kiang lari dengan gelisah dan panik.

"hey Bu ? ada apa ?" ucap Ayah Rangga yang heran.

"Itu di dalam ? anu ? anak muda tengah tak sadarkan diri ! cepat tolong" ucap wanita paruh bayah tersebut.

Ayah Rangga yang mendengarnya, seketika berlari masuk ke dalam toko.

Di samping itu.....

(Sekolah Langit Biru)

(kelas 2-3) Baron duduk sendiri tanpa kehadiran Rangga, disaat absen namanya tak di sebutkan karena alasan bahwa semua guru piket kelas tersebut mengetahui kejadian itu.

"Apa yang kamu lakukan sekarang bro Rangga ? mungkin luh udah puas dengan kasur yang empuk di kamarmu hahahah " ucap Baron dalam hati.

Disamping itu, di kelas 2-1 Olivia di sibukkan dengan kinerja OSIS, sebab alasannya adalah Rangga yang kiang diskors karena insiden perkelahian. Sementara pameran seni -5 hari lagi di adakan.

"Hari ini akan ada rapat, sementara anak sialan itu memberiku tugas yang berat. Dia buat ide yang bahkan kehadirannya sangat di butuhkan malah diskors 4 hari, addeh menyebalkan" ucap ketua OSIS itu dalam hati.

Beberapa waktu sebelum jam pertama di mulai, Rani yang sedang kesal karena di bodohi oleh Rangga membuat sekitar kelasnya merasa ketakutan.

"Aku tidak akan membiarkanmu kali ini Rangga, bahkan kau pergi ke ujung dunia sekalipun" ucap Rani dalam hati.

Waktu jam pertama akan segera berakhir, sementara Baron tengah melihat ke jendela sambil mengingat kejadian tersebut, tiba-tiba ketua kelasnya datang.

"Hey Baron ! kenapa Rangga tidak hadir ? apa dia di hukum karena berkelahi kemarin lalu ? " ucap ketua kelas tersebut.

"Ya kau benar, itulah mengapa nama absennya di skip begitu saja" ucap Baron.

Sontak ketua kelas tersebut terkejut.

"Wah ! pantas saja jam pertama sudah mau usai sementara dia belum muncul juga rupanya di skors to' " ucap ketua kelas itu kepada Baron.

Tak selang beberapa menit, Bunyi bel menandakan jam pertama berakhir. Semua guru piket setiap kelas beranjak keluar. Gosip tentang Rangga yang tidak datang hari ini membuat para siswa bertanya-tanya.

Disamping itu, kelas 3-3 Rehan yang di tatap oleh teman kelasnya merasa risih.

"Apa mereka akan melakukan itu sampai berakhirnya sekolah hari ini ? ah sungguh menyebalkana" ucap Rehan kepada teman sebangkunya yaitu Eko.

"Apa kau tidak di skors juga Rehan ? kau kan berkelahi dengannya ?" ucap Rafli yang bertanya tentang hal tersebut.

Namun pertanyaan itu tidak di jawab oleh Rehan, Ia tidak ingin temannya tersebut tahu tentang kejadian kemarin di BK.

"Apa dia baik-baik saja ? tentu ini sangat memberatkan bagiku, mengingat aku yang memulai perkelahian itu. Tapi dia masih saja membantuku sampai semua urusan ini usai." ucap Rehan dalam hati.

Rafli yang melihat Rehan tidak menjawab pertanyaannya itu, kemudian Eko yang tiba-tiba mengalihkan sebuah percakapan tersebut.

"Hey kalian, pameran seni bentar lagi di adakan. Jadi bagaimana kalo kita main bola aja ? mumpung gak belajar tuh" ucap Eko yang mencairkan suasana.

Rehan dan Rafli yang mendengar hal tersebut sontak menolaknya.

"Ini sangat penting ! jangan main-main Eko kita udah kelas 3 bukan waktunya lagi membuang waktu apalagi pameran tahun ini di nilai juga dengan guru seni kita" ucap Rafli.

Rehan yang mendengar hal tersebut seketika mengingat perkataan ibunya dan alasan mengapa Rangga tidak hadir hari ini.

"Sungguh kau orang yang bodoh Rangga (tersenyum). Kau bahkan mengambil jatah ku demi hal tersebut padahal sudah jujur bahwa aku yang mulai duluan tentang perkelahian itu,"

"Kau sungguh sangat luar biasa.Mungkin tidak ada orang sebaik dirimu, namun kau juga layaknya monster ketika marah kau bahkan sedikit membunuh ku sialan" ucap Rehan dalam hati sambil tersenyum menatap langit.

Rafli dan Eko yang melihat Rehan tersenyum sontak membuat mereka berdua heran.

Sementara itu, jam kedua akan segera dimulai. Kini Rangga jadi buah bibir bahkan sampai ke kepala sekolah.

(Ruang kepala sekolah)

"Ranggansyah putra utama, bukan kah anak ini yang selalu berada di toko itu bersama ayahnya ?" ucap kepala sekolah tersebut bernama Ibu Nani.

"Toko ? maksud ibu apa ? aku tidak paham ?" ucap ibu Sri yang tengah menjawab pertanyaan Bu Nani.

"Panggilkan wali kelasnya kesini, aku ingin mengetahui anak ini secara detail" ucap Bu Nani yang penasaran.

Ibu Sri pun beranjak keluar dan menemui wali kelas Rangga, namun ia mengajar di kelas 3-3 tempat di mana Rehan berada.

Guru Bk tersebut Sampai di kelas 3-3, Ia hendak masuk dan memanggil Ibu Fatimah ke ruangan kepala sekolah.

"Halo, Bu bisa sisipkan waktunya nya sebentar" ucap ibu Sri.

"Iya, ada apa ?" ucap Ibu Fatimah yang bingung akan kedatangan seorang guru BK .

"Kamu dipanggil sama ibu Nani, harap ke ruangannya sebentar yah !" ucap ibu Sri yang kemudian berpamitan pergi.

Ibu Fatimah yang mendengar hal tersebut sontak membuatnya berpikir keras.

"Kukira urusan Rangga sudah selesai, ternyata kepala sekolah pun ikut serta dalam kejadian tersebut. Apa sebenarnya terjadi ? mungkinkah karena gosip tadi pagi yang membuat semua siswa bahkan guru heboh ? "

ucap ibu Fatimah yang bingung akan panggilan tersebut.

sementara itu, Rehan yang menoleh kedepan melihat guru BK yang datang menghampiri kelasnya sontak panik dan menyembunyikan wajahnya.

"Aku akan keluar sebentar yah anak-anak, jadi kerjakan halaman yang ibu tanya sebelumnya" ucap wali kelas Rangga itu yang kemudian beranjak ke ruang kepala sekolah.

Tak selang beberapa menit, Ibu Fatimah akhirnya sampai ke ruang Kepala sekolah dengan rasa kebingunan bercampur takut.

" Selamat siang Bu, Ada apa ibu memanggil saya kesini ?" ucap Ibu Fatimah yang membuka pintu kemudian mengucapkan salam dengan rasa deg-degan.

"Selamat siang ibu Fatimah, silahkan duduk dulu" ucap kepala sekolah tersebut.

" (Biodata Rangga) apa ini anak wali ibu ?" ucap ibu Nani.

"Ya Bu" ucap ibu Fatimah dengan ekspresi pasrah.

"Bukankah dia yang bekerja di toko dekat bank itu ?" ucap Nani yang bertanya.

"Iya Bu, itu dia. Rangga setiap malam membantu ayahnya bekerja" ucap ibu Fatimah yang lega mendengar pertanyaan tersebut.

"Oh jadi anak ini, Pantas saja aku perna melihatnya ternyata dia siswa kita yah" ucap kepala sekolah itu.

"Memang ada apa Bu dengan Rangga ? "

"Hari ini dia jadi booming tengah gosip yang di lakukannya kemarin. Jadi kejadian sebenarnya aku sudah tahu" ucap Nani.

"Jadi bagaimana menurut ibu ? apa hukumannya sudah benar atau pendapat ibu sendiri ? " ucap ibu Fatimah yang terus bertanya.

"Tidak apa-apa, aku mengerti situasinya sekarang. Tadi ibu Sri sudah menceritakan semuanya, aku tidak akan mempermasalahkannya. Namun insiden ini jangan sampai terjadi lagi, kita harus memperbaiki agar tidak sampai di luar sekolah. Paham ?" ucap ibu Nani dengan tegas

Ibu Fatimah yang mendengar hal tersebut sontak membuat ibu Fatimah heran namun ia juga harus bertanggung jawab atas nama anak walinya itu.

"Jadi ? dia yang memulainya yah ? yang beranama Rehan itu ? " ucap Kepala sekolah itu mempertanyakan Rehan kepada ibu Fatimah.

"Iya Bu, dia siswa kelas 3" ucap ibu Fatimah dengan nada pelan.

"Oh jadi begitu, pantas saja dia datang. Anak walimu yang satu itu benar-benar aneh. Aku sudah paham kenapa ia mengambil jatah skors anak kelas 3 tersebut" ucap Ibu Nani yang kemudian mengakhiri percakapannya.

"Kamu bisa kembali sekarang" ucap ibu Nani sambil melihat jam di sebuah dinding.

"Baik Bu, (berdiri dan membuka pintu ) saya permisi dulu" ucap ibu Fatimah yang beranjak pergi kembali ke kelas 3-3.

Disamping itu....

( Toko )

"Hey Rangga ! sadarlah nak ! ini ayah. Rangga...." ucap Ayahnya dengan wajah yang panik.

Rangga yang tak sadarkan diri perlahan membuka mata.

"Ah ? ada apa ayah ? " ucap Rangga.

(To be continued)